Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Lestari, Dewi Ayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan kemampuan

mengevaluasi dan kemampuan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas IV SD

Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalen control gruop design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Sokowaten Baru sebanyak 79 siswa. Sampel penelitian adalah kelas IVB sebagai kelompok kontrol terdiri dari 27 siswa dan kelas IVA sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 27 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig. (2-tailed) adalah 0,018 dan harga t=-2,44. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n=27; M = 0,61; SD = 0,77; SE = 0,14 dan

df = 52 untuk kelompok kontrol sedangkan n= 27; M = 1,11; SD = 0,72; SE = 0,13 dan df = 52 untuk kelompok eksperimen. Besarnya pengaruh penerapan

metode inkuiri adalah r = 0,32 atau sama dengan 10% setara dengan efek sedang. 2) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mencipta. harga

Sig. (2-tailed) adalah 0,021 dan harga t = -2,38. Rerata skor yang diperoleh

kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n= 27; M =

0,43; SD=0,81; SE = 0,15 dan df = 52 untuk kelompok kontrol, sedangkan n= 27; M = 0,97; SD = 0,86; SE = 0,16 dan df = 51,8 untuk kelompok eksperimen.

Besarnya pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,31 atau sama dengan 9% setara dengan efek sedang.


(2)

ABSTRACT

Lestari, Dewi Ayu. (2016). The effect of inquiry method aplication towards the ability to evaluate and create of Science Subject of Fourth Grade ofSokowaten Baru Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Key words: inquiry method, ability, evaluate, create, science subject

The background of the research was the researcher’s concern on the low

result of Science subject resulted by the study of PISA in 2009 and 2012. The purpose of this research was to find out the effect of the inquiry method application toward the ability to evaluate and create on the science subject of

fourth grade students’ of Sokowaten Baru Yogyakarta elementary School in the academic year of 2015/2016. The research used quasi experimental design method non-equivalent control group design. The population of the research involved 79 fourth students of Sokowaten Baru Elementary School. The samples of the research were 27 students of IVB class as the control group and 27 students of IVA class as the experimental group.

The result of the research showed that (1) the application of the inquiry method effected on the ability to evaluate. The value of Sig (2 tailed) was 0,018 and the value of t = -2,44. The average score gained by the experimental group was higher than that of the control group with the n=27; M=0,61; Sd= 0,77; SE= 0,14 and df = 52 for the control group while n=27; M= 1,11; Sd= 0,72; SE = 0,13 and df = 52 for the experimental group. The effect of the inquiry method showed by the value of r = 0,3 or 10%. That represented the medium effect. (2) the application of the inquiry method gave effect on the ability to create. The value of Sig (2 tailed) was 0,021 and the value of t = -2,38. The average score gained by the experimental group was higher than that of the control group with the n = 27, M= 0,43; SD = 0,81; SE= 0,15 and df = 52 for the control group, while n = 27; M= 0,97; SD= 0,86; SE = 0,16 and df = 51,8 for the experimental group. The effect of the inquiry method showed by the value of r = 0,31 or 9%. This represented the medium effect.


(3)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN

MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

SKRIPSI HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Ayu Lestari

NIM. 121134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016BI


(4)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN

MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

SKRIPSI HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Ayu Lestari

NIM. 121134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016BIN


(5)

SK]RIPSI

IENGARUII PENERAPAN PIETODE INKUIRI TERⅡ

ADiAP KEⅣ IAlvIPUAN

卿 σEレう

4L84SrDAN MEⅣ

Z4PADA酔IATA PELA」

ARAN IPA KELAS

SD SOKOWATEN BARU YOGYAKAMA

C)lehi

Dewi Ayu L"ta五

G.Ari Nugrahal■ a,SJ_,S.S.,BST,l■7f A_

Pembimbi五g IE

Tanggal:29 Desember 2015


(6)

SttSI

PENGARUII PENER_APAN WIIETODE INKUIRI TEREADAP KEル

IA肇

IttAN

卿 σEレラ4二υi4SF DAN形臣卜「C藤)FИ

PADA PIATA PELAJARAN PA KELASIV

SD SOKOWATEN BAR■

lYOGYAKARTA

E)isiapkan dan ditulis oleh:

Dewi Ayu Lestari 121134020

Tclah dipertahanLn di depall Panitia pengtti pada tangga1 20 Jantlari 2016

dan dinyatakan telah l■emeュuhi syarat

Susunan Panitia Peng轟:

Nama Lengkap

Ketua

Settetans 極 gOta I Anggota II Anggota III

:G Att Nugrahanta,SI,SS,3ST,NI A

i Christiyant:Aprittastuti,S Si,ヽ :Pd

iG´ Ari Nllgrahanta,SJ,SS,BST,N』

A

i Kintan iLillliallsih,S Pd,L/1_Pd

:Christiyanti Aprinastuti.S Si,レ IPd

Yo釘よ atta,20 Jttuari 2016

Fakuitas Kegurllan dan IImu Pendidikan UniversLas Santta Dhttma


(7)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan jalan terbaik dalam hidupku. 2. Ayah dan Ibuku yang sangat luar biasa mendidikku.

3. Kakakku yang telah memberiku banyak motivasi.

4. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan membantuku. 5. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang kucinta.


(8)

v HALAMAN MOTTO

Jika kau harus berteriak

Lakukanlah untuk membangkitkan semangat seseorang Rahasia pendidikan adalah menghargai sang murid

(Ralph Waldo Emerson)

Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati (W.M. Thancheray)


(9)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Januari 2016

Penulis,


(10)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Dewi Ayu Lestari

Nomor Mahasiswa : 121134020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Januari 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

Lestari, Dewi Ayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan kemampuan

mengevaluasi dan kemampuan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas IV SD

Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalen control gruop design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Sokowaten Baru sebanyak 79 siswa. Sampel penelitian adalah kelas IVB sebagai kelompok kontrol terdiri dari 27 siswa dan kelas IVA sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 27 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig. (2-tailed) adalah 0,018 dan harga t=-2,44. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n=27; M = 0,61; SD = 0,77; SE = 0,14 dan

df = 52 untuk kelompok kontrol sedangkan n= 27; M = 1,11; SD = 0,72; SE = 0,13 dan df = 52 untuk kelompok eksperimen. Besarnya pengaruh penerapan

metode inkuiri adalah r = 0,32 atau sama dengan 10% setara dengan efek sedang. 2) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mencipta. harga

Sig. (2-tailed) adalah 0,021 dan harga t = -2,38. Rerata skor yang diperoleh

kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n= 27; M =

0,43; SD=0,81; SE = 0,15 dan df = 52 untuk kelompok kontrol, sedangkan n= 27; M = 0,97; SD = 0,86; SE = 0,16 dan df = 51,8 untuk kelompok eksperimen.

Besarnya pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,31 atau sama dengan 9% setara dengan efek sedang.


(12)

ix

ABSTRACT

Lestari, Dewi Ayu. (2016). The effect of inquiry method aplication towards the ability to evaluate and create of Science Subject of Fourth Grade of Sokowaten Baru Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Key words: inquiry method, ability, evaluate, create, science subject

The background of the research was the researcher’s concern on the low result of Science subject resulted by the study of PISA in 2009 and 2012. The purpose of this research was to find out the effect of the inquiry method application toward the ability to evaluate and create on the science subject of fourth grade students’ of Sokowaten Baru Yogyakarta elementary School in the academic year of 2015/2016. The research used quasi experimental design method non-equivalent control group design. The population of the research involved 79 fourth students of Sokowaten Baru Elementary School. The samples of the research were 27 students of IVB class as the control group and 27 students of IVA class as the experimental group.

The result of the research showed that (1) the application of the inquiry method effected on the ability to evaluate. The value of Sig (2 tailed) was 0,018 and the value of t = -2,44. The average score gained by the experimental group was higher than that of the control group with the n=27; M=0,61; Sd= 0,77; SE= 0,14 and df = 52 for the control group while n=27; M= 1,11; Sd= 0,72; SE = 0,13 and df = 52 for the experimental group. The effect of the inquiry method showed by the value of r = 0,3 or 10%. That represented the medium effect. (2) the application of the inquiry method gave effect on the ability to create. The value of Sig (2 tailed) was 0,021 and the value of t = -2,38. The average score gained by the experimental group was higher than that of the control group with the n = 27, M= 0,43; SD = 0,81; SE= 0,15 and df = 52 for the control group, while n = 27; M= 0,97; SD= 0,86; SE = 0,16 and df = 51,8 for the experimental group. The effect of the inquiry method showed by the value of r = 0,31 or 9%. This represented the medium effect.


(13)

x PRAKATA

Puji dan Syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi

yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Meskipun banyak hambatan yang yang di alami dalam proses pengerjaannya, tapi peneliti berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu berkat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen penguji ke-3 yang telah memberikan saran dan menguji dengan penuh kesabaran.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran hingga akhir penyusunan skripsi.

5. Siti Maryani, S.Pd. Kepala SD Sokowaten Baru yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

6. Gundari, S.Psi. Guru mitra SD peneliti yang telah membantu sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

7. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SD Sokowaten Baru yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian.


(14)

xi 8. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membantu proses perijinan penelitian skripsi sampai skripsi ini selesai. 9. Kedua orang tuaku, Supardi dan Siti Asriah yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan doa.

10.Kedua kakakku, Nurbono dan Yeni Astuti yang selalu memberikan semangat agar skripsi segera selesai.

11.Juli Antoni, SKM. Selalu memberikan semangat dan doanya.

12.Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung inkuiri Wikan, Tira, Nindya, Adi, Dea, Bayu, Stevani, Andan, Vega, Desti, Ami, dan Agnes yang telah memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi.

13.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu peneliti.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Peneliti


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI……….…xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHUUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 10

1. Pengertian Metode Inkuiri... 10

2. Prinsip Metode Inkuiri ... 11

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 12

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

6. Keunggulan Metode Inkuiri ... 15

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom ... 16

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ... 18

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ... 18

2.1.1.7 Pembelajaran IPA... 19


(16)

xiii

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri ... 22

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 24

2.2.3 Literature Map ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Setting Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 33

3.4.1 Variabel Independen ... 34

3.4.2 Variabel Dependen ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian ... 35

3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 36

3.7.1 Validitas ... 37

3.7.2 Reliabilitas ... 39

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 40

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 41

3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.5 Analisis Lebih Lanjut... 44

3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I . 44 3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44

3.8.5.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest ... 45

3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 46

3.8.5.5 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 47

3.8.5.6 Pembahasan Lebih Lanjut ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 50


(17)

xiv

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 51

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 51

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 52

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 54

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 55

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 56

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 60

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 60

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 61

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 63

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 64

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 66

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 67

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 68

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 69

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 71

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 72

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 72

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 73

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 75

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 77

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi... 79

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 82

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 84

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 87

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 89

5.3 Saran ... 89

DAFTAR REFERENSI ... 90

LAMPIRAN ... 94


(18)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ... 27

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian ... 34

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 43

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 43

Gambar 3.5 Rumus Persentase Uji Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44

Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi ... 47

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengevaluasi 59 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 61

Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 66

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mencipta ... 71

Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Mencipta ... 73


(19)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 31

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ... 36

Tabel 3.4 Hasil Validitas Instrumen ... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Aspek Setiap Variabel ... 38

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 39

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan ... 48

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Mitra Setelah Perlakuan ... 49

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengevaluasi ... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 56

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mengevaluasi ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 60

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 62

Tabel 4.9 Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mengevaluasi 65 Tabel 4.12 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 65


(20)

xvii

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 68

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mencipta ... 68

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 70

Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 70

Tabel 4.18 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mencipta ... 72

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 72

Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 74

Tabel 4.21 Hasil Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 75

Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mencipta ... 76

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mencipta ... 77


(21)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian ... 95

Lampiran 1.2 Surat Izin Validitas Instrumen ... 96

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 97

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 100

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 108

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 113

Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 127

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 131

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 136

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgemen ... 138

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 139

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 142

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevauasi ... 143

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta 146 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ... 149

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 150

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 152

Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 154

Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 155

Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 159

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 161

Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 163

Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara ... 166


(22)

xix Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian ... 174


(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan definisi operasional. Beberapa hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1). Pembaharuan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian misalnya penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains dilakukan oleh Program for

International Student Assessment (PISA). Penelitian dilaksanakan satu kali dalam

tiga tahun. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 65 negara dengan skor 383 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2010: 8). Pada tahun 2012 Indonesia menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia, dengan perolehan skor 382 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2013: 232). Dari hasil tersebut terlihat bahwa kualitas pendidikan di Indonesia belum baik khususnya dalam bidang sains.

Kualitas pendidikan di Indonesia yang belum baik khususnya dalam bidang sains juga didukung dengan rendahnya kemampuan kognitif siswa. Bloom memaparkan prosses kognitif yang telah direvisi terdapat enam proses kognitif yaitu kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta merupakan

kemampuan paling tinggi dalam taksonomi Bloom. Kemampuan mengevaluasi yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kemampuan mencipta adalah proses menyusun


(24)

2 elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-130). Rendahnya kemampuan kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta dilihat dari hasil PISA 2012. Pada kemampuan mengevaluasi siswa mampu melakukan 8,4%, sedangkan kemampuan mencipta hanya 1,2% (OECD, 2013: 231).

Pemerintah mempunyai upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dengan mengadakan sertifikasi bagi guru dengan menaikkan gaji hingga dua kali lipat (Chank, 2014:2). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas guru belum berhasil. Guru yang sertifikasi harus memenuhi syarat mengajar 18 jam per minggu (Chank, 2014:2). Hal tesebut dilakukan agar guru dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan dengan diadakannya sertifikasi guru tidak berpengaruh (Chank, 2014:117). Guru yang efektif harus memiliki karakteristik di antaranya, 1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed-back) dan penguatan (reinforcemen), 4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri (Suhana, 2014: 162). Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memperbaiki kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengubah metode pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2006: 145). Seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Seorang pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk materi yang akan diajarkan. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, di antaranya adalah metode pembelajaran inkuiri.


(25)

3 Sanjaya (2006: 194) menyatakan bahwa metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode dimana siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran guna mencari dan menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan, sehingga siswa lebih termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Elyani (2011) tentang pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sinifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Wayan (2013) juga meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan menggunakan rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional. Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA (Susanto, 2013: 172). (Trianto dalam Tampubolon, 2014: 148) menjelaskan bahwa IPA adalah sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pegumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk menghasilkan penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Penerapan


(26)

4 metode inkuiri untuk meningkatkan aspek mengevaluasi dan mencipta belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu di uji cobakan metode inkuiri terhadap akemampuan mengevaluasi dan mencipta. Metode inkuiri diuji dengan menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pelajaran IPA kelas IV di SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Sekolah yang digunakan dalam penelitian adalah SD Sokowaten Baru karena SD tersebut memiliki kelas paralel. Selain itu, sekolah memiliki banyak prestasi sehingga memudahkan peneliti melaksanakan penelitian. Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah “6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya”. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah “6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu”. Aspek-aspek kemampuan mengevaluasi dibatasi pada kemampuan memeriksa dan mengkritik (Anderson dan Krathwohl, 2010:125-127). Aspek-aspek kemampuan mencipta dibatasi pada kemampuan merumuskan, mendesain hipotesis, mendesain percobaan. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas IV SD. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta diukur dari hasil pretest, posttest I, dan posttest II. Kelas IVB sebagai kelompok kontrol dan IVA sebagai kelompok eksperimen.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran


(27)

5 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran

2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Guru

Guru akan mengenal metode pembelajaran inovatif terutama metode inkuiri yang dapat diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. 1.4.2 Bagi Siswa

Siswa dapat belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kognitif tingkat tinggi.

1.4.3 Bagi sekolah

Penelitian yang dilakukan dapat memberikan inspirasi untuk meningkatkan pendidikan disekolah.

1.4.4 Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran dan peneliti dapat menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran inovatif sehingga peneliti dapat mengaplikasikan ketika mengajar kelak.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Proses kognitif adalah proses berpikir sesuai dengan taksonomi Benjamin S. Bloom yang telah direvisi yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.


(28)

6 1.5.2 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi unsur memeriksa dan mengkritik.

1.5.3 Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk membuat suatu rancangan berdasarkan pengetahuan tertentu meliputi unsur merumuskan masalah, medesain hipotesis, dan mendesain percobaan.

1.5.4 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat menemukan sendiri penemuannya dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat menemukan sendiri penemuannya dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri dengan bimbingan guru.

1.5.6 Siswa SD dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B SD Sokowaten Baru Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

1.5.7 Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui pegumpulan data dengan eksperimen.


(29)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka, hasil peneltian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis penelitian berisi dugaan sementara dari rumusan masalah.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi, 2011: 1). Istilah perkembangan merujuk pada pertumbuhan, penyesuaian diri yang dilakukan, dan perubahan yang terjadi dalam fase kehidupannya melalui aspek perkembangan yang menyeluruh baik perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif (pemikiran) dan bahasa (Slavin, 2011: 40). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan merpakan tahap atau proses pertumbuhan dari kecil hingga besar.

Teori perkembangan anak yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Teori tersebut peneliti gunakan karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap perkembangan anak. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan anak bergantung pada interaksi anak dengan orang lain dan dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang disediakan oleh kultur dan membantu membentuk pandangan dunia anak (dalam Salkind, 2009: 373). Interaksi sosial memengaruhi perubahan pemikiran anak (dan selanjutnya perilaku mereka), karena perilaku berakar pada konteks sosial dimana perilaku itu berlangsung (Salkind, 2009: 373). Ada empat ide pokok yang menjadi dasar teori Vygotsky (Salkind, 2009: 374), yaitu (1) anak-anak membangun


(30)

8 pengetahuan mereka sendiri, (2) perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya, (3) pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, (4) bahasa memainkan peranan sentral dalam perkembangan mental. Vygotsky (dalam Schunk, 2012: 339) mengemukakan bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran dan berpikir bahwa interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar.

Konsep utama dalam teori Vygotsky adalah zona perkembangan proksimal (zone of proximal development), atau ZPD. ZPD didefinisikan sebagai jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan teman-teman sebaya yang mampu (Schunk, 2012: 341). Zona perkembangan proksimal digambarkan sebagai perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 376). Batas bawah ZPD adalah tingkat keterampilan yang dicapai oleh anak yang bekerja secara independen, sedangkan batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang anak dapat terima dengan bantuan instruktur yang cakap (Santrock, 2014: 57).

Konsep ZPD menjadi pendorong terjadinya kemajuan dalam perkembangan (suatu gejala yang menurut Vygotsky terjadi secara alamiah) dan pembelajaran (suatu aktivitas yang didasarkan pada latihan, dengan isi aktivitas ditentukan oleh kultur sekeliling). Membantu siswa memperoleh mediator-mediator kognitif melalui lingkungan sosial dapat dilakukan dengan banyak cara. Aplikasi yang umum dipakai adalah konsep pemberian struktur penyangga pengajaran atau pemberian bantuan pengajaran (instructional scaffolding) yang mengacu pada proses-proses pengendalian elemen-elemen tugas yang berada di luar kapasitas siswa (Schunk, 2012: 344). Perancahan (scaffolding) diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya (Salkind, 2009: 379). Perancahan (scaffolding) terdiri atas kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh pendidik untuk menopang dan menuntun anak melalui zona perkembangan proksimal (Salkind, 2009: 379). Pendidik (entah itu guru sekolah,


(31)

9 orang tua, atau teman sebaya yang berpengetahuan) menyediakan perencah, dan kemudia anak berusaha menguasai materi (Salkind, 2009: 379).

Piaget (dalam Santrock, 2014: 43) membagi proses belajar menjadi lima tahapan yakni skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrium. (1)

Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan

pengetahuan, (2) Asimilasi adalah proses memasukan informasi baru ke dalam pengetahuan skema yang ada, (3) Akomodasi adalah proses menyesuaikan skema pengetahuan yang sudah ada terhadap informasi baru, (4) Organisasi adalah pengelompokan perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih tinggi, dan (5) Equilibrium adalah mekanisme perpindahan dari satu tahap pemikiran anak ke tahap pemikiran berikutnya.

Jean Piaget memiliki pendapat tentang tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut; (1) sensori-motor berumur 0-2 tahun (2) pra-operasional berumur 2-7 tahun (3) pra-operasional konkrit berumur 7-11 tahun, dan (4) operasi formal berumur > 11 tahun. Tahap-tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Tingkat sensori-motor

Tingkat sensori motor dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada tahap ini anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Pada tingkat ini anak tidak mempunyai konsepsi object performance. Bila suatu benda disembunyikan maka anak tidak akan bisa menemukannya (Santrock, 2014:45). 2. Tingkat pra-operasional

Tingkat ini ialah antara umur 2-7 tahun. Periode ini anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra-operasional memiliki dua subtingkat. Sub tingkat pertama antara 2-4 tahun disebut tingkat pralogis, subtingkat kedua antara 4-7 tahun disebut dengan tingkat berpikir infuitif (Santrock, 2014: 46).

3. Tingkat operasional konkret

Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Itu berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkret (Santrock, 2014: 49).


(32)

10 4. Tingkat operasional formal

Tingkat operasional formal antara umur 11 tahun. Usia tersebut anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang kompleks. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak (Santrock, 2014: 50).

