Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.
ABSTRAK
Arianti, Tira. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD
Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, pelajaran IPA.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan permasalahan rendahnya kemampuan IPA negara Indonesia sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VA sebagai kelompok kontrol berjumlah 27 siswa dan kelas VC sebagai kelompok eksperimen berjumlah 28 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 (p < 0,05) dengan harga t = -3,28 dan df = 53. Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rerata kelompok kontrol dengan M = 1,14; SD = 0,77; SE = 0,15; n = 28; dan df = 53 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,50; SD = 0,68; SE = 0,13; n = 27; dan df = 53 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,41 atau 17% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,008 (p > 0,05) dengan harga t = -2,77 dan df = 53. Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rerata kelompok kontrol yaitu M = 0,89; SD = 0,69; SE = 0,13 kelompok eksperimen dan M = 0,39; SD = 0,64; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,36 atau 13% yang setara dengan efek menengah.
(2)
ABSTRACT
Arianti, Tira. (2016). The effect of inquiry method implementation on the ability to evaluate and create in Science subject at 5th grade students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Education (PGSD) Study Program. Sanata Dharma University.
Key words: inquiry method, ability to evaluate, ability to create, Science subject. This research background of this undergraduate thesis is because of the low ability of the students to understand Science subject in Indonesia based on PISA study in 2009 and 2012. This research has a goal to know the effect of inquiry method implementation on the ability to evaluate and create in Science subject. Method used in this research is quasi experimental type non-equivalent control group design method. Research population is 5th grades students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. There are eighty students. The samples were VA as the control group totaled 27 students and VC as experimental group totaled 28 students.
Research result shows that (1) the implementation of inquiry method effects on the ability to evaluate. This is shown by Sig. (2-tailed). It is 0,002 (p < 0,05). It means that t = -3,28 and df = 53. The average of experiment group’s score is higher than control group’s score, that is M = 1,14; SD = 0,77; SE = 0,15; n = 28; and df = 53 for experiment group and M = 0,50; SD = 0,68; SE = 0,13; n = 27; and df = 53 for control group. The measurement of effect size is r = 0,41 or 17% that is equal to high effect. (2) the implementation of inquiry method effects on the ability to create. This is shown by Sig. (2-tailed). It is 0,008 (p> 0,05). It means that t = -2,77 and df = 53. The average of experiment group’s score is higher than
control group’s score that is M= 0,89; SD = 0,69; SE = 0,12 for experiment group and M = 0,39; SD = 0,64; SE = 0,12 for control group. The measurement of effect size is r = 0,36 or 13% that is equal to medium effect.
(3)
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA
SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Tira Arianti NIM. 121134120
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
i
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA
SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Tira Arianti NIM. 121134120
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(5)
ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
(6)
iii HALAMAN PENGESAHAN
(7)
iv HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada: 1. Allah SWT Sang Penerang Jalanku
2. Kedua orang tuaku yang sangat hebat 3. Adikku yang membuatku ceria 4. Sahabat-sahabatku yang setia
(8)
v HALAMAN MOTTO
Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang.
-Ir. Soekarno
Education is not the learning of facts, but the training to the mind to think.
-Albert Einstein
Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.
-Ki Hajar Dewantara
Maka sesungguhnya tiap kesukaran disertai kemudahan. Bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan. Kemudian apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), maka tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
kepada Tuhanmu hendaklah engkau memohon.
(9)
vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Januari 2016 Penulis,
(10)
vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Nama : Tira Arianti
Nomor Mahasiswa : 121134120
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 20 Januari 2016 Yang menyatakan,
(11)
viii ABSTRAK
Arianti, Tira. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD
Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, pelajaran IPA.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan permasalahan rendahnya kemampuan IPA negara Indonesia sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VA sebagai kelompok kontrol berjumlah 27 siswa dan kelas VC sebagai kelompok eksperimen berjumlah 28 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 (p < 0,05) dengan harga t = -3,28 dan df = 53. Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rerata kelompok kontrol dengan M = 1,14; SD = 0,77; SE = 0,15; n = 28; dan df = 53 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,50; SD = 0,68; SE = 0,13; n = 27; dan df = 53 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,41 atau 17% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,008 (p > 0,05) dengan harga t = -2,77 dan df = 53. Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rerata kelompok kontrol yaitu M = 0,89; SD = 0,69; SE = 0,13 kelompok eksperimen dan M = 0,39; SD = 0,64; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,36 atau 13% yang setara dengan efek menengah.
(12)
ix
ABSTRACT
Arianti, Tira. (2016). The effect of inquiry method implementation on the ability to evaluate and create in Science subject at 5th grade students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Education (PGSD) Study Program. Sanata Dharma University.
Key words: inquiry method, ability to evaluate, ability to create, Science subject. This research background of this undergraduate thesis is because of the low ability of the students to understand Science subject in Indonesia based on PISA study in 2009 and 2012. This research has a goal to know the effect of inquiry method implementation on the ability to evaluate and create in Science subject. Method used in this research is quasi experimental type non-equivalent control group design method. Research population is 5th grades students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. There are eighty students. The samples were VA as the control group totaled 27 students and VC as experimental group totaled 28 students.
Research result shows that (1) the implementation of inquiry method effects on the ability to evaluate. This is shown by Sig. (2-tailed). It is 0,002 (p < 0,05). It means that t = -3,28 and df = 53. The average of experiment group’s score is higher than control group’s score, that is M = 1,14; SD = 0,77; SE = 0,15; n = 28; and df = 53 for experiment group and M = 0,50; SD = 0,68; SE = 0,13; n = 27; and df = 53 for control group. The measurement of effect size is r = 0,41 or 17% that is equal to high effect. (2) the implementation of inquiry method effects on the ability to create. This is shown by Sig. (2-tailed). It is 0,008 (p> 0,05). It means that t = -2,77 and df = 53. The average of experiment group’s score is higher than
control group’s score that is M= 0,89; SD = 0,69; SE = 0,12 for experiment group and M = 0,39; SD = 0,64; SE = 0,12 for control group. The measurement of effect size is r = 0,36 or 13% that is equal to medium effect.
(13)
x
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA
PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU
YOGYAKARTA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi dengan penuh perhatian dan kesabaran.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah
membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran.
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. Dosen Penguji ke-3 yang telah memberikan saran dan menguji dengan penuh kesabaran.
