Analisis Multivariat Hubungan Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

signifikan dengan stres kerja. Pada variabel kebisingan memiliki nilai OR = 3,827, hal ini menunjukkan bahwa kebisingan akan berubah sebesar 3,827 kali untuk kejadian stres kerja apabila pekerja menganggap kebisingan mengganggu setelah dikontrol variabel usia. Selanjutnya dilihat dari koefisien B dan nilai OR dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel tersebut, variabel kebisingan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian stres kerja karena mempunyai nilai koefisien B 1,342 dan OR 3,827 yang lebih tinggi dibandingkan dengan variabel usia. 107 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu : 1. Pengukuran indikator stres kerja yang sangat banyak membuat pekerja merasa terbebani dan jenuh dalam menjawabnya. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengajak pekerja untuk berbincang untuk mengurangi rasa jenuh yang terjadi dan juga dikhawatirkan adanya pengaruh dari pekerja lain. 2. Pengukuran kebisingan dan tekanan panas hanya dilakukan satu kali yang seharusnya dilakukan sebanyak 3 kali. Dikarenakan kekurangan waktu, tenaga dan alat.

6.2 Gambaran Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and

Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan perubahan secara fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Lingkungan pekerjaan sangat berpotensi sebagai stressor kerja. Widyasari, 2007. Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh pekerja, tergantung persepsi pekerja terhadap lingkungannya, apakah ia merasakan stres atau tidak. Hal ini dapat dikatakan bahwa seorang pekerja dapat mengalami stres, sedangkan lainnya tidak meskipun dalam situasi kerja yang sama. Munandar, 2008. Stres dapat terjadi pada setiap individumanusia pada setiap waktu, karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia tidak mampu menyesuaikan antara keinginan dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun diluar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangmengertian manusia akan keterbatasan dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang dapat menimbulkan rasa bersalah, gelisah, konflik dan frustasi yang merupakan tipe-tipe dasar stres Anoraga, 2005. Pengukuran stres pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yang berisi 75 indikator dari gejala-gejala stres kerja yang diisi langsung oleh pekerja dan didampingi oleh peneliti. Kemudian, hasil dapat dilihat dari skor yang diperoleh, semakin tinggi skor yang diperoleh pekerja maka semakin parah dan semakin banyak gejala-gejala yang dialami dan semakin berat tingkat stres yang diderita oleh pekerja. Pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip didapatkan hasil bahwa sebagian besar pekerja mengalami stres kerja ringan . Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Urianti 2000 Pada Pekerja di pabrik tabung elpiji pabrikasi-UPPDN III Pertamina Tanjung Priok yaitu pekerja lebih cenderung mengalami stres kerja ringan sebesar 65,5 , begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanthi 1995 Pada Pekerja divisi Fabrikasi PT. IPTN Bandung yang mengatakan bahwa pekerja lebih banyak mengalami stres kerja ringan yaitu sebesar 69,4. Hal ini menunjukan bahwa pekerja dengan segala tanggung jawab yang dibebankan memiliki potensi untuk mengalami stres kerja, yang dapat dilihat dari adanya perubahan yang dirasakan baik secara fisik, psikologis maupun perilaku. Begitu pula dengan pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek banyu urip, dengan adanya kebisingan diarea kerja yang dapat mempengaruhi emosi pekerja memiliki kemungkinan besar untuk terjadinya stres kerja dan berdasarkan dokumen perusahaan yang ada dimana prosedur yang tertulis telah menjelaskan masing-masing pekerjaan yang harus dilakukan pekerja, mereka dituntut untuk kerja secara cepat dan tepat untuk mencapai target produksi, sehingga dengan adanya tekanan dari perusahaan kemungkinan besar dapat mempengaruhi gejala psikologis, fisik dan perilaku pekerja jika pekerja tidak mampu mengatasinya secara dini. Meskipun pekerja di proyek Banyu Urip sebagian besar mengalami stres ringan namun jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat oleh pihak perusahaan maka akan berdampak lebih serius. Dampak dari stres di tempat kerja memiliki konsekuensi serius tidak hanya bagi pekerja tetapi juga untuk produktivitas perusahaan. Kinerja pekerja, tingkat penyakit, absensi yang tinggi, kecelakaan dan turnover karyawan semuanya dipengaruhi oleh status kesehatan mental karyawan ILO, 2000 dalam Munandar 2008. Pencegahan dan pengendalian stres dapat dilakukan dengan cara mudah sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada pekerja proyek Banyu Urip. Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerja selalu dimulai sejak pagi hari. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja menyediakan waktu rileks sebelum berangkat kerja seperti menarik napas dalam-dalam lalu hembuskan secara perlahan. Teknik yang mudah dan tidak membutuhkan waktu lama sehingga pekerja tidak khawatir akan terlambat dan juga pekerja harus menerapkan pola hidup sehat, meskipun perusahaan tidak menyiapkan makan untuk pekerja sebaiknya pekerja tetap memperhatikan asupan yang dikonsumsi karena makan yang sehat merupakan kunci untuk terhindar dari gejala stres. Serta pekerja harus menanamkan pemikiran bahwa “pekerjaan bukan segalanya” oleh karena itu, menurut Dr. Ciaramicolli dalam Novianti 2011 setelah bekerja pekerja sebaiknya melakukan kegiatan yang membuat bahagia seperti rekreasi bersama keluarga atau kegiatan apapun yang dapat menenangkan pikiran dan fisik pekerja