Berdasarkan tahap-tahap tersebut, peneliti menggunakan tahap perkembangan operasional konkret pada siswa SD kelas IV SD. Siswa kelas IV SD berumur antara 11 tahun. Menurut teori Piaget, anak yang berusia antara 7-11 tahun sudah mampu berpikir secara logis mengenai hal-hal nyata dan konkret. Dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih metode maupun media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau pola yang khas dalam pemanfaatan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Tampubolon 2014: 142). Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19). Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2006: 145).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan


(33)

11 keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian,

yaitu siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang

tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan menggunakan informasi untuk waktu yang lama (Ellis dalam Ngalimun, 2012: 33). (Seif dalam Ngalimun, 2012: 33) mengartikan bahwa inkuiri berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah.

Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194). Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2009: 166).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri merupakan metode di mana siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran guna mencari dan menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan, sehingga siswa lebih termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Menurut (Sanjaya, 2006: 197-199) metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran inkuri yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yaitu sebagai berikut. 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi pembelajaran berorientasi pada hasil belajar juga proses belajar. 2). Prinsip interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. 3). Prinsip bertanya, peran guru yang harus dilakukan dalam


(34)

12 menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4). Prinsip Belajar untuk Berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir

(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik

otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5). Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut.

a. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapan pembelajarannya masih membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan bagi siswa.

b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)

Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama proses tersebut, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama sekali.

c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modified free inquiry)

Pada inkuiri guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Model inkuiri merupakan kolaborasi antara pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.


(35)

13 Metode inkuiri terdapat tiga macam jenis, di antaranya jenis inkuiri terbimbing, jenis inkuiri bebas, dan jenis inkuiri bebas yang dimodifikasi. Metode yang akan diguanakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing karena anak usia sekolah dasar masih memerlukan bimbingan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amien, 1987: 137). Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagimana menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa, guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis. Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri terbimbing. Dalam merumuskan hipotesis, rumusan dituliskan dengan menggunakan kata tanya “apakah”. Kata tanya “apakah” digunakan sebagai dasar untuk menjawab hipotesis penelitian.

Dalam metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2007: 109). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah langkah pembelajaran inkuiri yang masih melibatkan guru untuk membimbing dalam proses pembelajaran.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing

Langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri meliputi a) inkuiri, b) merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d) mengumpulkan data, e) menguji hipotesis, dan f) merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2006: 198-202). Keenam langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah 1) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar


(36)

14 yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, 2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 3) menjelakan pentingnya topik dan kegiatan belajar (Sanjaya, 2006: 199). Pada tahap orientasi hal yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa supaya siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu 1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, 2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, 3) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa (Sanjaya, 2006: 199-200).

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis (Sanjaya, 2006: 200-201).

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada tahap mengumpulkan data dibutuhkan motivasi yang kuat dalam dalam belajar, ketekunan, dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. Peran guru pada tahap ini adalah memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan-pertanyaan secara merata pada seluruh siswa sehingga siswa terangsang untuk berpikir (Sanjaya, 2006: 201).


(37)

15 e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses mennetukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Jawaban yang diberikan tidak berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus disrtai data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan (Sanjaya, 2006: 201-202).

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis (Sanjaya, 2006: 201). Merumuskan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran. (Sanjaya, 2006: 202) untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru menunjukkan data-data yang relevan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Dewey dalam Ngalimun (2012: 35-38) menyatakan bahwa proses inkuiri meliputi 1) penerimaan dan pendefinisian masalah, 2) pengembangan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana (dalam Trianto, 2009: 172) yang menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yakni 1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, 2) menerapkan jawaban sementara atau dikenal dengan hipotesis, 3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan, 4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah dalam inkuiri, peneliti menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

6. Keunggulan Metode Inkuiri

Keunggulan-keunggulan jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran (Sanjaya, 2006: 206), adalah sebagai berikut.


(38)

16 a. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.

b. Metode inkuiri dapat memberkan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Metode inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembanagn psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom

Bloom (dalam Anderson & Krathwohl, 2010: 6-7) menjelaskan kategori-kategori pada dimensi proses kognitif. Dimensi proses kognitif dibagi menjadi beberapa kategori pengklasifikasian beberapa proses kognitif yang terdapat pada tujuan pendidikan. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson dan Krathwohl, 2010: 99-113) terdapat 6 level dalam proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yaitu sebagai berikut.

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Level ini merupakan level proses kognitif yang paling sederhana. Proses mengingat meliputi proses mengenali dan mengingat kembali. Mengingat kembali melibatkan proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-105).

b. Memahami

Proses memahami adalah proses yang di dalamnya terdapat proses pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Level ini meliputi proses menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson & Krathwohl, 2010: 105-106).


(39)

17 c. Mengaplikasikan

Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Level ini meliputi proses mengeksekusi dan mengimplementasi. Mengeksekusi melibatkan proses menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar. Mengimplementasi melibatkan proses memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar (Anderson & Krathwohl, 2010: 116-119).

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Proses menganalisis meliputi proses membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komuinikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Mengatribusikan melibatkan proses menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi (Anderson & Krathwohl, 2010: 120-125).

e. Mengevaluasi

Proses mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).

f. Mencipta

Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis


(40)

18 yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-133).

Peneliti membahas lebih lanjut mengenai kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta, karena dalam penelitian ini kedua kemampuan tersebut merupakan variabel dependen.

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010: 125-127), proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik di jelaskan sebagai berikut.

a. Memeriksa

Proses memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa melibatkan proses menentukan seberapa baik rencana itu berjalan. Nama lain memeriksa adalah menguji, mendeteksi, dan memonitor.

b. Mengkritik

Proses mengkrtitik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai. Kritikannya dapat didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif, atau keduanya dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif.