6. Siti Maryani, S.Pd. Kepala SD Sokowaten Baru Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.
7. Herni Nurmawati, S.E. guru mitra SD peneliti yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Guru-guru SD Sokowaten Baru Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian, Pak Ponija, Pak Ashari, Bu Siti, Bu mumpuni, Pak Tumino.
(14)
xi 9. Siswa kelas VA dan VC SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran
2015/2016 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
10.Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11.Kedua orang tuaku, Ngationo dan Ngatirah yang sangat hebat dalam memberikan dukungan, doa, dan nasihat.
12.Adikku, Fanissa Via Agustin yang selalu memberikan senyum semangat dan keceriaan.
13.Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung IPA, Dewi, Nindya, Wikan, Desti, Ami, Vega, Dea, Adi, Bayu, Andan, Stepani, Agnes yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama menyelesaikan skripsi. 14.Sahabat-sahabatku mahasiswa PGSD angkatan 2012, sahabat seperjuangan
selama kuliah.
15.Kakak-kakak dan sahabat-sahabatku di Kos Gang Parkit nomor 7 Demangan Baru yang telah memberikan semangat, doa, dan nasihatnya. 16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah
banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Semua masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan terbuka dan senang hati. Peneliti juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan.
Peneliti
(15)
xii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 8
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 8
2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10
2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 10
1. Pengertian Metode Inkuiri ... 10
2. Prinsip Metode Inkuiri ... 11
3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 11
4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing ... 12
(16)
xiii
6. Keunggulan Metode Inkuiri ... 14
2.1.1.4 Teori kognitif Bloom ... 14
2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ... 16
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ... 16
2.1.1.7 Hakikat IPA ... 17
2.1.1.8 Perubahan Sifat Benda ... 18
1. Sifat Benda ... 18
2. Faktor Perubahan Sifat Benda ... 19
3. Perubahan Sifat Benda secara Tetap dan Sementara ... 19
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
2.1.2.1 Penelitian tentang Inkuiri ... 20
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 21
2.1.2.3 Literature Map ... 24
2.2 Kerangka Berpikir ... 25
2.3 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Setting Penelitian ... 28
3.2.1 Lokasi Penelitian... 28
3.2.2 Waktu Penelitian ... 29
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.4 Variabel Penelitian ... 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.6 Instrumen Penelitian ... 32
3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 33
3.7.1 Validitas Instrumen ... 34
3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 35
3.8 Teknik Analisis Data ... 36
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 36
3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 37
3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 38
3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 39
3.8.5 Analisis Lebih Lanjut... 40
3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I . 40 3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 41
(17)
xiv
3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 42
3.8.5.5 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 43
3.8.5.6 Pembahasan Lebih Lanjut ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Hasil Penelitian ... 46
4.1.1 Implementasi Penelitian ... 46
4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 46
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 47
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 47
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 48
4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 50
4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 50
4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 51
4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 53
4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 55
4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 55
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I... 55
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 57
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I... 58
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 59
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 62
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 62
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 64
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 66
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 67
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I... 67
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 68
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I... 70
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 71
4.2 Pembahasan ... 73
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi... 73
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 76
4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 80
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 83
(18)
xv
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 86
5.3 Saran ... 86
DAFTAR REFERENSI ... 87
LAMPIRAN ... 91
(19)
xvi DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 18
Gambar 2.2 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ... 24
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27
Gambar 3.2 Skema Variabel Penelitian ... 31
Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Data Normal ... 39
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Data Tidak Normal ... 40
Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .... 41
Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Skor Posttest I ke Posttest II 43 Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 54
Gambar 4.2 Grafik Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 56
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevalusi ... 61
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 66
Gambar 4.5 Grafik Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 68
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta ... 73
(20)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 29
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ... 32
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen... 33
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 35
Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 36
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 36
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan ... 44
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Guru ... 44
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengevaluasi ... 51
Tabel 4.2 Homogenitas Varians Kemampuan Awal pada Kemampuan Mengevaluasi ... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mengevaluasi ... 52
Tabel 4.4 Homogenitas Varians Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mengevaluasi ... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mengevaluasi ... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mengevaluasi ... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 59
(21)
xviii Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan
Mengevaluasi ... 60
Tabel 4.11 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 60
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mencipta ... 62
Tabel 4.13 HomogenitasVarians Kemampuan Awal pada Kemampuan Mencipta ... 63
Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mencipta ... 64
Tabel 4.15 Homogenitas Varians Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mencipta ... 65
Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 65
Tabel 4.17 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mencipta ... 67
Tabel 4.18 Hasil Uji Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan
Mencipta ... 67
Tabel 4.19 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 69
Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I
Kemampuan Mencipta ... 70
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Posttest II Kemampuan Mencipta ... 71
(22)
xix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 92
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... 93
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 94
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 98
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 103
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 108
Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 118
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 122
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 125
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 133
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Kemampuan Mengevaluasi dan Kemampuan Mencipta ... 134
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Kemampuan Mengevaluasi dan Kemampuan Mencipta ... 135
Lampiran 4.1 Resume Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Mengevaluasi ... 136
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Mengevaluasi ... 138
Lampiran 4.3 Resume Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Mencipta ... 142
Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Mencipta ... 144
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 148
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 150
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 152
(23)
xx Lampiran 4.9 Hasil Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ... 156
Lampiran 4.10 Hasil Perbedaan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ... 160
Lampiran 4.11 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest
I ... 162
Lampiran 4.12 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I ... 164
Lampiran 4.13 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 166
Lampiran 4.14 Transkip Wawancara ... 170
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 177
(24)
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 263). Pendidikan menjadi faktor penting untuk membentuk manusia yang berkualitas dan berkompeten demi memajukan serta membangun sebuah negara. Pembentukan manusia yang berkualitas dan berkompeten dapat dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Pelajaran yang diperoleh di jenjang pendidikan Sekolah Dasar dapat memberikan pengalaman belajar untuk mengembangkan tingkah laku. Selain itu, pelajaran di jenjang SD dapat dijadikan pedoman dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswa akan mempelajari beberapa mata pelajaran di jenjang pendidikan Sekolah Dasar, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains.IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences (Samatowa, 2011: 1). Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life
sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, dan seterusnya). IPA
juga membahas tentang fenomena dan gejala alam yang didasarkan pada pengamatan dan percobaan yang dapat diuji kebenaran hasilnya. IPA memiliki hakikat, yaitu 1) pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2) perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar (Samatowa, 2011: 2-4). IPA menjadi mata pelajaran penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat mengembangkan kepribadian anak. Jika IPA diajarkan guru dengan metode yang tepat, maka dapat
(25)
2 memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Permasalahan yang timbul berkaitan kemampuan IPA negara Indonesia dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for Internasional
Student Assesment (PISA) pada tahun 2009 dan tahun 2012. Hasil penelitian pada
tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 383 (OECD, 2010: 8). Hasil penelitian pada tahun 2012 menyebutkan bahwa kemampuan IPA negara Indonesia mengalami penurunan menjadi peringkat 64 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 382 (OECD, 2013: 232). Berdasarkan hasil penelitian di atas, negara Indonesia mengalami penurunan peringkat dari peringkat 57 menjadi peringkat 64 selama 3 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi negara Indonesia, terutama dalam bidang IPA masih rendah.
