CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan Untuk
Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
230
61. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
Seluruh risiko tersebut dilaporkan Bank melalui penyusunan laporan profil risiko secara triwulanan dan laporan tingkat kesehatan Bank secara semesteran untuk menggambarkan seluruh risiko yang melekat
dalam kegiatan bisnis Bank, termasuk risiko entitas anak secara konsolidasi.
Berkaitan dengan perubahan struktur organisasi Bank Mandiri, yaitu dengan dibentuknya Direktorat Distribution yang mengoptimalkan peran wilayah, mulai bulan Juni 2016, Bank Mandiri menyusun
Regional Risk Dashboard sebagai sarana monitoring pengelolaan risiko di setiap wilayah. Pengelolaan risiko di wilayah dilakukan untuk inherent risk khususnya risiko kredit di wilayah.
A. Risiko Kredit Pengelolaan risiko kredit Bank terutama diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara
ekspansi kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit secara prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non-Performing Loan NPL, serta mengelola penggunaan modal untuk
memperoleh indikator Return On Risk Weighted Asset RORWA yang optimal.
Untuk mendukung hal tersebut, Bank secara periodik melakukan review dan penyempurnaan terhadap kebijakan kredit secara umum, prosedur kredit per segmen bisnis dan tools risk
management. Pedoman kerja dimaksud memberikan petunjuk pengelolaan risiko kredit secara lengkap, untuk mengidentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam proses pemberian kredit
secara end to end mulai dari penentuan target market, analisa kredit, persetujuan, dokumentasi, penarikan kredit, pemantauanpengawasan, hingga proses penyelesaian kredit bermasalah
restrukturisasi.
Untuk meningkatkan peran sosial dan kepedulian Bank terhadap risiko lingkungan serta sebagai salah satu wujud penerapan prinsip tanggung jawab dalam tata kelola perusahaan yang baik Good
Corporate Governance, Bank Mandiri telah menyusun Petunjuk Teknis Analisa Lingkungan Hidup dan Sosial dalam Pemberian Kredit yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa
lingkungan pada analisa pemberian kredit. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
diatur bahwa penilaian prospek usaha debitur dikaitkan pula dengan upaya debitur dalam memelihara lingkungan hidup.
Secara prinsip, pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional maupun tingkat portofolio. Pada tingkat transaksional diterapkan four-eye principle yaitu setiap pemutusan kredit
melibatkan Business Unit dan Credit Risk Management Unit secara independen untuk memperoleh keputusan yang obyektif. Mekanisme four-eye principle dilakukan oleh Credit Committee sesuai limit
kewenangan dimana proses pemutusan kredit dilaksanakan melalui mekanisme Rapat Komite Kredit. Executive Credit Officer sebagai anggota Credit Committee memiliki kompetensi,
kemampuan dan integritas yang tinggi sehingga proses pemberian kredit dilakukan secara obyektif, komprehensif dan hati-hati. Untuk memonitor kinerja pemegang kewenangan dalam memutus kredit,
Bank telah mengembangkan monitoring database system pemegang kewenangan. Dengan sistem ini Bank setiap saat dapat memantau jumlah maupun kualitas kredit yang telah diputus oleh
Pemegang Kewenangan, sehingga performance dari Executive Credit Officer dapat diketahui setiap waktu.
Sebagai upaya memitigasi risiko kredit per debitur, Credit Committee menentukan struktur kredit termasuk penentuan covenant yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi debitur, sehingga kredit
yang diberikan benar-benar efektif dan menguntungkan bagi debitur maupun Bank Mandiri. Pedoman untuk menentukan struktur agunan dalam rangka kebijakan mitigasi risiko kredit telah
diatur secara rinci ke dalam SPK Standar Prosedur Kredit untuk masing-masing segmen.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan Untuk
Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
231
61. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
A. Risiko Kredit lanjutan Jenis agunan yang diterima Bank terdiri dari benda bergerak antara lain agunan tunai, piutang
dagang, persediaan barang, mesin, dan surat berharga, benda tak bergerak antara lain tanah, bangunan,
dan mesin,
serta penjaminan
personalcorporate guarantee.
Ketentuan coveragekecukupan agunan untuk tiap segmen ditentukan sebagai berikut:
Segmen Jenis Agunan
Jumlah Coverage Minimal
Wholesale Proyek yang dibiayai
100 - 150 dari limit kredit
Persediaan inventory Piutang
Fixed Asset Tanah atau TanahBangunan
Agunan lain yang diterima oleh Bank
Retail Fixed Asset
100 - 200 dari limit kredit
Persediaan inventory Piutang
Tanah atau Tanah Bangunan Agunan lain yang diterima oleh Bank
Jumlah coverage agunan ditentukan berdasarkan jenis dan limit fasilitas kredit, jenis dan nilai agunan, serta evaluasi debitur.
Untuk menjamin fasilitas kredit, Bank mengutamakan agunan dalam bentuk aset tetap berupa tanah atau tanah berikut bangunan. Nilai agunan yang digunakan Bank sebagai jaminan kredit adalah nilai
agunan yang dinilai oleh penilai internal credit operation unit dan penilai eksternal rekanan Bank atau penilai eksternal bukan rekanan Bank yang telah ditunjuk pejabat pemegang kewenangan di
business unitcredit recovery unit. Agunan dapat ditukar selama masih memenuhi aspek marketabilitas dan memenuhi kecukupan nilai
agunan. Jika terjadi gagal bayar oleh debitur, Bank akan melikuidasi agunan sebagai second way out guna menjamin pelunasan hutang debitur.
Untuk mengidentifikasi serta mengukur tingkat risiko transaksional, sebagai bagian dari pelaksanaan prudential banking, Bank menggunakan Credit Risk Tools antara lain Credit Rating dan Credit
Scoring Tools, spread sheet keuangan, dan Nota Analisa Kredit NAK yang komprehensif. Secara portofolio telah dilakukan kontrol melalui pelaksanaan master limit, ICLS integrated Credit Liabilities
System dan name clearance.
Rating dan Scoring system terdiri dari Bank Mandiri Rating System BMRS, Small Medium Enterprise Scoring System SMESS, Micro Banking Scoring System MBSS serta Consumer
Scoring System application, behaviour, collection dan anti-attrition.
BMRS yang telah dikembangkan oleh Bank terdiri dari Rating System untuk segmen Corporate Commercial, Rating System untuk segmen Wholesale SME, Rating System untuk Project Finance,
Rating System untuk Financial Institution - Bank, Rating System untuk Financial Institution - Non Bank, yaitu multifinance dan Rating System untuk Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Dengan Rating System untuk Financial Institution - Bank, Bank dapat melakukan identifikasi dan pengukuran risiko Bank Counterparty yang dapat ditoleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line.