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:128-133), proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang


(41)

19 koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi dijelaskan sebagai berikut.

1. Merumuskan

Proses merumuskan ini melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merumuskan di sini dibatasi dalam pengertian yang sempit.

2. Merencanakan

Proses ini melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

3. Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Dalam memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan harus menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan gambaran tersebut.

2.1.1.7 Pembelajaran IPA

IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, IPA sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam (Supriyono dalam Tampubolon, 2003: 148). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).

Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) menambahkan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara satu fenomena dengan fenomena lain. (Powler dalam Samatowa, 2011: 3) mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 130) mengungkapkan bahwa IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. IPA sebagai produk dapat diartikan


(42)

20 sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. IPA sebagai proses dapat diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, dan mengembangkan produk sains. IPA sebagai aplikasi dapat diartikan sebagai teori-teori IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia.

Bedasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dengan cara mengamati secara langsung.

2.1.1.8 Materi tentang IPA

Standar Kompetensi IPA kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Kompetensi Dasar penelitian ini adalah 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Berikut ini diuraikan materi tentang wujud benda dan sifat-sifatnya.

Berdasarkan wujudnya benda dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni benda padat, benda cair, dan benda gas (Rositawaty & Muharam, 2008: 83). Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda yang satu dengan benda yang lainnya.

1. Benda Padat

Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda gas. Sifat-sifat dari benda padat di antaranya adalah wujudnya tetap, dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu, dan mempunyai massa (Sulistyanto & Wiyono, 2008: 75).

a. Bentuknya tetap

Buku dan pensil tidakakan berubah bentuk jika kita pindahkan dari suatu tempat ke tempatyang lain. Penggaris yang memanjang tidak mengikuti bentuk gelas. Hal itu menunjukkan bahwa setiap benda yang berwujud padat bentuknya selalu tetap.

b. Benda padat dapat diubah dengan cara tertentu

Benda-benda yang digunakan sehari-hari bentuknya sudah berubah dari bentuk aslinya, misalnya baju. Bentuk semula adalah sehelai kain,


(43)

21 kemudian dipotong dan dijahit sehingga berubah bentuk menjadi sebuah baju. Untuk dapat mengubah benda padat menjadi bentuk lain, benda tersebut harus mendapat perlakuan tertentu, misalnya ditekan, dipahat, dipotong, diraut, dibor, digergaji, diamplas, dan sebagainya.

c. Mempunyai massa

Benda padat mempunyai berat/massa. Berat benda berbeda-beda bergantung pada jenis benda padat tersebut. Berat atau ringan suatu benda tidak hanya ditentukan oleh besar atau kecil benda itu. Berat benda bergantung pula pada jenis benda padat tersebut.

2. Benda Cair

Contoh benda cair yaitu air, minyak, susu, kecap, dan sebagainya. Benda cair memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan tempatnya

Jika menuangkan air ke dalam gelas maka bentuk air seperti gelas. Akan tetapi jika menuangkan air ke dalam mangkok maka bentuknya seperti mangkok, dan jika menuangkan air ke dalam botol maka bentuk air seperti botol. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa bentuk benda cair dapat berubah sesuai dengan tempatnya.

b. Benda cair memiliki massa

Air mempunyai massa hal ini dibuktikan jika mengangkat gelas kosong terasa akan lebih ringan dibandingkan jika mengangkat gelas yang berisi air. Jika air semakin banyak, beratnya pun bertambah, maka benda cair mempunyai berat, dan berat benda cair bergantung pada volumenya. c. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar

Saat keadaan tenang, permukaan air selalu datar. Akan tetapi, jika mendapat usikan permukaan air tidak lagi datar. Sifat ini dapat dimanfaat oleh tukang bangunan seperti untuk mengetahui kedataran lantai pada saat pemasangan ubin.

d. Benda cair mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Air di sungai mengalir mulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu sungai berada dipegunungan sementara hilir berada dimuara, biasanya berakhir di


(44)

22 laut. Hal ini membuktikan bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

e. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu

Air dapat melarutkan zat atau bahan tertentu sehingga air disebut zat pelarut. Air dan zat yang terlarut di dalamnya disebut larutan. Contohnya larutan gula artinya air yang di dalamnya terdapat gula seperti pada teh manis.

f. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil

Air yang berada dalam toples pot airnya menjadi berkurang. Air tersebut berkurang karena habis diambil oleh tanaman bunga yang hidup di atasnya. Air tersebut naik karena air memiliki sifat kapilaritas, yaitu dapat naik melalui pipa-pipa kecil.

g. Benda cair menekan ke segala arah

Dari setiap lubang tabung, akan memancar air. Tekanan air di permukaan tabung akan diteruskan oleh air yang berada di bawahnya ke segala arah. Dengan demikian, air akan mengalir keluar tabung. Tekanan air makin ke bawah makin besar.