Sehubungan dengan permasalahan, pemerintah sudah berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah program sertifikasi guru. Banyak peraturan pemerintah yang muncul seperti yang didefinisikan (Chang, 2014: 2) sebagai berikut: (a) Dibutuhkan kompetensi guru dalam empat bidang (pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional), (b) menggabungkan guru ke dalam standar guru nasional, (c) peran berbagai unit kementerian dan lembaga guna mendukung para guru untuk mencapai kompetensi, (d) proses sertifikasi guru dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk sertifikasi tersebut, dan (e) guru dapat menerima tunjangan khusus dan tunjangan profesional. Pemerintah sudah berupaya mengeluarkan dan melaksanakan berbagai kebijakan tetapi tidak menjadikan mutu pendidikan Indonesia semakin membaik.
World Bank PBB menyebutkan bahwa mutu proses sertifikasi secara keseluruhan
tidak berjalan sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu penguasaan keterampilan khusus dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan tiap guru (Chang, dkk, 2014: 184). Pemerintah sudah berusaha memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dengan cara meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan guru dapat termotivasi untuk memperbaiki kinerjanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kurang
(26)
3 efektif untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan justru meningkatkan anggaran pendidikan. Hal ini sangat disayangkan karena kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak diimbangi dengan kualitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan tidak dapat mencapai tujuan awal karena tidak diimbangi kinerja dan kesadaran guru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran, terutama berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan.
Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur dan suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran (Suyono & Hariyanto, 2011: 19). Metode pembelajaran dianggap sebagai sarana guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru yang profesional dapat mengevaluasi setiap pembelajaran yang dilaksanakan dengan melihat kekurangan, kelebihan, dan keefektifan metode pembelajaran yang digunakan. Guru mampu memperbaiki metode pembelajaran dan mampu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama kegiatan belajar mengajar, guru dapat menemukan metode pembelajaran yang dianggap paling efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa.
Proses kognitif dalam taksonomi Bloom dibagi menjadi enam kategori meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-133). Siswa dikatakan mampu
memenuhi tujuan pembelajaran secara optimal, jika mereka mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu mengevaluasi dan mencipta. Mengevaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada (Anderson & Krathwohl, 2001: 66-88). Kegiatan mengevaluasi mengarah pada kegiatan pengujian, pembandingan dengan kriteria (sesuai atau tidak), dan penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik, serta menuntut siswa untuk lebih tanggap terhadap kekeliruan-kekeliruan pada suatu hal. Mencipta didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian (Anderson & Krathwohl, 2001: 66-88). Kegiatan mencipta diawali dengan
(27)
4 memberikan suatu contoh permasalahan pada siswa, kemudian mereka berusaha memahami permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya. Langkah selanjutnya, yaitu siswa memikirkan, menentukan, dan menyusun rencana untuk menyelesaikan permasalahan, kemudian dilaksanakan dan diamati hasilnya, apakah mampu menyelesaikan permasalahan atau tidak. Kemampuan kognitif tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui penerapan metode pembelajaran yang efektif oleh guru.
Beberapa hasil penelitian yang relevan mengatakan bahwa implementasi strategi pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA (Anggraeni, Ristiati, & Widiyanti, 2013). Penerapan metode inkuiri juga berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar siswa (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa penerapan outdoor learning berbasis inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Santiningyas, Prasetyo, & Priyono, 2012).
Penerapan metode inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal di atas, peneliti akan mengujicobakan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing) (Samatowa, 2011: 5). Metode inkuiri menjadi salah satu metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung. Pengalaman langsung yang diperoleh siswa melalui prosedur ilmiah dalam metode inkuiri. Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194). Pendapat lain menyebutkan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa masuk ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok (Kourilsky, dalam Hamalik, 2007: 220). Metode inkuiri mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan dalam memecahkan suatu permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran IPA membutuhkan metode yang menekankan prosedur ilmiah dan
(28)
5 eksperimen seperti langkah-langkah metode inkuiri. Langkah-langkah dalam metode inkuiri dapat diterapkan pada pembelajaran IPA karena IPA dianggap sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut (Conant, 1997:14). Berdasarkan pendapat para ahli, metode inkuiri cocok untuk digunakan pada pembelajaran IPA. Standar kompetensi yang digunakan adalah “4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses”. Kompetensi dasar yang digunakan adalah “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah perubahan sifat benda. Materi yang dibahas mulai dari sifat benda, faktor perubahan sifat benda (pembakaran, pembusukan, pemanasan, perkaratan, dan pendinginan), serta perubahan sifat benda secara tetap dan sementara.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Peneliti memilih SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena SD ini memiliki tiga kelas paralel yaitu A, B, dan C, sehingga dapat digunakan untuk pelaksanaan penelitian jenis kuasi eksperimental. Penelitian ini membutuhkan lebih dari satu kelas, yaitu sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Alasan lainnya adalah SD Sokowaten Baru Yogyakarta memiliki banyak prestasi sehingga diharapkan siswa lebih mudah mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Prestasi yang diraih siswa baik di bidang akademik dan juga non akademik. Aspek-aspek kemampuan mengevaluasi dibatasi pada kemampuan memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125-128). Aspek-aspek kemampuan
mencipta dibatasi pada kemampuan merumuskan dan mendesain (Anderson &
Krathwohl, 2010: 128-133). Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VA diambil sebagai kelompok kontrol dan kelas VC sebagai kelas eksperimen.
(29)
6 1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?
1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2015/2016?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta, serta meningkatkan pengalaman peneliti sebagai bekal menjadi guru.
1.4.2 Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Sokowaten Baru Yogyakarta. 1.4.3 Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang metode yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran, terutama dalam mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Sokowaten Baru Yogyakarta.
