Rutinitas Hubungan Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

atasan maupun anggota memiliki keterkaitan dengan stres kerja cooper dan Davidson, 1987. Hubungan yang buruk ditempat kerja dapat menimbulkan ketidakjelasan peran sehingga dapat menimbulkan ketegangan psikologis serta menimbulkan ketidakpuasan ditempat kerja. Hubungan interpersonal ditempat kerja berhubungan erat dengan kesehatan pada pekerja dan lingkungan kerja itu sendiri. Hubungan interpersonal yang baik tidak hanya berguna untuk menunjang profesionalisme dalam pekerjaan tetapi juga mencegah terjadinya stres kerja. Menurut Munandar 2001 menjalankan hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antara anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian dukungan yang rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam berorganisasi. Ketidakpercayaan yang tinggi mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara para tenaga kerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang memiliki hubungan interpersonal buruk lebih besar untuk mengalami stres berat. Sedangkan untuk hubungan interpersonal baik memiliki nilai yang sama besar antara yang mengalami stres dan tidak mengalami stres tabel 5.7. dan berdasarkan hasil analisis uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013. Dalam analisis uji tersebut stres dibagi menjadi dua kategori menjadi tidak mengalami stres dan mengalami stres dikarenakan jika tetap menggunakan tiga hasil ukur maka hasil yang diperoleh menurut statistik tidak baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Situngkir 2004 pada pekerja di departemen operasi PT. Badak NGL Bontang Kalimantan Timur. sebagian besar pekerja memiliki hubungan interpersonal yang baik, oleh sebab itu tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja. Tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal pekerja proyek Banyu Urip dengan stres kerja kemungkinan besar disebabkan karena pekerja sudah memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan atasan maupun sesama rekan kerja, dan menurut hasil wawancara pekerja pun juga memiliki hubungan yang baik dengan kelompok diluar pekerjaan sehingga pekerja lebih bisa mengurangi stres kerja yang berasal dari hubungan interpersonal.

6.9 Kebisingan

Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran juga dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis pekerja Munandar, 2008. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang terpapar bising dan tidak terpapar bising cenderung mengalami stres ringan tabel 5.4. Namun, pekerja yang terpapar kebisisngan lebih berisiko untuk mengalami stres berat. Dan berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi-square dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stres kerja. Selain itu, variabel kebisingan merupakan variabel yang signifikan atau dominan terhadap stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek banyu urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khairat 2008 pada karyawan produksi PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. Tingkat kebisingan di bagian tenun ini mempunyai tingkat kebisingan pada shift pagi yaitu 99.06 dB. Kebisingan yang cukup tinggi ini merupakan penyebab stres di dalam lingkungan kerja. Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pendengaran, gangguan konsentrasi dalam bekerja, penyakit psikosomatik antara lain berupa gastritis, dan stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifiani 2004 yang menjelaskan bahwa bising menyebabkan gangguan pada tenaga kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Disisi lain kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan terhadap kemampuan kerja akibat rangsangan terus menerus pada susunan saraf pusat. Suara yang asing, interupsi suara yang berulang ulang dan suara melebihi nilai ambang batas adalah beberapa keadaan kebisingan yang dapat memepengaruhi kemampuan bekerja. Adanya hubungan yang bermakana antara kebisingan dengan stres kerja di proyek Banyu Urip disebabkan karena dilingkungan kerja dekat dengan pekerja terdapat mesin-mesin yang selalu beroperasi yang menghasilkan suara bising seperti mesin gerindra, mesin las, mesin kompresor dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja proyek Banyu Urip suara bising yang diterima menyebabkan pekerja cepat merasa lelah, pusing dan kurang nyaman dalam bekerja serta mengalami peningkatan dalam emosi karena merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan pekerja lainya . Faktor ini adalah tanda- tanda pekerja mengalami stres kerja. Meskipun perusahaan telah memberikan alat pelindung telinga APT berupa earplug kepada para pekerja. Namun, langkah ini belum sepenuhnya maksimal karena masih banyak dari pekerja yang tidak menghiraukan imbauan untuk menggunakan earplug selama bekerja dan tidak sedikit pekerja yang mengeluhkan bahwa earplug yang dimiliki sudah rusak karena tidak ada pergantian APT dari perusahaan dalam kurun waktu yang lama, meskipun pekerja sudah memintanya. Oleh karena itu, diharapkan untuk perusahaan untuk memberikan pekerja earplug dan menggantinya jika earplug sudah dalam kondisi rusak, serta memberikan pelatihan kepada pekerja terkait bagaimana menggunakan earplug yang sesuai dan memastikan pekerja sudah menggunakannya dengan benar dan tepat. Serta tidak bosan untuk mengimbau pekerja untuk selalu menggunakan APT jika bekerja di lingkungan yang bising. Dan diharapkan pekerja dapat menaati dan mengikuti seluruh prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan, agar terhindar dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.

6.10 Tekanan Panas

Menurut Suma’mur 2009 tekanan panas dapat mempengaruhi daya kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerja. Selain itu tekanan panas juga sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia, serta lingkungan yang ekstrim panas memiliki efek yang signifikan pada kapasitas kerja Bridger, 2003.Tekanan panas merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh pekerja sebagai akibat pekerjaannya. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang terpapar panas cenderung untuk mengalami stres ringan. Sedangkan pekerja yang tidak terpapar panas cenderung mengalami stres berat tabel 5.4. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilo 2012 pada pekerja di PT. Indo Bali kecamatan Negara kabupaten Jimbaran, Bali yang mengatakan bahwa faktor lingkungan fisik khususnya tekanan panas sangat mempengaruhi terjadinya stres kerja. Berdasarkan hasil observasi dilapangan, pekerja melakukan pekerjaan diberbagai titik sehingga setiap perkerja menerima paparan tekanan panas yang berbeda-beda. Tekanan panas dihitung menggunakan Heat Stress Monitor Questemp 34. Selain itu, pengukuran tekanan panas juga melihat beban kerja dan waktu kerja pekerja. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja sebagian besar pekerja memiliki beban kerja ringan dengan waktu kerja selama 8 jam yang sesuai dengan Hiperkes . Selain itu, pada open area fabrication terdapat tempat istirahat sementara untuk pekerja yang memiliki penutup atapnya sehingga jika pekerja telah selesai melakukan pekerjaannya dan menunggu untuk pekerjaan selanjutnya banyak dari pekerja yang beristirahat ditempat tersebut karena selain