Banyu Urip sebagian besar mengalami stres ringan namun jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat oleh pihak perusahaan maka akan
berdampak lebih serius. Dampak dari stres di tempat kerja memiliki konsekuensi serius tidak hanya bagi pekerja tetapi juga untuk produktivitas perusahaan.
Kinerja pekerja, tingkat penyakit, absensi yang tinggi, kecelakaan dan turnover karyawan semuanya dipengaruhi oleh status kesehatan mental karyawan ILO,
2000 dalam Munandar 2008. Pencegahan dan pengendalian stres dapat dilakukan dengan cara mudah
sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada pekerja proyek Banyu Urip. Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerja selalu dimulai sejak
pagi hari. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja menyediakan waktu rileks sebelum berangkat kerja seperti menarik napas dalam-dalam lalu hembuskan secara
perlahan. Teknik yang mudah dan tidak membutuhkan waktu lama sehingga pekerja tidak khawatir akan terlambat dan juga pekerja harus menerapkan pola
hidup sehat, meskipun perusahaan tidak menyiapkan makan untuk pekerja sebaiknya pekerja tetap memperhatikan asupan yang dikonsumsi karena makan
yang sehat merupakan kunci untuk terhindar dari gejala stres. Serta pekerja harus menanamkan pemikiran bahwa “pekerjaan bukan segalanya” oleh karena itu,
menurut Dr. Ciaramicolli dalam Novianti 2011 setelah bekerja pekerja sebaiknya melakukan kegiatan yang membuat bahagia seperti rekreasi bersama
keluarga atau kegiatan apapun yang dapat menenangkan pikiran dan fisik pekerja
sehingga gejala-gejala dari stres dapat berkurang dan pekerja terbebas dari stres kerja.
6.3 Usia
Menurut Cooper usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja Munandar, 2008. Ada beberapa jenis pekerjaan yang
sangat berpengaruh dengan usia, terutama yang berhubungan dengan sistem
indera dan kekuatan fisik.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja
pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower Proyek Banyu Urip
di PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013 tabel 5.10.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siboro 2008 yang meneliti stres kerja di lembaga permasyarakaan kelas IIB Lubuk Pakam
tahun 2008 yang menyatakan bahwa pekerja yang berumur lebih tua lebih rentan mengalami stres kerja karena akan mengalami penurunan kekuatan otot yang
berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini karena pada kelompok umur ini secara alamiah semakin lanjut usia semakin menurun
kondisi fisiknya atau fungsi organ tubuh sudah mulai menurun sehingga beban kerja tidak sanggup dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena usia
dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang. Hal ini sejalan dengan Levi
1984 dalam Hidayat 2012 menyatakan bahwa, pekerja yang berusia lanjut akan mengalami penurunan kemampuan fisik sehingga tidak lagi dapat
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dengan beban kerja yang lebih berat dan mereka sering merasakan gejala-gejala stres seperti: badan letih, lemah, dan tidak
bertenaga serta akan mengalami kemunduran pada jaringan tubuh seperti jaringan otak menyusut karena atropi, jaringan paru menjadi kurang elastik,
jantung mulai melemah, gerakan yang sering kurang kuat dan kurang
terkoordinasi Rustika, 1997 dalam Hidayat 2012.
Sedangkan, dalam penelitian ini pekerja yang berusia muda sebagian besar mengalami stres ringan. Hal ini disebabkan karena mereka masuk pada
kelompok usia produktif dimana sistem tubuh mereka masih stabil dan mantap dalam mengambil keputusan serta merasa punya tanggung jawab sehingga
bekerja secara bersungguh-sungguh dan mereka masih sanggup melakukan pekerjaan berat dan biasanya memiliki penglihatan dan pendengaran yang lebih
tajam, gerakan yang lebih lincah dan daya tahan tubuh yang kuat. Berdasarkan hasil tersebut, pekerja yang berusia lanjut yang lebih rentan terhadap stres berat
disarankan untuk dapat mengelola jenis pekerjaannya. Jika memang sudah merasa lelah dan jenuh diharapkan untuk dapat menghentikan pekerjaannya
dahulu untuk mencari kegiatan yang dapat membuat bahagia. Hal ini dikarenakan agar pekerja dapat mengurangi rasa jenuh yang dialami sehingga dapat
menghindari dari ancaman stres.
6.4 Masa Kerja
Menurut Munandar 2008, masa kerja baik sebentar maupun lama dapat menjadi pemicu terjadinya stres dan diperberat dengan adanya beban kerja yang
besar. Namun, masa kerja yang lama dengan rutinitas yang monoton sehingga dapat menimbulkan kebosanan dan juga disertai dengan lingkungan kerja yang
terbatas hal tersebut dapat menyebabkan pekerja merasa jenuh. Sedangkan menurut Wantoro 1999 mengatakan bahwa pekerja dengan
masa kerja yang lama, lebih memiliki pengalaman yang luas, kematangan dalam berfikir dan bertindak, sehingga dapat bersikap lebih bijaksana karena telah
memiliki pengalaman dalam pekerjaannya. Dengan kata lain mereka telah memiliki kemampuan untuk mengatasi segala situasi dalam pekerjaannya, lebih
mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan disekitarnya dan adanya kesempatan untuk pengembangan kemampuan dan keterampilan
sehingga terhindar dari stres. Pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 pekerja berdasarkan
analisis menggunakan uji kruskal wallis menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore
pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip di PT. Rekayasan Industri, Serang-Banten tahun 2013 tabel 5.11.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siboro 2008 yang meneliti stres kerja di lembaga permasyarakaan kelas IIB Lubuk Pakam
tahun 2008 yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi kemungkinan terjadimya stres dalam pekerjaannya. Hal ini dapat
terjadi karena pekerja yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat menimbulkan kejenuhan sehingga membuat bosan dan lama kelamaan
mengalami stres secara tidak disadari oleh pegawai tersebut. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin stres di
dalam pekerjaannya. Menurut Schultz 1982, kebosanan merupakan komponen psikologis lingkungan kerja yang timbul akibat menghadapi pekerjaan yang
berulang-ulang, monoton dan tidak menyenangkan. Adanya hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja
pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek banyu urip karena proyek ini memiliki beban kerja yang berat, dimana memiliki tekanan dalam
setiap kegiatan kerjanya, karena jika perusahaan mengejar target penyelesaian maka diwajibkan bagi pekerja untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaannya.
Hal demikian, sangat berbahaya dan memiliki potensi terjadinya kecelakaan, karena jika pekerja sudah merasa jenuh atau bosan dikhawatirkan mereka tidak
konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Terlebih lagi untuk pekerja yang baru mereka harus beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan yang mengharuskan
mereka bekerja dengan target. Begitu pula dengan pekerja dengan masa kerja