Pendidikan Hubungan Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

mengalami stres dikarenakan jika tetap menggunakan tiga hasil ukur maka hasil yang diperoleh menurut statistik tidak baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soebekti 2004 yang meneliti stres kerja pada pekerja di perusahaan BP Indonesia yang bergerak dibidang minyak dan gas. Dalam hal ini perlu dipertimbangan bahwa kehidupan pribadi dengan keluarga yang berjalan baik dan harmonis akan menghasilkan situasi dan kondisi yang dapat mengurang dan mencegah terjadinya stres pada pekerja yang telah seharian bekerja dengan tekanan-tekanan dari berbagai pihak ditempat kerja. Sehingga dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja karena pekerja masih dapat bertemu dengan istri dan keluarganya sehingga pekerja dapat melepaskan beban kejenuhan saat dirumah dengan bermain bersama keluarga dan kemungkinan besar baik pekerja yang sudah menikah maupun yang belum menikah selalu mendapatkan motivasi dari istri maupun keluarganya sehingga status perkawinan atau hubungan keluarga yang baik mampu mengatasi stres kerja pada pekerja.

6.7 Rutinitas

Rutinitas adalah pekerjaan rutin yang berulang-ulang sehingga menimbulkan kejenuhan karena bersifat monoton Munandar, 2008. Pekerjaan monoton adalah suatu pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar Budiono dkk, 2003. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang memiliki rutinitas monoton lebih banyak dibanding dengan pekerja yang tidak memiliki rutinitas monoton. tabel 5.6. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara rutinitas dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara rutinitas dengan stres kerja dapat disebabkan karena stressor yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang negatif, berbahaya dan mengancam Selye, 1956 dalam Widyasari, 2005. Penilaian kognitif individu dalam hal ini sangat menentukan apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul Selye, 1956 dalam Widyasari, 2005. Menurut Hans Selye dalam Munandar 2008 jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu eustres dan distress. Eustres merupakan stres yang bersifat positif, stres ini memacu dan mendorong individu untuk memenuhi ambisi-ambisinya, karena sebagian orang akan tergerak dengan adanya dorongan atau rangsangan. Oleh karena itu, meskipun rutinitas dirasakan monoton oleh sebagian besar pekerja proyek Banyu Urip namun nyatanya tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan stres kerja hal ini dimungkinkan karena pekerja sudah terbiasa dengan kondisi ditempat kerja dan meskipun bersifat monoton namun pekerja selalu bisa mengatasinya dan pekerja selalu mendapatkan motivasi baik dari perusahaan, rekan kerja maupun keluarga sehingga secara tidak sadar motivasi tersebut dapat menghilangkan rasa jenuh pada pekerja saat bekerja. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Situngkir 2004 pada pekerja di departemen operasi PT. Badak NGL Bontang Kalimantan Timur. Meskipun sebagian pekerja mengatakan rutinitas yang mereka lakukan membosankan atau monoton namun variabel rutinitas tidak mempengaruhi stres kerja di perusahaan ini, sebab motivasi pekerjanya sudah baik, hal ini sudah sesuai dengan yang dipaparkan oleh Anoraga 1998 bahwa seseorang yang bermotivasi tinggi akan kurang rasa kebosanannya dibandingkan orang lain yang bermotivasi rendah. 6.8 Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal yang baik idealnya terjalin diantara semua level pekerja, baik dengan atasan, staf maupun pekerja dengan level yang sama. Hubungan interpersonal didalam pekerjaan dan dukungan sosial dari rekan kerja,