(30)
7 1.4.4 Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam menerapkan metode inkuiri sebagai metode yang efektif dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Sokowaten Baru Yogyakarta.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu kegiatan ataupun hasil karya berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik.
1.5.2 Kemampuan mencipta adalah kemampuan membuat suatu hasil karya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki dan aturan tertentu yang meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan memproduksi.
1.5.3 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fenomena-fenomena dan segala isi yang ada di alam semesta, termasuk makhluk hidup, bumi, dan sebagainya.
1.5.4 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan secara bermakna dan mencoba mencari jawabannya dengan 7 langkah, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.
1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang berpusat pada siswa namun masih mendapatkan bimbingan guru secara intensif.
1.5.6 Siswa SD adalah siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
(31)
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir dan hipotesis peneitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Manusia hidup di dunia ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan untuk menuju tingkat kedewasaan diri. Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju kedewasaaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Yusuf & Sugandhi, 2011: 2). Pendapat lain menyebutkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks (Sunarto & Hartono, 2008: 43). Perkembangan diartikan proses perubahan kualitatif untuk menuju kematangan dan kedewasaan diri.
Anak yang berada pada kisaran umur tertentu dapat menunjukkan kemampuan intelektualnya masing-masing, terutama pada siswa Sekolah Dasar yang berkisar antara 7-11 tahun. Umur siswa Sekolah Dasar yang berkisar antara 7-11 tahun melatarbelakangi peneliti untuk menjadikan teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) sebagai landasan teori. Selain itu, penelitian ini juga didasarkan pada teori perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934), karena interaksi sosial menurut Vygotsky menjadi faktor penting dalam keberhasilan anak mengembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya.
Piaget menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses spontan dimana organisme memainkan peran aktif. Piaget mengemukakan beberapa konsep yang mendukung teorinya, yaitu 1) skema adalah representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan, 2) asimilasi adalah tergabungnya informasi baru
(32)
9 ke dalam pengetahuan yang sudah ada (skema), 3) akomodasi adalah penyesuaian skema untuk menyesuaikan informasi dan pengalaman baru, 4) organisasi adalah pengelompokkan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang lebih tinggi dengan fungsi yang lebih baik, 5) equilibrium adalah mekanisme yang menjelaskan bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikirian ke berikutnya.
Piaget menyebutkan bahwa perkembangan intelektual seorang individu, terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap sensori-motor (0-2 tahun) ditandai dengan tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain.
2. Tahap pra-operasional (2-7 tahun) ditandai dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama objek. 3. Operasional Konkret (7-11 tahun) ditandai dengan adanya sistem
operasi berdasarkan apa yang kelihatan nyata (konkret).
4. Operasi Formal (lebih dari 11 tahun) ditandai dengan remaja yang sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal (piaget dan Inhelder, 1969; Piaget, 1981).
Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan manusia. Salah satu psikolog bernama Lev Vygotsky (1896-1934) memberikan penekanan utama pada pengaruh interaksi sosial dan kultural dalam perkembangan yang disebut teori sosiokultural. Keyakinan Vygotsky mengenai pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif anak tercermin dalam konsep zona perkembangan proksimal atau zone of proximal development (ZPD). Zona perkembangan proksimal adalah istilah Vygotsky untuk tugas yang terlalu sulit diberikan pada anak untuk dikuasai sendiri, tetapi dikuasai dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih ahli dan terampil. Orang lain dalam hal ini memberikan intervensi yang terstruktur tetapi tidak terlalu jauh. Intervensi tersebut dikenal dengan perancahan (scaffolding). Scaffolding adalah pengubahan tingkat dukungan.
Kondisi sosial sangat berpengaruh terhadap tahap perkembangan intelektual anak, terutama tahap perkembangan yang digunakan peneliti, yaitu tahap
(33)
10 operasional konkret (7-11 tahun). Subjek penelitian yang ditentukan peneliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar yang berumur sekitar 11 tahun. Proses pemikiran anak pada tahap operasional konkret diarahkan pada kejadian yang nyata. Anak dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit selama permasalahan itu dapat diselesaikan menggunakan hal konkret. Hal konkret tersebut diamati anak menggunakan panca inderanya, sehingga anak dapat lebih mudah untuk menemukan permasalahan dan mencari pemecahannya, serta dapat menemukan konsep baru.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah salah satu unsur terjadinya suatu pembelajaran dalam kelas. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran (Salma, 2007: 70). Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur dan suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran (Suyono & Hariyanto, 2011: 19).
Kesimpulan berdasarkan pendapat-pendapat tersebut adalah metode pembelajaran berisi teknik untuk melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, antara lain demonstrasi, eksperimen, inkuiri, ceramah, diskusi, simulasi, dan lain-lain.
2.1.1.3 Metode Inkuiri 1. Pengertian Metode Inkuiri
Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Lev Vygotsky memaparkan tentang tahapan perkembangan anak yang dipengaruhi faktor sosial. Faktor sosial dalam hal ini meliputi lingkungan di luar anak, misalnya pembelajaran di sekolah. Tingkat perkembangan anak menjadi bahan pertimbangan guru untuk menerapkan suatu metode pembelajaran. Metode inkuiri adalah salah satu metode yang menjadi pertimbangan guru ketika melaksanakan pembelajaran. Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
(34)
11 dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194). Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa masuk ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok (Kourilsky, dalam Hamalik, 2007: 220).
Metode inkuiri mengajarkan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dibahas. Metode inkuiri dalam pembelajaran dapat dilakukan guru dengan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya menggunakan kata tanya “Apakah”.
Ciri utama strategi pembelajaran inkuiri adalah 1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, 2) siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan menumbuhkan rasa percaya diri, 3) tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis (Sanjaya, 2006: 194-195).
2. Prinsip Metode Inkuiri
Metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan sebelum diterapkan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam metode inkuiri adalah sebagai berikut. 1) Berorientasi pada hasil dan proses belajar. 2) Prinsip interaksi yaitu proses interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. 3) Prinsip bertanya adalah guru berperan sebagai penanya. 4) Prinsip belajar untuk berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir. 5) Prinsip keterbukaan adalah siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya (Sanjaya, 2006: 196-199).
3. Jenis-jenis Metode Inkuiri
Tiga macam metode inkuiri (Mulyasa, 2007: 109) sebagai berikut. a. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
(35)
12 b. Inkuiri bebas (free inquiry)
Inkuiri bebas menekankan aktivitas peserta didik dalam melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik menemukan permasalahan dan mencari sendiri solusi pemecahannya.
