Dampak implementasi kebijakan otonomi daerah di Indonesia

38 orientasi kepada PAD yang berlebihan. Masalahnya adalah, peningkatan PAD tersebut dibarengi dengan kebijakan-kebijakan duplikatif sehingga sangat memberatkan masyarakat dan pelaku ekonomi pada khususnya. Sebagian besar Perda-perda tersebut dianggap menjadi penyebab munculnya high cost economy ekonomi biaya tinggi sehingga tidak mendukung upaya peningkatan iklim usaha di Indonesia, baik dalam bentuk pajak, retribusi, maupun non-pungutan. Pada kasus ini tentu saja pemerintah daerah telah berperan sebagai pencari rente Rent-Seeker.

D. Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan pembelajaran yang ke empat 4 ini akan menggunakan metode pendekatan studi kasus dengan menyajikan kejadian situasi konflik atau dilema. Peserta diklat dibagi dua kelompok untuk menganalisis masalah berdasarkan fakta kasus untuk menghasilkan keputusan menurut langkah- langkah secara bertahap serta mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil tersebut. Jadi peserta pelatihan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I satu berdiskusi untuk menghasilkan keputusan terhadap kasus “Gejala Pemekaran Wilayah Provinsi dan KabupatenKota”. Kelompok 2 dua membahas tentang “Pemberian Otonomi Khusus Terhadap NKRI”. Setelah terbentuk kelompok pemateri pelatihan akan menunjuk wakil dari kelompok untuk mempresentasilkan hasil pembahasan materi di kelompoknya, dengan tujuan setiap anggota kelompok memahami materi tersebut secara utuh.Setelah sesi ini selesai pemateri menanyakan materi yang belum dipahami oleh peserta pelatihan, jika dirasa masih ada yang kurang jelas maka pemateri akan menjelaskannya kembali.Pendekatan ini akan mendorong peserta diklat untuk mengajukan pertanyaan, menetapkan komponen-komponen yang dianggap penting dalam situasi; menganalisis, menyimpulkan, dan membandingkan serta mempertentangkan komponen-komponen tersebut; dan membuat penilaian terhadap kasus tersebut. Singkatnya, peserta diklat melaksanakan semua jenjang berpikir dari tingkatan yang paling sederhana recall hingga tingkatan yang paling tinggi evaluation. 39

E. LatihanKasusTugas

Analisis kasus secara kelompok, terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah: 1. Masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat. Ini disebabkan rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan yang diberikan. Belum lagi rendahnya akuntabilitas pelayanan yang membuat pelayanan tidak prima. Banyak terjadi juga Pemerintah daerah mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS dengan kualifikasi terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala mengedepankan ”Putra Asli Daerah” untuk menduduki jabatan strategis dan mengabaikan profesionalitas jabatan. 2. Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif. Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan seperti ”putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah.

F. Rangkuman

Pembagian kekuasaan terdapat pada Pasal 18 UUD NRI 1945 dan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menerangkan bahwa Negara kesatuan Republik Indonesia itu dibagi dan memiliki pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tersebut dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dari pasal tersebut secara eksplisit tercermin bahwa Negara kesatuan tidaklah sentralistik. Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta daerah kabupatenkota sebagaimana disebutkan diatas didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian antar susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan