85
menunjukkan 0,518 yang berarti Pearson Correlation bernilai positif. Nilai positif pada Pearson Correlation berarti bahwa semakin tinggi skor pretest,
maka semakin tinggi pula skor posttest I. Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan memahami
menunjukkan bahwa harga Sig. 2-tailed ᦪ 0,05 atau p ᦪ 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima, artinya ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan memahami. Berdasarkan hasil harga Sig. 2-tailed ᦪ 0,05 yakni
0,006 dan harga r positif, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor yang positif dan signifikan antara pretest dan posttest I pada kelompok
kontrol terhadap kemampuan memahami. Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok
eksperimen terhadap kemampuan memahami adalah Pearson Correlation menunjukkan 0,487 yang berarti Pearson Correlation bernilai positif. Nilai
positif pada Pearson Correlation berarti bahwa semakin tinggi skor pretest, maka semakin tinggi pula skor posttest I. Hasil uji korelasi antara rerata skor
pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan memahami menunjukkan bahwa harga Sig. 2-tailed
ᦪ 0,05 atau p ᦪ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima, artinya ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen
terhadap kemampuan memahami. Berdasarkan hasil harga Sig. 2-tailed ᦪ
0,05 yakni 0,010 dan harga r positif, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor yang positif dan signifikan antara pretest dan posttest I pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan memahami.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan setelah beberapa waktu yakni pada posttest II masih
sekuat pada posttest I terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest II dilakukan minimal dua minggu setelah dilaksanakannya posttest I baik pada kelompok kontrol
86
maupun kelompok eksperimen. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan membandingkan skor rerata posttest I dengan skor rerata posttest II
untuk melihat perbedaan rerata skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji retensi pengaruh
perlakuan, langkah pertama yang dilakukan adalah menguji normalitas distribusi data untuk posttest I dan posttest II. Hasil uji normalitas distribusi
data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test, menunjukkan bahwa posttest I dan posttest II memiliki distribusi data normal sehingga analisis
selanjutnya yang digunakan adalah dengan statistik parametrik. Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji retensi pengaruh perlakuan adalah
95. Berikut ini adalah hasil normalitas distribusi data posttest II dengan Kolmogorov-Smirnov test lihat Lampiran 4.3.2.
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Memahami No
Aspek Sig. 2-tailed
Keterangan
1 Posttest II kelompok kontrol
0,809 Normal
2 Posttest II kelompok eksperimen
0,564 Normal
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa harga Sig. 2-tailed ᦫ 0,05
sehingga data terdistibusi normal dan analisis selanjutnya dengan menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena data yang
dibandingkan berasal dari dua kelompok yang sama. Kriteria yang digunakan untuk menolak H
null
adalah Sig. 2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.24 lihat Lampiran 4.10.2.
Tabel 4.24 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami No
Kelompok Rerata
Peningkatan Sig. 2-
tailed Keterangan
Posttest I Posttest II
1 Kontrol
3,12 2,60
-16,86 0,000
Ada perbedaan
2 Eksperimen
3,85 3,46
-10,09 0,000
Ada perbedaan
Skor rerata kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen yakni M = -0,52; SD = 0,21; SE = 0,04; t = -12,94; n = 27; dan df = 26. Hasil
skor kelompok eksperimen yakni M = -0,38; SD = 0,16; SE = 0,03; t = -12,61; n = 27; dan df = 26. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok
kontrol terhadap kemampuan memahami adalah harga Sig. 2-tailed ᦪ 0,05
87
atau p ᦪ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II
pada kelompok kontrol terhadap kemampuan memahami. Berdasarkan hasil harga Sig. 2-tailed
ᦪ 0,05 yakni 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol terhadap kemampuan memahami. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan memahami adalah
harga Sig. 2-tailed ᦪ 0,05 atau p ᦪ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan
memahami. Berdasarkan hasil harga Sig. 2-tailed ᦪ 0,05 yakni 0,000 maka
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan memahami.
Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mengalami penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Penurunan skor dari posttest
I ke posttest II pada kelompok kontrol lebih besar dari pada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan hasil persentase peningkatan
kelompok kontrol sebesar -16,86, sedangkan untuk kelompok eksperimen sebesar -10,09. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II
terhadap kemampuan memahami pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Memahami 2.20
3.13 2.60
2.33 3.85
3.46
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kel. Kontrol Kel. Eksperimen
88
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA
dengan materi wujud dan sifat benda, siswa kelas IV SD Sokowaten Baru tahun ajaran 20152016. Penelitian ini menggunakan dua kelas yakni kelas IVA sebagai
kelompok eksperimen dan kelas IVB sebagai kelompok kontrol. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mendapatkan pretest, posttest I, posttest II,
dan materi yang sama. Perbedaan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terletak pada perlakuan treatmen yang diterapkan. Kelompok kontrol
menerapkan metode ceramah selama kegiatan pembelajaran, sedangkan kelompok eksperimen menerapkan metode inkuiri selama pembelajaran.
Penelitian ini hampir sama dengan enam penelitian terdahulu yang relevan yakni sama-sama menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran. Variabel
dependen pada penelitian ini hampir sama dengan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Simsek Kabapinar 2010, Yuniyanti, Winarno,
Haryono 2012, dan Kurniawan 2013 yakni kemampuan memahami, namun belum ada penelitian yang meneliti mengenai kemampuan mengingat.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang relevan yakni mengenai materi, mata pelajaran, dan variabel dependennya. Penelitian
terdahulu belum ada yang meneliti mengenai materi wujud dan sifat benda pada mata pelajaran IPA kelas IV SD serta kemampuan mengingat. Hasil dari
penelitian ini yakni penerapan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA dengan
materi wujud dan sifat benda kelas IV SD Sokowaten Baru tahun ajaran 20152016. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simsek
Kabapinar 2010 dan Kurniawan 2013 yang mengemukakan bahwa penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Pengaruh penerapan
metode inkuiri memiliki dampak yang besar terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Berikut ini akan diuraikan lebih dalam mengenai hasil penelitian
terhadap kemampuan mengingat dan memahami.