Saat peneliti melakukan wawancara, TS sedang tidak enak badan karena sakit flu. Sebelum memulai wawancara, peneliti memastikan
apakah informan tetap ingin melakukan wawancara atau tidak dan TS mengatakan agar dilakukan saja.
Selama wawancara berlangsung, TS tampak bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaa dari peneliti namun mata TS sempat
berkaca-kaca saat diajukan pertanyaan terkait reaksinya saat mengetahui jenis kelamin anak bungsu. TS juga terlihat tidak menutupi
perasaannya. Saat pertanyaan terkait adat budaya suku Batak Toba, TS memperlihatkan ketidaksetujuannya terhadap prinsip yang selama ini
ada tentang anak laki-laki. Hal ini tampak dari TS yang menjawab dengan semangat dan nada bicaranya lebih keras.
b. Profil dan Observasi Informan ST
Inisial : ST
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Sisoma, 7 Oktober 1960
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Guru
Jumlah anak : 6 orang
Usia pernikahan : 32 tahun
Agama : Katolik
ST merupakan istri informan TS berusia 55 tahun dan merupakan anak ke dua dari delapan orang bersaudara. ST memiliki seorang
saudara laki-laki dan enam orang saudara perempuan. Gelar sarjana PGSD ST di dapat beberapa tahun lalu setelah berkuliah di Universitas
Terbuka. Sebelumnya, ST hanya lulusan SPG. Sebelum menikah, ST dan pasangannya TS bertemu di Pulau Bangka saat sedang merantau.
Saat ini ST tinggal bersama dengan suaminya TS, anak bungsu dan seorang cucu laki-lakinya.
Selama 32 tahun hidup berkeluarga dengan TS, semua permasalahan yang ada dapat diatasi oleh ST dan pasangannya
bersama-sama tanpa melibatkan orang lain. Saat ini, informan masih aktif bekerja sebagai kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri
yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Sedangkan, pasangannya TS sudah pension dan dalam keseharian mengurusi cucu laki-laki serta
terkadang berkebun. Cucu laki-laki tersebut merupakan anak dari putri sulungnya. Bagi ST, TS merupakan pribadi yang memiliki ego dan
kehendak yang tinggi namun banyak memberikan dukungan kepadanya. ST dan TS juga saling melengkapi satu sama lain.
ST sendiri merasa sedih dan merasa bersalah terhadap anak-anak perempuannya. Anak keempat, kelima dan keenamnya tidak suka
mengenakan pakaian perempuan. Selain itu, gaya rambut seperti potongan laki-laki dan tomboy dalam keseharian. ST merasa hal ini