12
bimbingan orang dewasa atau bekerja sama dengan teman sebaya yang mampu. ZPD dapat digambarkan sebagai perbedaan antara kemampuan anak untuk
memecahkan masalah dengan dibantu. ZPD mencakup semua fungsi dan aktivitas yang bisa dilakukan anak hanya dengan bantuan orang lain. Orang lain dalam
proses ini memberikan intervensi yang terstruktur yang disebut sebagai perancahan atau scaffolding Vygotsky, dalam Salkind, 2009: 375-376.
Perancahan atau scaffolding dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah
diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya. Perancahan atau scaffolding terdiri atas kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh pendidik untuk
menopang dan menuntun anak melalui zona perkembangan proksimal. Perancahan dapat diberikan oleh guru atau teman sebaya. Teman sebaya yang
tahu dapat menjadi pendidik bagi anak agar berhasil mempelajari apa yang harus diketahui Vygotsky, dalam Salkind, 2009: 379-380.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ZPD merupakan daerah saat anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa baik orang tua maupun guru
serta teman sebaya yang lebih terampil dalam memecahkan suatu permasalahan. Bantuan yang diberikan oleh orang lain disebut sebagai perancahan atau
scaffolding. Perancahan atau scaffolding berarti upaya-upaya yang dilakukan guna mengatasi permasalahan ketika anak berada pada daerah ZPD. Bantuan dari orang
lain atau teman sebaya yang lebih terampil dapat menjadikan anak meraih ide berpikir yang baru.
Upaya dalam mengatasi permasalahan tidak terlepas dari teknik atau metode yang digunakan agar anak mencapai suatu keberhasilan sehingga pemilihan
metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Setiap pembelajaran tidak terlepas dari metode yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi kepada anak. Metode merupakan cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya tercapai dengan optimal dengan mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan
yang nyata Sanjaya, 2006: 145. Metode pembelajaran adalah seluruh
13
perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas
Suyono dan Hariyanto, 2011: 19. Bagi Majid 2009: 135 metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Surakhmad dalam Suryosubroto, 2002: 148 bahwa metode pengajaran adalah langkah-langkah pelaksanaan dalam proses pengajaran atau teknisnya suatu bahan
pelajaran yang diberikan kepada murid-murid di sekolah. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu proses atau langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran serta cara
penilaiannya. Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar tetapi metode tersebut harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Berdasarkan paparan Piaget dan Vygotsky, metode pembelajaran yang
dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yaitu pada tahapan operasional konkret adalah metode yang membuat siswa aktif sendiri untuk memecahkan
suatu permasalahan melalui kegiatan kelompok dan dengan bantuan atau bimbingan orang lain yang lebih terampil. Metode yang cocok digunakan dan
dapat melibatkan siswa secara aktif dengan bantuan orang lain yang lebih terampil adalah metode inkuiri.
2.1.1.3 Metode Inkuiri 1.
Pengertian Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang melibatkan siswa secara aktif mengikuti pembelajaran. Pendekatan inkuiri adalah
suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan
utamanya adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri Ngalimun,
2012: 33. Inkuiri berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang
sesuatu berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan
14
pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah Seif, dalam Ngalimun, 2012: 34.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk bertanya dan dan
bertindak secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Metode inkuiri melibatkan siswa berpikir menemukan sesuatu dan mencari solusi untuk memecahkan
permasalahannya sendiri.
2. Keunggulan Metode Inkuiri
Melalui pendekatan inkuiri, siswa dikondisikan untuk berpikir secara kritis dan kreatif, dan untuk mendorong kesimpulannya sendiri atas observasi yang
mereka lakukan Nagalski, dalam Ngalimun, 2012: 40. Pendekatan ini memungkinkan siswa membangun jalur discovery dan investigasinya melalui
pengalaman kelas dan perpustakaan yang dapat membimbing mereka memahami konsep-konsep yang bernilai Fredericks, dalam Ngalimun, 2012: 40.
Sanjaya 2006: 206 mengemukakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan karena strategi ini
memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut. 1.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2.
Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.
3. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri
Ada lima prinsip dalam metode inkuiri yakni 1 berorientasi pada pengembangan intelektual, 2 prinsip interaksi, 3 prinsip bertanya, 4 prinsip
15
belajar untuk berpikir, dan 5 prinsip keterbukaan Sanjaya, 2006: 197-199. Kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana siswa beraktivitas untuk mencari dan menemukan sesuatu sehingga gagasan yang dikembangkan
adalah gagasan yang ditemukan. 2.
Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan atau interaksi, bukan sebagai sumber belajar.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya merupakan sebagian dari proses berpikir. Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai teknik
pertanyaan perlu dikuasi guru baik untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, mengembangkan kemampuan, atau untuk menguji.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran
bepikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar tidak hanya memanfaatkan otak kiri tetapi juga memanfaatkan otak kanan
yang mendukung untuk belajar berpikir logis dan rasional. 5.
Prinsip Keterbukaan Siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
16
menyediakan ruang
untuk memberikan
kesempatan pada
siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebebasan
hipotesis yang diajukan.
4. Jenis-jenis Metode Inkuiri
Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa, 2006: 109 mengemukakan bahwa metode inkuiri ada tiga macam, yakni sebagai berikut.
a. Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry
Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapannya atau pendekatan pembelajarannya masih membutuhkan bantuan guru dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan bagi siswa. Pada tahap awal, guru memberikan bimbingan serta pengarahan secara luas, kemudian pada tahap berikutnya guru
mengurangi sedikit demi sedikit bantuan bagi siswa. Bimbingan serta pengarahan dari guru diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan diskusi
yang memancing siswa untuk berpikir. b.
Inkuiri Bebas Free Inquiry Pada metode inkuiri ini, siswa melakukan penelitian sendiri layaknya
seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. Siswa harus dapat
mengidentifikasi serta merumuskan sendiri topik permasalahan yang akan diselidiki.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi Modified Free Inquiry
Merupakan metode campuran dari metode inkuiri terpimpin dan metode inkuiri bebas. Guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti memilih menggunakan metode inkuiri terbimbing karena siswa masih membutuhkan bimbingan atau arahan dari guru
dalam proses pembelajaran.
17
5. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa Amien,
1987: 137. Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagaimana menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa,
guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis. Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri
terbimbing. Dalam merumuskan hipotesis, rumusan dituliskan dengan menggunakan kata tanya apakah. Kata tanya apakah digunakan sebagai dasar
untuk menjawab hipotesis penelitian Amien, 1987: 137. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah kegiatan pembelajaran
inkuiri yang melibatkan peran guru sebagai pembimbing atau fasilitator terhadap proses belajar siswa.
6. Langkah-langkah Metode Inkuiri
Langkah-langkah metode inkuiri adalah 1 orientasi, 2 merumuskan masalah, 3 mengajukan hipotesis, 4 mengumpulkan data, 5 menguji
hipotesis, dan 6 merumuskan kesimpulan Sanjaya, 2006: 199-203. Keenam langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dan merangsang serta mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Hal yang dapat dilakukan dalam
tahap orientasi adalah menjelaskan topik atau tujuan pembelajaran, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2.
Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah untuk membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki dan
siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
18
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri sehingga melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3.
Mengajukan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Hal yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi
tetapi harus
didukung oleh
data yang
ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
19
merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Penarikan kesimpulan yang akurat dapat dilakukan melalui peran guru yang mampu menunjukkan pada
siswa data yang relevan. Pendapat lain dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto, 2009: 169 bahwa
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah 1 mengajukan pertanyaan atau permasalahan, 2 merumuskan hipotesis, 3
mengumpulkan data, 4 analisis data, dan 5 membuat kesimpulan. Dari beberapa langkah dalam inkuiri, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan
melakukan evaluasi.
2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom
Bloom dalam Anderson Krathwohl, 2010: 6-7 menjelaskan dimensi proses kognitif dibagi menjadi beberapa kategori pengklasifikasian proses-proses
kognitif yang terdapat pada tujuan di bidang pendidikan berdasarkan 6 tahapan taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Terdapat enam tahapan pada dimensi
proses kognitif Anderson Krathwohl, 2010: 99-133, yaitu sebagai berikut. 1.
Mengingat Proses mengingat adalah proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif, atau
kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan
masalah. Proses kognitif mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali.
2. Memahami
Proses memahami terjadi ketika siswa dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, ataupun grafis,
yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer Anderson Krathwohl, 2010: 105-128. Proses kognitif dalam kategori memahami
20
meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
3. Mengaplikasi
Proses kognitif mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal-soal latihan atau menyelesaikan masalah.
Proses kognitif dalam ketegori mengaplikasi meliputi mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4. Menganalisis
Proses kognitif menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar
bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
5. Mengevaluasi
Proses kognitif mengevalusasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteris dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori proses kognitif mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik.
6. Mencipta
Proses kognitif mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta
meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada
sebelumnya. Kategori proses mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
Peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai kemampuan mengingat dan memahami dalam penelitian ini karena kedua kemampuan tersebut menjadi
variabel dependen pada penelitian ini.
2.1.1.5 Kemampuan Mengingat