Ornamen Khas Gendang Ronggeng Melayu Buatan Yusuf Wibisono

benar-benar dikerjakan agar gendang yang dihasilkan berkualitas. Dan semua gendang buatan Yusuf Wibisono adalah gendang yang berkualitas dan telah dikenal sampai ke luar negeri.

4.4 Ornamen Khas Gendang Ronggeng Melayu Buatan Yusuf Wibisono

Berdasarkan penelitian, penulis menjumpai bahwa ada satu ciri khas produksi gendang ronggeng Melayu Yusuf Wibisono, yaitu ornamentasi. Ia memiliki satu ornamentasi yang khas, yang membedakan gendang ronggeng Melayu buatannya dengan pembuat lainnya. Ornamen itu berbentuk dua daun yang saling berhadapan. Meskipun tentang ornamen ini tidak ada satu pembakuan yang khusus dalam membuat gendang ronggeng Melayu, namun Yusuf Wibisono memilih ornamentasi ini, yang menurut penjelasannya adalah sebagai kesukaan estetisnya dan banyak disukai oleh para pembeli gendang. Pernah ia mencoba membuat ornamen lain, namun baginya dan bagi orang lain pemesannya kurang dapat diterima. Akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan ornamen khas ini. Jadi, sampai sekarang gendang ronggeng Melayu buatan Yusuf Wibisono menggunakan ornamentasi yang khas ini. Adapun ornamen itu dapat dilihat pada gambar berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Ornamen Khas Gendang Ronggeng Melayu Buatan Yusuf Wibisono Tabel 4.1 Proses pembuatan Gendang Ronggeng Melayu oleh Yusuf Wibisono No Urutan Pembuatan Bahan Peralatan Deskripsi Proses Hasil Keterangan 1 Pembuatan Baluh Kayu kelapa, nangka, rambutan atau mahoni parang, kapak, pisau, pahat dan martil mesin bubut, sekrap, borgerudi Awalnya kayu dibentuk berupa mangkuk atau konis, dengan ukuran yang dikehendaki, yaitu diameter bahagian atas antara 39 sampai 49 sentimeter, masa kerja 18 sampai 24 jam. Mengikis bahagian luar baluh dengan mesin bubut atau kapak dan parang, kemudian mengorek bahagian dalam baluh dengan hati-hati dengan kapak dan parang atau mesin bubut. Kemudian Sebuah baluh gendang yang sudah dicat dan dipernis dengan disertai ornamen Gendang ini siap untuk disatukan dengan galangnya Universitas Sumatera Utara dihaluskan dengan ampelas. Kemudian gendang dicat dan dipernis, serta diberi ornamen. 2. Pembuatan galang gendang Rotan mano parang, kapak, pisau, pahat dan martil mesin bubut, sekrap, borgerudi Setelah baluh selesai dikerjakan tahapan berikutnya adalah pembuatan galang. Cara membentuk galang menjadi berbentuk lingkaran adalah dengan memanaskan rotan mano tersebut dengan cara memanggangnya di atas perapian sambil melengkungkan rotan tersebut sampai menjadi lingkaran. Kemudian ujungnya disatukan, setelah dipotong serong. Begitu juga proses ini terjadi pada seat pembuatan sentung yang berfungsi sebagai pasak untuk meregangkan melaras atau mentuning gendang ronggeng Melayu. Akan tetapi kedua hujungnya tidak disatukan. Sebuah galang gendang yang siap untuk dipasangkan dengan baluh Baluh dan galang telah menyatu 3. Pemasangan kulit gendang Kulit kambing betina muda, sekitar dua tahun saat disembelih parang, kapak, pisau, pahat dan martil mesin bubut, sekrap, borgerudi Pemasangan kulit dilakukan dengan beberapa tahapan. Setelah kulit direndam seperti uraian di atas, maka kulit tersebut direntangkan menutupi lubang baluh yang berdiameter besar. Kemudian kulit tersebut diikat dengan kawat atau rotan. Kawat atau rotan tersebut kemudian dibalut oleh sisa kulit yang menjurai di sisi gendang. Kulit telah terpasang pada baluh bahagian atas Kulit, baluh, dan galang telah menyatu 4. Menganyam tali kulit rotan rotan parang, kapak, pisau, pahat dan martil Tahapan berikutnya adalah menganyam tali kulit rotan untuk menghubungkan kawat atau rotan pengikat tersebut Gendang sudah dianyam dengan tali kulit rotan Baluh, galang, kulit gendang telah menjadi Universitas Sumatera Utara mesin bubut, sekrap, borgerudi dengan galang di lubang bahagian bawah baluh. Dengan teknis penganyaman tertentu, rotan ini tidak hanya berfungsi sebagai tali peregang antara kulit dengan galang, melainkan juga memberikan kesan keindahan. Anyaman yang melilit galang adalah dengan menggunaken simpul hidup atau dikenal dengan istilah simpul jerat. Dengan meminjam teori- teori pendeskripsian alat musik yang lazim dipakai dalam etnomusikologi, maka teknik lacing ikatan ini disebut berbentuk huruf I. Apabila gendang tersebut diletakkan dengan cara menelungkupkan lubang bahagian bawah menutupi lantai, rotan pengikat ini dapat merupakan garis-garis vertikal. Jarak antara satu pasang tarih dengan pasangan tarih lainnya adalah satu setengah sampai dua setengah sentimeter. Secara relatif, empat puluh satu sampai lima puluh lima pasang, bergantung kepada kejarangan jarak. satu kesatuan 5. Pemasangan sentung kayu parang, kapak, pisau, pahat dan martil mesin bubut, sekrap, borgerudi, tang Selepas proses pengikatan selesai, maka sentung yang berfungsi sebagai pasak diselipkan di antara baluh dengan galang. Untuk boleh menghasilkan bunyi yang baik masih diperlukan sebuah rotan yang berdiameter tiga milimeter. Selain itu, untuk menghias gendang agar kelihatan lebih indah, dan sekaligus berfungsi untuk menutupi Baluh, galang, kulit, anyaman, dan sentung telah menyatu Sentung ini juga berfungsi untuk mentuning gendang Universitas Sumatera Utara sentung digunakan kulit rotan yang dijalin menyerupai anyaman tikar. Begitu juga halnya di bahagian atasnya yaitu di bawah lipatan kulit 6. Pemasangan sedak rotan parang, kapak, pisau, pahat dan martil mesin bubut, sekrap, borgerudi, tang Sedak dipasang dengan arah diselipkan antara liang kulit dengan baluh di bagian dalam gendang. Untuk mentuning awal digunakan rotan yang relatif kecil. Untuk berikutnya bisa digunakan rotan berdiameter lebih besar. Selesai dimainkan rotan sedak ini harus ditanggalkan, untuk menjaga daya keregangan kulit. Baluh, galang, kulit, anyaman, sentung , dan sedak telah menyatu dan siap untuk dimainkan Gendang siap untuk dimainkan dan dijual, harganya antara 5 ratus sampai 7 ratus ribu rupiah

4.4 Klasifikasi Organologis Gendang Melayu