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Peneliti memfokuskan jenis metode inkuiri pada penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing karena siswa Sekolah Dasar memerlukan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan masih tetap disertai bimbingan guru secara intensif.
4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari guru berupa seperangkat pertanyaan inti dan pertanyaan melacak yang mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan (Hanafiah & Suhana, 2010: 77). Pendapat lain menyebutkan bahwa inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu dengan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2007: 109).
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan permasalahan beserta pemecahannya yang didasari pertanyaan-pertanyaan yang membimbing atau masih dengan bimbingan guru.
5. Langkah-langkah Metode Inkuiri
Langkah-langkah dalam metode inkuiri (Sanjaya, 2011: 201-205) dijabarkan sebagai berikut.
(36)
13 Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada tahap ini, guru membimbing siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Guru membimbing siswa merumuskan masalah diawali dengan menceritakan suatu fenomena yang menarik bagi siswa untuk diteliti.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Pada tahap ini, siswa merumuskan jawaban sementara dari suatu permasalahan dengan bimbingan guru.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Siswa akan menggunakan beberapa sumber belajar dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan percobaan menggunakan alat dan bahan yang tersedia.
f. Merumuskan kesimpulan
Kesimpulan diperoleh siswa setelah melakukan percobaan dan menemukan hasilnya. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Pendapat sedikit berbeda diungkapkan Gulo mengenai langkah-langkah pembelajaran inkuiri (dalam Trianto, 2010: 168-169) adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan Pertanyaan b. Merumuskan Hipotesis c. Mengumpulkan Data d. Analisis Data
(37)
14 Berdasarkan pendapat beberapa peneliti di atas, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah metode inkuiri, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil eksperimen, dan melakukan evaluasi dengan siswa memperbaiki hasil eksperimennya.
6. Keunggulan Metode Inkuiri
Keunggulan metode inkuiri jika diterapkan dalam pembelajaran (Sanjaya, 2006: 204) adalah sebagai berikut.
a. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
2.1.1.4 Teori kognitif Bloom
Kemampuan intelektual berkaitan erat dengan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Secara garis besar, hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Bloom dalam Nana Sudjana, 2006).
1. Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai.
3. Ranah Psikomotorik yang tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak.
Peneliti memfokuskan ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom pada penelitian ini. Proses kognitif dibagi menjadi enam kategori (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-133) sebagai berikut.
(38)
15 1. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kata kerja operasionalnya terdiri dari mengenali dan mengingat kembali.
2. Memahami
Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Kata kerja operasional memahami terdiri dari menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
3. Mengaplikasi
Mengaplikasi adalah proses melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kata kerja operasional kemampuan mengaplikasi terdiri dari mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4. Menganalisis
Menganalisis adalah proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kata kerja operasional kemampuan menganalisis terdiri dari membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
5. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kata kerja operasional kemampuan mengevaluasi adalah memeriksa dan mengkritik.
6. Mencipta
Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
Peneliti akan membahas lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan
mengevaluasi dan mencipta dalam penelitian ini, karena kedua kemampuan
(39)
16 2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Standar dan kriteria tersebut ditentukan sendiri oleh siswa sesuai dengan pengetahuan, pemahaman konsep yang ia miliki, serta yang ia anggap tepat (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kemampuan mengevaluasi dibagi menjadi dua aspek, yaitu memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 126-127) yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Memeriksa
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Nama-nama lain dari memeriksa adalah mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji
2. Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Mengkritik dalam hal ini contohnya adalah siswa mengamati suatu produk tertentu, kemudian ia akan mencatat ciri-ciri positif dan negatif yang dimiliki produk tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap dua aspek kemampuan
mengevaluasi, yaitu memeriksa dan mengkritik.
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta
Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan
yang koheren atau fungsional (Anderson dan Krathwohl, 2010: 126). Kemampuan
mencipta dibagi menjadi tiga aspek, yaitu merumuskan, merencanakan, dan
memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 130-133) yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu, contohnya guru memberikan sebuah pertanyaan agar siswa mampu menemukan permasalahan, kemudian siswa membuat dugaan sementara untuk menjawab pertanyaan guru tersebut. Nama lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.
(40)
17 2. Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan juga diartikan sebagai kegiatan mempraktikkan langkah-langkah (prosedur) untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain.
3. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Tujuan dari memproduksi adalah menghasilkan suatu produk yang orisinil dan khas, serta didasarkan pada proses kognitif yang telah dipenuhi sebelumnya.
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap dua aspek kemampuan
mencipta, yaitu merumuskan dan mendesain.
2.1.1.7 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences. dan life sciences. Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life
sciences meliputi biologi (Samatowa, 2011: 1). Sains sebagai suatu deretan konsep
serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut (Conant dalam Samatowa, 2011:1). IPA berusaha mendorong siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap alam semesta beserta isinya yang menyimpan beragam rahasia yang perlu dipecahkan melalui prosedur ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki hakikat, yaitu 1) pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2) perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar (Samatowa, 2011: 2-4). IPA sangat penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena IPA mengajarkan siswa untuk lebih kritis dalam mempelajari lingkungan alam dan isinya. Pembelajaran IPA yang diciptakan oleh guru harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif setiap
(41)
18 siswa. Hal tersebut dilakukan demi terciptanya pembelajaran yang bermakna dan berguna sepanjang hayat bagi siswa.
2.1.1.8 Perubahan Sifat Benda
Standar kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah “4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses”, sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah perubahan sifat benda. Materi yang dibahas mulai dari sifat benda, faktor perubahan sifat benda (pembakaran, pembusukan, pemanasan, perkaratan, dan pendinginan), serta perubahan sifat benda secara tetap dan sementara.
Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran
1. Sifat Benda
Setiap benda mempunyai sifat tertentu yang membedakannya dengan benda lain (Azmiyawati, 2008: 70), antara lain:
a. Bentuk
Bentuk benda bermacam-macam. Contohnya adalah persegi, persegi panjang, segitiga, balok, kerucut, tabung, dan sebagainya.
b. Warna
Warna benda juga bermacam-macam. Contohnya benda yang berwarna hitam, hijau, dan kuning, dan sebagainya.
c. Kelenturan
Kelenturan adalah sifat benda yang mudah dilengkungkan. Benda yang bersifat lentur dapat dibengkokkan dan tidak mudah patah.
