1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini peneliti membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
Latar belakang penelitian berisikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Rumusan masalah berisikan pertanyaan tentang masalah yang akan diteliti.
Manfaat penelitian berisikan manfaat penelitian bagi sekolah, guru, peneliti, dan siswa.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Trens in International Mathematics and Science Study TIMSS tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat 36 dari 49 negara, sedangkan dalam IPA
peringkat 35. Program for International Student Assessment PISA juga melakukan penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Hasil PISA
tahun 2006 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 48 dari 56 negara dalam membaca, peringkat 52 dalam sains, dan 51 dalam matematika
Chang, 2014: 23-24. Indonesia mengalami penurunan peringkat dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian PISA
pada tahun 2009 bahwa Indonesia peringkat 57 dari 65 negara dengan skor 371 dalam matematika, 402 dalam membaca, dan 383 dalam sains. Perolehan skor
tersebut masih di bawah rata-rata skor Organisation for Economic Co-operation and Development OECD yakni kurang dari 500 OECD, 2010: 8. PISA tahun
2012 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara dalam sains OECD, 2013: 232. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia semakin menurun khususnya dalam bidang sains. Kualitas pendidikan yang semakin menurun khususnya dalam bidang sains
diimbangi dengan rendahnya kemampuan kognitif siswa. Bloom dalam Anderson Krathwohl, 2010: 6-7 mengklasifikasikan dimensi proses kognitif menjadi 6
tahapan dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi yakni mengingat,
2
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Mengingat dan memahami merupakan kemampuan paling rendah yakni pada level
pertama dan kedua dalam taksonomi Bloom. Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Kemampuan mengingat penting
sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks serta
meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Kemampuan mengingat terdiri dari dua aspek yakni mengenali dan mengingat kembali.
Mengenali adalah menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Kata lain dari mengenali adalah
mengidentifikasi, sedangkan mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kata lain dari mengingat kembali
adalah mengambil Anderson Krathwohl, 2010: 99-105. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, dituliskan, dan digambarkan oleh guru. Kemampuan memahami penting untuk menghubungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan lama, artinya pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Kemampuan
memahami terdiri dari tujuh aspek yakni menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan
menjelaskan Anderson Krathwohl, 2010: 105-106. Menafsirkan adalah mengubah satu bentuk gambaran jadi bentuk lain. Mencontohkan adalah
menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip. Mengklasifikasikan adalah menentukan sesuatu dalam satu kategori. Merangkum adalah
mengabstraksikan tema umum atau poin pokok. Menyimpulkan adalah membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima. Membandingkan adalah
menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya. Menjelaskan adalah membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem Anderson
Krathwohl, 2010: 106-115. Rendahnya kemampuan kognitif ditunjukkan dari hasil PISA tahun 2012
dalam bidang sains yakni lebih dari 60 siswa yang berumur 15 tahun berada pada tingkat kemampuan level 1 yang setara dengan kemampuan memahami
3
OECD, 2013: 232. Pada tingkat kemampuan level 1, siswa memiliki keterbatasan pengetahuan ilmiah dan itu hanya dapat diterapkan dalam beberapa
situasi. Mereka dapat menyajikan penjelasan ilmiah disertai dengan bukti yang eksplisit OECD, 2013: 231.
Pemerintah telah berusaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui UU Guru dan Dosen tahun 2005 yakni dengan program
sertifikasi guru serta penerimaan tunjangan khusus dan tunjangan profesional Chang, 2014: 2. Namun, usaha yang dilakukan pemerintah tersebut belum
berhasil karena tidak terjadi kenaikan kualitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar siswa masih rendah Chang, 2014:
117. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Chang 2014: 120-121 bahwa tidak ada bukti mengenai prosedur sertifikasi dan tunjangan khusus serta tunjangan
profesional telah menyebabkan kinerja guru di dalam kelas lebih baik. Barber dan Mourshed dalam Chang, 2014: 40 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan
tidak terlepas dari kualitas guru. Hal ini berarti kualitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Guru perlu memberikan
kurikulum yang relevan dan menggunakan teknik pembelajaran yang aktif dan lebih berpusat pada siswa Chang, 2014: 40. Berdasarkan paparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui teknik pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.
Usaha memperbaiki kualitas pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia anak Suyono
Hariyanto, 2011: 212. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya tercapai dengan optimal dengan mengimplementasi
suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata Sanjaya, 2006: 145. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan metode
pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan suatu pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal dan kualitas
pendidikan dapat meningkat. Metode pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran salah satunya adalah metode inkuiri.
Metode inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam
4
suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang
mandiri Ngalimun, 2012: 33. Gulo dalam Trianto, 2009: 166 mengemukakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan siswa dalam mencari dan memecahkan permasalahannya sendiri secara sistematis, kritis, dan logis.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang sangat efektif. Hal ini ditunjukkan
dari penelitian yang dilakukan oleh Kitot, Ahmad, dan Seman 2010 tentang efektifitas pengajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan metode pengajaran inkuiri pada kelompok perlakuan atau eksperimen adalah efektif. Setiawan 2013
melakukan penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran inkuiri terhadap ketuntasan hasil belajar siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran konvensional. Asni dan Novita 2015 melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rerata keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri pada pertemuan I sampai dengan IV
tergolong sangat baik sehingga peningkatan keterampilan proses siswa sebesar 70,85 yang termasuk dalam kategori tinggi. Dari beberapa hasil penelitian di
atas, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran.
Susanto 2013: 172 mengemukakan bahwa metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA. Hasil
penelitian Schlenker dalam Trianto, 2009: 167 menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif,
5
dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri
merupakan metode pembelajaran inovatif yang sesuai digunakan dalam pembelajaran IPA. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Simsek dan
Kabapinar 2010 menunjukkan bahwa pengajaran berbasis inkuiri tidak memiliki dampak yang signifikan atassikap ilmiah siswa. Berdasarkan penelitian terdahulu
yang relevan menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu, perlu diujicobakan penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami dalam mata pelajaran IPA sebagai sarana
penelitian. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap
kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA materi wujud dan sifat benda, siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran
20152016. Penelitian ini dilaksanakan di SD Sokowaten Baru Yogyakarta karena sekolah tersebut memiliki tiga kelas paralel disetiap jenjangnya. Selain itu,
sekolah tersebut memiliki banyak prestasi dibidang akademik maupun non akademik sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan
memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Standar Kompetensi yang digunakan dalam penel
itian ini adalah “6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan
sifatnya”. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah “6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki si
fat tertentu”. Aspek-aspek kemampuan mengingat dibatasi pada kemampuan mengenali,
mengidentifikasi, mengingat kembali, dan mengambil. Aspek-aspek kemampuan memahami
dibatasi pada
kemampuan menafsirkan,
memberi contoh,
mengklasifikasikan, dan menjelaskan Anderson Krathwohl, 2010: 100-101. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IV sebagai populasi.
Kelas IVA digunakan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelas IVB digunakan sebagai kelompok kontrol. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan tipe non-equivalent control group design.
6
1.2 Rumusan Masalah