Profil dan Observasi Informan TS

karena dirinya yang sangat ingin anak laki-laki sehingga anak-anak perempuannya menjadi seperti itu. Pada saat peneliti datang ke rumah ST sedang tidak berada di rumah karena mengikuti sebuah pertemuan anggota lingkungan gerejanya. Pada saat ST tiba di rumah, tampak mengenakan pakaian yang rapi yaitu baju blouse dan celana 78 berbahan kain. Informan ST menyalami peneliti dengan ramah dan meminta maaf atas keterlambatannya pulang ke rumah. Selama melakukan wawancara, ST beberapa kali berhenti sejenak sebelum menjawab pertanyaan- pertanyaan dari peneliti. Pada saat menjawab pertanyaan terkait adat budaya suku Batak Toba, ST memperlihatkan ketidaksetujuan dan kesedihannya terhadap prinsip yang selama ini ada tentang anak laki- laki dan anak perempuan. Hal ini terlihat dari nada bicara ST yang lebih keras dibanding saat menjawab pertanyaan lainnya. Saat pertanyaan mengenai jenis kelahiran anak bungsu, ST hening cukup lama dan matanya mulai berkaca-kaca. Setelah cukup lama diam, ST mulai bercerita namun dengan suara yang sedikit bergetar.

c. Struktur Dasar Pengalaman Pasangan TS dan ST

Pada struktur dasar pengalaman terdapat temuan mengenai adat budaya suku Batak Toba, proses menuju penerimaan diri masing- masing informan, proses saling mempengaruhi penerimaan diri masing- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masing informan terhadap pasangannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses menuju penerimaan diri.

i. Adat Budaya Suku Batak Toba

i.1. Pemahaman Mengenai Nilai 3H Hagabeon, Hamoraon dan Hasangapon

Nilai 3H yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon oleh TS dipandang sebagai filosofi hidup bagi suku Batak Toba yang dibuat dan sudah ada sejak dulu. “Hal itu memang boleh dikatakan sebagai filosofi ataupun sudah nenek moyang kita buat sesuatu hal seperti itu” 2-3, TS. Pemahaman mengenai nilai 3H hagabeon, hamoraon dan hasangapon pada pasangan TS dan ST dinyatakan dalam pemahaman nilai dari 3H dan cara mencapai. Nilai hagabeon bagi pasangan TS dan ST ialah keturunan yang lengkap yaitu memiliki anak laki-laki dan perempuan. ST menambahkan bahwa jika tidak memiliki keduanya maka tidak akan disebut gabe lengkap. Nilai hamoraon menurut pasangan ini yaitu kekayaan-harta benda. Sedangkan, nilai hasangapon yaitu terkait kehormatan seseorang. “Kalo hamoraon itu kan keadaan, harta benda gitu ya kalo hamoraon itu artinya yang kita miliki misalnya ya ekonomilah gitu terus kalo hasangapon tadi dengan adanya ee ekonomi yang mapan kan bisa jadi sangab dan juga bisa jadi kurang hasangapon itu dan ditambah lagi dengan ee anak-anaknya gitu. Kalo misalnya anak- anaknya lengkap misalnya ada anak laki-laki ada anak perempuan bisa sangab terhormat dan juga anak- anaknya baik bisa jadi sangab terhormat juga. Kalo hagabeon tadi itu yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Kalo tidak punya dua jenis kelamin anak itu tadi enggak disebut gabe lengkap di adat Batak Toba gitu” 2-7, ST. “Hagabeon tadi itu punya keturunan tercapai dengan punya anak, ada harga diri hasangapon. Ya hamoraon itu kan kekayaan ya dengan bekerja keras kalo hagabeon itu punya anak laki ya lengkap lah kan perempuan juga, pangkat ato tadi yang kamu katakan hasangapon itu pekerjaanlah misalnya berpangkat dia” 4, 42-43, TS. Menurut TS, cara mencapai nilai hamoroan yaitu dengan bekerja keras dan nilai hasangapon tercapai melalui pangkat yang dimiliki dalam pekerjaan. Sedangkan, menurut ST hamoraon tercapai dengan ekonomi yang baik. Ekonomi yang baik dan memiliki keturunan yang lengkap akan membuat seseorang mencapai nilai hasangapon. Menurut TS dan ST, cara mencapai nilai hagabeon yaitu dengan memiliki anak laki-laki dan perempuan. Dalam menyikapi nilai 3H, TS menganggap bahwa filosofi tersebut merupakan hal yang penting bagi orang suku Batak Toba. Tetapi, ketiga nilai tersebut tidak lagi menjadi suatu kekurangan bila tidak tercapai karena adanya agama yang telah banyak diyakini oleh suku Batak Toba sekarang ini seperti yang diungkapkan: “Kalo saya menganalisa, bagi saya itu tidak masalah artinya begini karena ketika jaman dulu sudah beda dengan jaman sekarang. Dulu memang mungkin seperti itu ya, nah sekarang kan sudah dipoles dengan agama.