Prinsip-prinsip konsolidasian IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain 55

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan

f. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi lanjutan Pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya entitas pelapor. Yang termasuk pihak berelasi adalah sebagai berikut: 1 Orang yang a memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; b memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau c merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. 2 Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal sebagai berikut: a Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama; b Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas; c Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama; d Suatu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga; e Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor; f Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1; atau g Orang yang diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci entitas; h Entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi secara signifikan oleh Pemerintah yaitu Menteri Keuangan atau Pemerintah Daerah yang merupakan pemegang saham dari entitas. 3 Pihak yang bukan merupakan pihak berelasi adalah sebagai berikut: a Dua entitas hanya karena mereka memiliki direktur atau personil manajemen kunci yang sama atau karena personil manajemen kunci dari satu entitas mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain; b Dua venturer hanya karena mereka mengendalikan bersama atas ventura bersama; c Penyandang dana, serikat dagang, entitas pelayanan publik dan departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor, semata-mata dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas; d Pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor atau agen umum dengan siapa entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan, semata-mata karena ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan. Semua transaksi signifikan dengan pihak-pihak berelasi, telah diungkapkan pada Catatan 55.

g. Kas dan setara kas

Kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo 3 tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan.

h. Giro pada Bank Indonesia dan bank lain

Giro Wajib Minimum Giro pada Bank Indonesia dan Bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain 56

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan

h. Giro pada Bank Indonesia dan bank lain lanjutan

Giro Wajib Minimum lanjutan Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1019PBI2008 tanggal 14 Oktober 2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1025PBI2008 tanggal 23 Oktober 2008, PBI No. 1219PBI2010 tanggal 4 Oktober 2010, PBI No. 1310PBI2011 tanggal 9 Februari 2011, PBI No. 1515PBI2013 tanggal 24 Desember 2013, PBI No. 1721PBI2015 tanggal 26 November 2015, PBI No. 183PBI2016 tanggal 10 Maret 2016, terakhir PBI No. 1814PBI2016 tanggal 18 Agustus 2016, Bank wajib memenuhi Giro Wajib Minimum GWM pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta asing. GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder dan GWM Loan to Funding Ratio LFR. GWM Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 6,50 2015: 7,50 dari Dana Pihak Ketiga DPK dalam Rupiah, GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan minimum sebesar 4,00 dari DPK dalam Rupiah dan GWM LFR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LFR Bank dan LFR Target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM Bank dan KPMM Insentif. GWM Primer dan Sekunder dalam Rupiah mulai berlaku pada tanggal 1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2011. GWM LFR mulai berlaku pada tanggal 3 Agustus 2015 untuk menggantikan GWM LDR. GWM dalam Valuta Asing ditetapkan sebesar 8,00 dari DPK dalam Valuta Asing. Entitas Anak yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah menerapkan Giro Wajib Minimum sesuai PBI No. 621PBI2004 tanggal 3 Agustus 2004 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan valuta asing bagi Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 823PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan terakhir berdasarkan PBI No. 1023PBI2008 tanggal 16 Oktober 2008 yang kemudian dicabut dan digantikan dengan PBI No. 1516PBI2013 tanggal 24 Desember 2013, dimana setiap Bank diwajibkan memelihara Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan valuta asing yang besarnya ditetapkan sebesar 5,00 dan 1,00 dari DPK dalam Rupiah dan valuta asing.

i. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia FASBI, Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah FASBIS, call money, penempatan “fixed-term”, deposito berjangka dan lain-lain. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang.