pekerja dengan pendidikan menengah sebesar 63,4 tabel 5.4. Dalam analisis dengan uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan stres kerja. Dan pengkategorian tingkat pendidikan digabung kembali menjadi dua katergori yaitu pendidikan tinggi dan
pendidikan dasar dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka hasil uji statistik yang diperoleh tidak baik. Sehingga diperoleh bahwa pekerja dengan
tingkat pendidikan tinggi dan pendidikan dasar sebagian besar mengalami stres ringan. Namun, pekerja dengan pendidikan dasar memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami stres berat. Hasil ini sesuai dengan Febriyanthi 1995 yang melakukan penelitian pada pekerja divisi Fabrikasi PT IPTN Bandung yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan stres kerja. Berdasarkan hasil observasi dilapangan seluruh jenis pekerjaan yang
dilakukan lebih banyak menggunakan tenaga dan keahlian sehingga perusahaan tidak memerlukan kriteria khusus dalam pengrekrutan pekerja. Sehingga tanpa
pendidikan tinggi jika pekerja sudah memiliki pengalaman dapat melakukan pekerjaan proyek maka tidak akan menjadi masalah, terlebih lagi jika pekerja
sudah mendapatkan kesempatan pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Sebagian besar pekerja adalah lulusan SMA disebabkan karena pekerjaan seperti
ini lebih mengandalkan kekuatan fisik, sehingga jika pekerja memiliki kemampuan fisik yang baik maka pekerja dapat bekerja meskipun tidak memiliki
keahlian khusus dalam bidang tertentu namun mereka dapat mempelajarinya
seiring berjalannya waktu karena perusahaan akan mengadakan pelatihan- pelatihan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pekerja.
6.6 Status Perkawinan
Status perkawinan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja namun, belum banyak studi untuk mendapatkan kesimpulan mengenai dampak
status perkawinan terhadap produktivitas. Menurut Robbins 1998 pekerja yang telah menikah lebih kecil absensinya dan lebih puas dengan pekerjaannya
daripada pekerja yang belum menikah. Dan memiliki hubungan perkawinan yang baik akan membantu untuk mencegah atau mengurangi stres kerja.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang
memiliki status menikah lebih banyak kemungkinan disebabkan karena pekerja beranggapan menikah merupakan kewajiban bagi setiap orang yang dirasa sudah
mampu menjalankannya, pekerja pun akan mendapatkan kenyamanan dan ketenangan selama bekerja karena akan mendapatkan dukungan dari istri dan
keluarga. Dan berdasarkan hasil uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja pada
pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013. Dalam analisis uji chi-square variabel dependent
yaitu stres kerja dibagi menjadi dua kategori menjadi tidak mengalami stres dan
mengalami stres dikarenakan jika tetap menggunakan tiga hasil ukur maka hasil yang diperoleh menurut statistik tidak baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Soebekti 2004 yang meneliti stres kerja pada pekerja di perusahaan BP Indonesia yang bergerak dibidang minyak dan gas.
Dalam hal ini perlu dipertimbangan bahwa kehidupan pribadi dengan keluarga yang berjalan baik dan harmonis akan menghasilkan situasi dan kondisi
yang dapat mengurang dan mencegah terjadinya stres pada pekerja yang telah seharian bekerja dengan tekanan-tekanan dari berbagai pihak ditempat kerja.
Sehingga dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja karena pekerja masih dapat bertemu dengan
istri dan keluarganya sehingga pekerja dapat melepaskan beban kejenuhan saat dirumah dengan bermain bersama keluarga dan kemungkinan besar baik pekerja
yang sudah menikah maupun yang belum menikah selalu mendapatkan motivasi dari istri maupun keluarganya sehingga status perkawinan atau hubungan
keluarga yang baik mampu mengatasi stres kerja pada pekerja.
6.7 Rutinitas
Rutinitas adalah pekerjaan rutin yang berulang-ulang sehingga menimbulkan kejenuhan karena bersifat monoton Munandar, 2008. Pekerjaan
monoton adalah suatu pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang sama dalam