3. Benda Gas

Udara dan asap merupakan benda yang tergolong benda gas. Berbeda dengan benda padat dan cair, gas sulit diamati. Hanya gas-gas tertentu yang dapat dilihat. Misalnya, asap pembakaran dan asap knalpot kendaraan. Sifat-sifat dari benda gas antara lain adalah (a) bentuknya menyerupai tempatnya, (b) menempati seluruh ruangan, (c) menekan ke segala arah, (d) memiliki berat/massa, dan (e) memiliki aliran.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri

Elyani (2011) meneliti pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperiment. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 36 orang dengan menggunakan


(45)

23 tekhnik probablility samplig dan dibagi menjadi dua kelompok, kelas VIII 3 sebagai kelompok eksperimen dan VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan metode konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini diperoleh skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-ratakelompok kontrol adalah 35.17. Hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 77.17 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62.06. Berdasarkan penghitungan uji-t

dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh harga ttabel=2,00> t hitung=3,20. Dari hasil pengujian diperoleh Hasil regresi liner sederhana mengindikasikan bahwa (thitung > t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan dua rata-rata postest pada kelompok eksperimen dan kelompok kotrol diperoleh harga t hitung 0,73 dan ttabel 1,76. Hasil pengujian diperoleh bahwa (thitung < t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf 95%, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posstest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posstest kelompok kontrol. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode pembelajarn inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

Wayan, dkk. (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan menggunakan rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Populasi penelitian berjumlah 125 siswa dan sampel berjumlah 64 siswa. Data sikap ilmiah dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner dan data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Data dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan SPSS 17.00 for windows. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional (F=29,110; p<0,05), (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional


(46)

24 (F=22,649; p<0,05), dan (3) terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional (F=39,144; p<0,05).

Abdi (2014) meneliti the effect of inquiry-based learning method on students’ academic achievement in science course. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek dari metode pembelajaran berbasis penyelidikan pada prestasi akademik siswa dalam ilmu pelajaran pengetahuan. Penelitian ini melibatkan 40 siswa kelas lima dari dua kelas yang berbeda. Mereka dipilih melalui metode purposive sampling. Kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran berbasis penyelidikan, sedangkan kelompok lainnya menggunakan metode tradisional. Penelitian eksperimental ini berlangsung selama delapan minggu. Untuk menentukan efektivitas metode pembelajaran berbasis penyelidikan lebih instruksi tradisional, tes prestasi tentang ilmu yang terdiri dari 30 item diberikan sebagai pre-test dan post-test untuk siswa baik dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Peneliti meggunakan nalisis Kovarian (ANCOVA) dalam menguji statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasis penyelidikan mencapai skor lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan metode tradisional.

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Jelantik, dkk. (2014) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis dan kinerja ilmiah pada pelajaran biologi kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. Penelitian dilaksanakan di SMA N 2 Amlapura tahun pelajaran 2012/2013 dengan populasi siswa kelas XI IPA yang berjumlah 155 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 sebagai kelompok eksperimen, serta kelas XI IPA2 sebagai kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan post-test only control

group design. Instrumen pengambilan data berupa tes keterampilan berpikir kritis

dan instrumen kinerja ilmiah. Teknik analisis data yang digunakan adalah

MANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang


(47)

25 mengikuti model pembelajaran langsung. Analisis lebih lanjut dengan uji LSD menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. (2) Terdapat perbedaan kinerja ilmiah antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Analisis lebih lanjut dengan uji LSD menunjukkan bahwa kinerja ilmiah kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. (3) Terdapat perbedaan kemampuan keterampilan berpikir kritis dan kinerja ilmiah antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung.

Kusmiyati, dkk. (2014) melalukan penelitian di kelas VIII di SMPN 2 Kediri karena sebelumnya tidak pernah diadakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat RPP guru yang sintaknya tidak mengarah pada kegiatan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Kediri dengan sampel penelitian siswa kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis berupa tes

esai, lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Data hasil penelitian berupa hasil dari pre-test dan post-test dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest dan post-test kelas eksperimen yang menggunakan inkuiri terbimbing masing-masing sebesar 11,35 dan 65,26, nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah diskusi masing-masing sebesar 5,82 dan 50,76. Hasil uji t diperoleh t hitung 5,38 lebih besar dari t tabel 1,99, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh dalam


(1)

170

4.11.6 Wawancara 2 Siswa J Setelah Perlakuan

Hari, tanggal : Sabtu, 19 September 2015

Baris Wawancara ke-2 Keterangan

P : Apa yang menyebabkan nilaimu mengalami peningkatan pada posttest I setelah belajar dengan metode inkuiri?

3 S3 : Karena sudah melakukan percobaan, jadi masih ingat. Terus nilaiku ningkat

Menigkat (W2 SJ B3)

P : Apa yang menyebabkan nilaimu mengalami penurunan pada posttest II?

6 S3 : Sudah lama, jadi sudah lupa bu. Jadi nilaiku turun Nilai menurun (W2 SJ B6)

4.11.7 Wawancara Guru Mitra Setelah Perlakuan

Hari, tanggal : Senin, 24 Agustus 2015

Baris Wawancara Keterangan

P : Apakah Ibu pernah menerapkan metode inkuiri selama mengajar IPA?

G : Saya belum pernah menggunakan metode inkuiri ketika mengajar

P : Bagaimana pembelajaran IPA dengan menerapkan metode inkuiri?

7 G : Metode inkuiri sangat baik digunakan untuk

pembelajaran IPA karena dalam pembelajaran IPA juga lebih ditekankan untuk melakukan praktikum. Siswa juga lebih senang dan aktif selama pembelajaran. Siswa diajak untuk melakukan sebuah penelitian sederhana mulai merumuskan masalah hingga membuat

kesimpulan. Jadi, metode inkuiri sangat baik diterapkan dipembelajaran IPA

Metode inkuiri sangat tepat diterapkan pada pembelajaran IPA (W G B7-14)

P : Apakah kelebihan dari metode inkuiri jika diterapkan dalam pembelajaran?