Perubahan Sifat Benda
Sifat Benda Faktor Perubahan Sifat Benda
Perubahan Sifat Benda Secara Tetap dan Sementara
(42)
19 d. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan goresan. Suatu benda bersifat lebih keras daripada benda lain jika dapat menggores benda tersebut. e. Bau
Benda ada yang berbau dan ada yang tidak berbau. Bau benda meliputi harum, busuk, dan amis.
2. Faktor Perubahan Sifat Benda
Benda dapat mengalami perubahan sifat karena beberapa faktor (Sulistyanto, 2008: 78-79) sebagai berikut. 1) Pemanasan yaitu faktor yang mengakibatkan benda mengalami perubahan sifat, contohnya adalah mencairnya es krim disebabkan karena suhu tinggi. 2) Pendinginan yaitu faktor yang menyebabkan benda mengalami perubahan sifat, contohnya air yang berubah menjadi es setelah didinginkan di dalam kulkas. 3) Pembakaran yaitu faktor yang menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan, dan bau, contohnya adalah sebelum dibakar kertas berwarna putih, namun setelah dibakar warna kertas berubah menjadi hitam dan menjadi abu. 4) Pembusukan yaitu faktor yang mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Jika menyimpan buah di udara terbuka dalam waktu beberapa hari tentunya buah itu akan menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami pembusukan. 5) Perkaratan yaitu faktor yang menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan. Logam seperti besi dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama. Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah dan besi menjadi rapuh.
3. Perubahan Sifat Benda secara Tetap dan Sementara
Perubahan wujud pada benda dikelompokkan menjadi dua, yaitu perubahan wujud yang dapat dibalik (sementara) dan perubahan wujud yang tidak dapat dibalik (tetap) (Sulistyanto, 2008: 80-81) yang dijabarkan sebagai berikut.
(43)
20 Perubahan wujud yang dapat balik artinya benda yang mengalami perubahan dapat kembali ke bentuk semula, contohnya perubahan pada air. Air jika didinginkan akan menjadi es. Es ini apabila dipanaskan akan kembali menjadi air. b. Perubahan Wujud Benda yang Tidak Dapat Balik
Perubahan wujud tidak dapat balik artinya perubahan benda yang tidak dapat kembali ke bentuk atau wujud semula. Apabila kertas dibakar maka kertas menjadi serpihan abu yang berwarna hitam. Serpihan abu yang berwarna hitam ini tidak dapat kembali menjadi kertas.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.1.2.1 Penelitian tentang Inkuiri
Ambarsari, Santosa, dan Maridi (2013) untuk meneliti penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses Sains dasar pada pelajaran Biologi siswa kelas VIII SMA Negeri 7 Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu (Quasi experimental research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan sampelnya adalah dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen) yang masing-masing kelas berjumlah 30 siswa. Penelitian tersebut menunjukkan Harga p-value = 0,014 dan taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti jika signifikasi probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) berada pada daerah penolakan karena signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05) sehingga penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran Biologi.
Santiningyas, Prasetyo, dan Priyono (2012) meneliti pengaruh outdoor
learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar materi ekosistem. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh Outdoor Learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem di SMP N 2 Selopampang. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental Design. Populasi penelitian ini adalah kelas VII SMP N 2 Selopampang dengan sampel VII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII B sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar siswa dianalisis
(44)
21 dengan uji t dan regresi linear sederhana. Hasil uji t menunjukkan perbedaan menunjukkan perbedaan yang nyata dari kedua kelompok (t hitung > t tabel). Hasil
regresi linear sederhana mengindikasikan bahwa Outdoor Learning berbasis
inkuiri berpengaruh secara nyata pada hasil belajar siswa (nilai sig. < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Anggraeni, Ristiati, dan Widiyanti (2013) meneliti implementasi strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran langsung dilihat dari: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa, (2) kemampuan berpikir kritis, (3) pemahaman konsep. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen. Hasil penelitiannya adalah kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran langsung: (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep (F = 68,151; p < 0,05); (2) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis (Fhitung = 85,601 > Ftabel = 3,94; p < 0,05); (3) terdapat perbedaan
pemahaman konsep (Fhitung =88,474 > Ftabel = 3,94; p < 0,05). Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kintamani tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah 2 kelas. Kelas yang pertama menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan kelas yang kedua menggunakan strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran inkuiri sudah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif
Alias, Siraj, Daud, dan Hussin (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Effectiveness of Facebook Based Learning to Enhance Creativity Among Islamic Studies Students by Employing Isman Instructional Design Model”. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 40 siswa sebagai kelompok perlakuan dan 40 siswa sebagai kelompok kontrol yang dipilih
(45)
22 secara acak di antara siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata skor antara pre-test dan post-test untuk kelompok perlakuan adalah 27,50 sedangkan nilai rata-rata perbedaan antara perlakuan dan kelompok kontrol pada
posttest: 1) kreativitas dalam menulis adalah 4,90; 2) kreativitas dalam pemecahan
masalah adalah 5,68, dan 3) kreativitas dalam menciptakan moto misionaris adalah 4.93. ANOVA analisis kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam prestasi siswa berdasarkan indikator kreativitas. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa Model Isman Instructional Design yang memperhatikan instruksi dari perspektif pelajar dari perspektif konten cocok dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran berbasis Facebook untuk meningkatkan kreativitas di kalangan siswa Studi Islam di lingkungan pendidikan menengah di Malaysia.
Tristiantari, Marhaeni, dan Koyan (2013) meneliti pengaruh implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD Negeri gugus III Kecamatan Seririt. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu. Sebanyak 62 siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt dipilih sebagai sampel. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,00. Angka ini jauh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian secara simultan terdapat pegaruh penerapan model kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
Sochibin, Dwijananti, dan Marwoto (2009) meneliti penerapan model pembelajaran inkuiri terpimpin untuk peningkatan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa SD. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap pokok bahasan air dan sifatnya, selain itu juga untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati
(46)
23 Semarang tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada siklus pertama keterampilan mengklasifikasikan mempunyai persentase nilai rata-rata sebesar 71,02% sedangkan pada siklus kedua adalah 79,55%. Siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang tergolong zat cair dan bukan zat cair dengan memahami sifat-sifat zat cair. Hal ini berarti model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD pokok bahasan air dan sifatnya.
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan belum ada satupun yang menyoroti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta siswa SD, sehingga peneliti menyoroti penelitiannya
mengenai pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.