G : Kelebihan metode inkuiri jika diterapkan dalam pembelajaran itu dapat melatih siswa dalam perkembangan siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotor.

P : Apakah kendala yang Ibu hadapi ketika mengajar dengan menerapkan metode inkuiri?

23 G : Kendala saya kira tidak ada. Selama pembelajaran saya mengamati bahwa siswa lebih senang dan antusias ketika melakukan percobaan maupun presentasi di depan kelas. Namun, ketika melakukan percobaan terkadang ada siswa yang bermain-main dengan alat percobaan, sehingga pengawasan perlu ditingkatkan. Saya rasa guru mengalami kesulitan jika harus mempersiapkan alat dan bahan untuk percobaan, apalagi jika alat dan bahannya susah untuk didapatkan

Tidak menemukan kendala dalam pembelajaran (W G B23-31)

P : Apakah metode inkuiri lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA?


(2)

171

Baris Wawancara Keterangan

pembelajaran IPA. Saya juga merasakan bahwa dengan metode inkuiri pembelajaran lebih banyak dilakukan oleh siswa. Mereka dapat melakukan analisis dan dapat menumbuhkan jiwa peneliti. Berbeda dengan ceramah, siswa hanya duduk manis di tempat duduk dan hanya menerima transferan materi dari guru sehingga siswa hanya menghafal saja

efektif diterapkan (W G B34-41)

P : Bagaimana perbedaan mengajar dengan metode inkuiri dan metode ceramah?

G : Perbedannya adalah jika mengajar menggunakan metode inkuiri kita melatih siswa aktif dan terlibat dalam pembelajaraan. Semua siswa terlibat dalam melaksanakan kegiatan. Jika menggunakan metode ceramah, saya hanya menjelaskan dengan cara ceramah dan siswa hanya membayangkan dan tidak

mempraktikkan secara langsung. Pemahaman siswa juga berbeda jika saya mengajar dengan menggunakan metode inkuiri dan metode ceramah.

P : Bagaimana keadaan siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen saat pembelajaran?

G : Ya siswa pada kelompok kontrol lebih tenag di bangku masing-masing karena siswa hanya mendengarkan saya ceramah saja. Siswa hanya mencatat apa yang saya tuliskan di papan tulis. Sedangkan siswa pada kelompok eksperimen aktif. Karena mereka berkelompok dan melaksanakan percobaan. siswa kelompok eksperimen senang karena terkadang percobaan dilaksanakan di luar kelas.

P : Apakah metode inkuiri dapat mempermudah siswa dalam memahami materi khususnya soal nomor 6 (kemampuan mengevaluasi) dan nomor 7 (kemampuan mencipta) ? 67 G : Ya, pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri

dapat membantu siswa dalam memahami materi, khususnya untuk mengevaluasi dan mencipta yaitu terdapat pada nomor 6 dan 7. Dengan menggunakan metode inkiri siswa dapat melaksanakan percobaan secara langsung, jadi siswa dapat paham bukan hanya menghafal. Untuk soal nomor 7 itukan siswa harus merumuskan masalah percobaan, lalu membuat hipotesis, dan melaksanakan percobaan. siswa sebelumnya belum mengerti tentang merumuskan masalah itu apa, membuat hipotesis yang seperti apa, dengan adanya pembelajaran dengan metode inkuiri ini siswa dapat mengenal merumuskan masalah percobaan, lalu membuat hipotesis, dan melaksanakan percobaan.

Metode inkuiri mempermudah materi (kemampuan

mengevaluasi dan mencipta) (W G B67-81)

P : Apa saran Ibu untuk pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri?

G : Saran saya semoga pembelajaran ini bisa diteapkan tidak hanya sebagian materi saja tetapi dapat diterapkan pada materi selanjutnya.


(3)

172

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran

5.1.1 Kelompok Kontrol


(4)

173


(5)

174


(6)

175

CURRICULUM VITAE

Dewi Ayu Lestari merupakan anak kedua dari pasangan

Supardi dan Siti Asriah. Lahir di Baturaja, pada tanggal

25 Desember 1992. Pendidikan awal dimulai di Sekolah

Dasar Negeri 20 Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera

Selatan tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan ke

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

OKU, Sumatera Selatan dan lulus pada tahun 2008.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Menengah Atas Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, di

SMA Negeri 5 OKU, dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan

di Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada tahun 2012. Selama menempuh pendidikan di Universitas

Sanata Dharma, penulis telah mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan.

Beberapa kegiatan diantaranya yaitu sebagai berikut.

No Nama Kegiatan Tahun Peran

1 Inisiasi FKIP Sanata Dharma 2011 Peserta 2 English Club Program 2012 Peserta 3 Seminar “Una Seminar and Workshop on Anti Bias

Curriculum and Teaching

2012 Peserta

4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2012 Peserta 5 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2013 Peserta 6 Week-end Moral 2012 Peserta 7 Seminar “Learning from the past for a better future: We and

the 1965 tragedy

2013 Peserta

8 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen:

Pendidikan Luar Biasa” 2014 Peserta

9 Kuliah Umum “Mental Health in Children: Theory and

Research” 2014 Peserta

10 Kuliah Umum “Family Problems and Children’s Motivation to Learn

2014 Peserta

11 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang International Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP)

2014 Peserta

12 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen:

Curriculum Cambridge” 2014 Peserta

13 Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa “The Future Educator

2014 Anggota divisi perlengkapan 14 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2015 Peserta


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

0 0 195