(47)
24 2.1.2.3 Literature Map
Anggraeni, Ristiati, & Widiyanti (2013) Inkuiri-kemampuan berpikir
kritis dan pemahaman
Tristiantari, Marhaeni, & Koyan (2013) Model kooperatif tipe
TPS-kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif Ambarsari, Santosa, &
Maridi (2013) Inkuiri terbimbing-keterampilan proses
Alias, Siraj, Daud, & Hussin (2013)
Facebook based learning- creativty
Sochibin, Dwijananti, & Marwoto (2009) Inkuiri terpimpin-pemahaman dan keterampilan berpikir kritis Santiningyas, Prasetyo, &
Priyono (2012) Outdoor learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar
Yang akan diteliti : Inkuiri-kemampuan mengevaluasi dan mencipta
pada mata pelajaran IPA
Penerapan metode inkuiri Kemampuan mengevaluasi
dan mencipta
(48)
25 2.2 Kerangka Berpikir
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan dan mencari pemecahannya. Kegiatan metode inkuiri terdiri dari 7 langkah, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.
Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan siswa untuk membuat keputusan terhadap suatu konsep atau produk berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria tersebut meliputi kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kemampuan mengevaluasi meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik. Kemampuan Mencipta adalah kemampuan berpikir level ke enam (tingkatan paling tinggi) dalam Taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kemampuan Mencipta meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan memproduksi.
Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi perubahan sifat benda. Perubahan sifat benda adalah berubahnya warna, bentuk, bau, dan tekstur suatu benda akibat diberikan faktor tertentu.
Jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran IPA kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta, maka penerapan metode inkuiri akan berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
2.4.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
(49)
26 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas komponen metode penelitian yang digunakan. Komponen tersebut meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Pada desain ini semua kelompok dipilih tidak secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. Jenis penelitian quasi experimental tipe non-equivalent
control group design dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang
dipilih tanpa random assignment (Cohen, 2007: 282).
Penelitian ini termasuk ke dalam metode penelitian Quasi Experimental karena peneliti memilih responden kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak secara random dan disesuaikan dengan kelas yang ada. Peneliti tidak memiliki otoritas untuk mengubah komposisi kelas yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam tipe Non Equivalent Control Group Design karena kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari responden yang berbeda. Responden kelompok kontrol dalam penelitian ini berasal dari kelas VA, sedangkan responden kelompok eksperimen berasal dari kelas VC. Kedua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari teknik undian yang disaksikan oleh guru kelas V. Guru mitra penelitian menerapkan metode ceramah pada kelompok kontrol dan metode inkuiri pada kelompok eksperimen.
Peneliti memberikan pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk melihat kemampuan awal kedua kelompok, kemudian membandingkannya. Hasil pretest yang baik bila nilai kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan (Sugiyono, 2013: 114). Kegiatan pembelajaran IPA di kelompok kontrol dilakukan dengan menerapkan metode ceramah, sedangkan kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan metode
(50)
27 inkuiri. Kedua kelompok kemudian diberi posttest. Pemberian posttest untuk mengetahui keefektifan pemberian perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen. Pengaruh treatment dihitung dalam tiga langkah: (1) kurangi rerata skor posttest dengan pretest untuk kelompok eksperimen agar menghasilkan skor 1; (2) kurangi rerata skor posttest dengan pretest untuk kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 1 dengan skor 2 (Campbell dan Stanley Cohen, 2007: 276). Pengaruh dari perlakuan (treatment) dapat dihitung dengan cara: (O2-O1) – (O4-O3). Jika hasilnya negatif, maka tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif, maka terdapat pengaruh. Untuk lebih jelasnya dijabarkan pada gambar 3.1 berikut (Sugiyono, 2012: 79).
(sumber : Cohen, 2007: 283)
Keterangan:
X = treatment/perlakuan penerapan metode inkuiri O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen O2 = rerata skor posttest kelompok eksperimen O3 = rerata skor pretest kelompok kontrol O4 = rerata skor posttest kelompok kontrol
Garis putus-putus menunjukkan cara pemilihan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan tidak secara random atau acak (Cohen, 2007: 283). Garis putus-putus juga memisahkan baris paralel dalam diagram
non-equivalent control group design yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol belum disamakan dalam random assignment yang disebut dengan istilah non-equivalent (Cohen, 2007: 283).
Experimental O1 X O2
- - -
Control O3 O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian 1 Gambar 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 Bagan Skema Penelitian Gambar 3.1 Desain Penelitian Bagan 3.1 1
(51)
28 3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. SD Sokowaten Baru beralamat di Jalan Arimbi Nomor 27 Sokowaten, Banguntapan, Bantul. SD Sokowaten Baru Yogyakarta terletak di tengah pemukiman yang padat penduduk. Sebagian besar siswa yang bersekolah di SD Sokowaten Baru Yogyakarta memiliki latar belakang keluarga dari kalangan menengah ke bawah. Sebagian besar orangtua siswa adalah lulusan SMA yang bekerja sebagai buruh dan wiraswata. Sekolah ini memiliki 13 guru dengan status PNS dan 14 guru dengan status honorer, serta memiliki 520 siswa yang terdiri dari 266 siswa laki-laki dan 254 siswa perempuan.
Peneliti memilih SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena SD ini memiliki tiga kelas paralel yaitu A, B, dan C, sehingga dapat digunakan untuk pelaksanaan penelitian jenis kuasi eksperimental. Penelitian ini membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Alasan lainnya adalah SD Sokowaten Baru Yogyakarta memiliki banyak prestasi sehingga diharapkan siswa lebih mudah mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Prestasi yang diraih siswa baik di bidang akademik dan juga non akademik antara lain juara I OSN MIPA tingkat Kecamatan, juara III Mendongeng tingkat Kecamatan, juara II pidato tingkat Kecamatan, juara III Gladi
Kawruh tingkat Kecamatan, juara I Futsal tingkat Nasional, juara III Taekwondo
tingkat Nasional, juara I Taekwondo tingkat Provinsi, juara I Tenis Lapangan tingkat Provinsi, dan juara III Senam Lantai tingkat Kabupaten.
SD Sokowaten Baru Yogyakarta memiliki 18 kelas yang terdiri dari 3 kelas paralel yaitu A, B, dan C di setiap tingkatnya. Fasilitas di SD Sokowaten Baru cukup lengkap untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang media, 18 ruang kelas, ruang laboratorium, ruang kegiatan, ruang UKS, mushola, kantin sekolah, tempat parkir guru, tempat parkir siswa, koperasi siswa, toilet guru, toilet siswa, dan ruang komputer, serta halaman upacara.
(1)
174
4.13.5 Wawancara 1 Siswa C Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Jumat, 21 Agustus 2015
Baris Pertanyaan Keterangan 1 P: Apa kamu senang belajar IPA?
2 S1: Senang Senang 3 P: Apakah sebelumnya guru pernah mengajarkan materi IPA
dengan metode inkuiri?
5 S1: Belum pernah Belum pernah 6 P: Apa kamu senang mempelajari materi IPA dengan metode
inkuiri?
8 S1: Senang, karena dapat belajar bereksperimen Senang (W1 SC B8-9)
9 P: Apakah metode inkuiri membantumu dalam memahami materi perubahan sifat benda?
11 S1: Sangat membantu. Membantu (W1 SC B11)
12 P: Apa kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan metode inkuiri? Mengapa? Jelaskan!
14 S1: Tidak sulit, karena membuat lebih mudah memahami materi.
Mudah (W1 SC B14-15)
16
P: Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 5 tentang metode yang efektif untuk menyimpan buah-buahan? Jika tidak, bagian mana yang dirasakan sulit dikerjakan?
19 S1: Ya, bisa karena soalnya mudah dipahami. Bisa (W1 SC B19)
20
P: Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 6 tentang rancangan percobaan mengenai pemanasan dapat
mempengaruhi perubahan sifat air? Jika tidak, bagian mana yang dirasakan sulit dikerjakan?
24 S1:Kurang bisa Kurang bisa (W1 SC B24)
25 P: Manakah soal yang kamu anggap paling sulit? Mengapa? 26 S1: Soal nomor 6, karena diminta membuat langkah
percobaan dan saya kurang mengerti.
Soal nomor 6 (W1 SC B26)
(2)
175
4.13.6 Wawancara 2 Siswa C Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Rabu, 9 September 2015
Baris Pertanyaan Keterangan 1 P: Apa yang membuat nilaimu nomor 5 tetap (stabil) pada
posttest II?
3 S1: Soalnya mudah dipahami dan sudah tiga kali mengerjakannya.
Mudah (W2 SC B3-4)
5 P: Apa yang membuat nilaimu nomor 6 menurun pada posttest
II?
(3)
176
4.13.7 Wawancara Guru Sesudah Perlakuan
Hari/Tanggal : Kamis, 10 September 2015
Baris Pertanyaan Keterangan 1 P: Apakah Ibu pernah melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode inkuiri?
3 G: Belum pernah. Belum pernah 4 P: Bagaimana karakteristik siswa di kelas kontrol dilihat dari
keaktifan dan konsentrasi saat pembelajaran berlangsung?
6
G: Siswa di kelas kontrol kurang aktif bertanya dan siswa di barisan belakang sering bergurau sendiri. Mereka juga susah
berkonsentrasi ketika saya menjelaskan, bahkan ada siswa
yang melakukan kegiatan lain, seperti menggambar.
Kurang aktif dan susah berkonsentrasi
10 P: Bagaimana karakteristik siswa di kelas eksperimen dilihat dari keaktifan dan konsentrasi saat pembelajaran berlangsung?
12
G: Siswa di kelas eksperimen lebih aktif bertanya, terutama saat membuat rancangan percobaan. Metode inkuiri ang saya terapkan ini dapat membuat tertarik untuk mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran, sehingga mudah bagi saya untuk mengajak siswa lebih berkonsentrasi.
Aktif dan lebih konsentrasi
17 P: Apa saja kesulitan mengajar dengan menggunakan metode inkuiri?
19
G: Tidak ada. Kesulitan yang saya hadapi justru ketika membentuk kelompok siswa, karena siswa terbiasa belajar mandiri. Akan tetapi, anak terlihat begitu senang ketika melakukan percobaan.
Tidak ada (W G B 19-22)
23 P: Apakah metode inkuiri lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran?
25
G: Saya rasa metode inkuiri akan efektif diterapkan dalam pembelajaran, karena siswa menjadi sangat antusias untuk mengikuti pembelajaran, terutama dalam melakukan percobaan menggunakan alat dan bahan yang disediakan.
Efektif (W G B25-28)
29 P: Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan metode inkuiri?
31
G: Dalam melanksanakan pembelajaran inkuiri, sebaiknya guru harus lebih waspada dalam mendampingi siswa karena metode inkuiri lebih banyak dengan bereksperimen. Guru harus mendampingi siswa agar tidak timbul hal-hal yang tidak diinginkan, seperti siswa yang terluka, siswa melakukan percobaan tidak sesuai dengan prosedur, dan sebagainya.
Waspada (W G B31-36)
(4)
177
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
(5)
178
(6)
179
CURRICULUM VITAE
Tira Arianti merupakan anak pertama dari pasangan
Ngationo dan Ngatirah dan lahir di Gunungkidul pada
tanggal 23 Juni 1994. Pendidikan awal dimulai dari TK
Dharma Wanita Bansari, Bansari, Temanggung tahun
1999-2000. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Dasar
Bansari, Bansari, Temanggung pada tahun 2000-2006.
Pendidikan penulis kemudian dilanjutkan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Parakan Temanggung pada
tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Temanggung pada
tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
tahun 2012. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
No. Nama Kegiatan Tahun Peran 1 English Club Program 2012 Peserta 2 Inisiasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (INFISA) 2012 Peserta 3 Seminar “UNA Seminar and Workshopon Anti Bias Curriculum
and Teaching” 2012 Peserta
4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 1 dan II 2013 Peserta 5 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2013 Peserta 6 Weekend Moral 2013 Peserta 7 Seminar for Studium Generale Entitled “Learning from the
Past for a BetterFuture: We and the 1965 Tragedy” 2013 Peserta
8 Tes Kompetensi Bahasa Inggris Aktif 2014 Peserta 9 Kuliah Umum dengan Tema : “Diseminasi Hasil Magang
Dosen: Curriculum Cambridge” 2014 Peserta 10 Kuliah Umum dengan Tema : “Mental Health in Children:
Theory and Research” 2014 Peserta
11 Studium Generale dengan Tema : “Diseminasi Hasil Magang
Dosen: Pendidikan Luar Biasa” 2014 Peserta 12 Seminar “Pacaran dengan Akal Sehat” 2014 Peserta 13 Pandu Konservasi Lingkungan 2014 Fasilitator 14 Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa 2014 PPPK