bertambah  banyak.  Mereka awalnya terikat dengan sebuah kontrak dengan disertai peraturan-peraturan tentang hukuman atas mereka yang disebut Penale  Sanctie.
Namun demikian, sejak tahun  1911  dengan tiba-tiba  kontrak  kerja tersebut didasarkan  pada  kontrak Reid 1987:82-83.
Pada  masa  kini, perpindahan orang  Jawa  dilaksanakan dalam  rangka kebijakan transmigrasi yang  disponsori  oleh pemerintah. Trasmigrasi  ini
dilakukan   karena   alasan  pemerataan  penduduk  dan padatnya penduduk di pulau  Jawa, kekurangan lahan pertanian, dan kemiskinan di pedesaan  Jawa pada
umumnya. Orang Jawa pada hakekatnya mempunyai watak yang  senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan orang di lingkungannya,  dan mementingkan
keharmonisan.  Meskipun  orang-orang Jawa  yang  lahir di Sumatera sering disebut  Pujakesuma watak  dan kebiasaan yang berdasarkan budaya mereka
sendiri tetap  disampaikan dari orang tuanya.  Mereka mengatasi  ego dan  nafsu demi  ketenangan hidup  dan  kebijaksanaan,  dan sukarela bekerja untuk umum
dengan cara gotong royong.  Para migran  orang  Jawa yang umumnya terdiri dari petani  kecil hidup  sederhana, dan  menerima  kesengsaraan  dengan menganggap
hidupnya   memang  begitu.   Namun   tak   lupa mempertahankan nama dan harga dirinya Sadarmo  dan R. Suyono 1985:2.
2.4.1 Sistem Kekerabatan
Orang-orang Jawa di Sumatera Timur tetap mempertahankan sistem kekerabatan,   yang  disebut   bebrayat.    Menurut informasi   Bapak   Subanindyo
Universitas Sumatera Utara
Hadiluwih,   seorang   tokoh masyarakat  Jawa  di Sumatera Utara, bebrayat  berasal dari kata brayat yang berarti keluarga mendapat suku kata awalan prefik  be.
Dalam  budaya  Jawa  brayat  berarti  sistem bekeluarga dalam arti luas, yaitu keluarga inti, batih, atau  keluarga  budaya.   Sistem kekerabatan  ini  dilandasi  oleh
sikap bergotong-royong, dengan konsep sepi ing pamrih,  rame ing  gawe,  artinya tidak mengharapkan balasan  pamrih,  dan mengutamakan kerja bersama-sama.
Dengan menggunakan  sistem ini,  mereka meyakini bahwa semua manusia  adalah keluarga,  namun  dalam  penjabaran tanggung jawab  selalu  dikonsepkan dengan
paseduluran: 1 sedulur tunggal kringkel  merupakan saudara  lahir  dari  ibu dan ayah yang  sama;  2  sedulur kuwalon  yaitu  saudara lain ayah tetapi ibunya
sama,  atau sebaliknya saudara lain ibu nemun ayahnya sama, dan  saudara tiri; 3 sedulur misanan merupakan saudara satu nenek  atau satu  kakek,  yang mencakup
kandung atau  tiri;  4  sedulur mindoan  adalah  saudara satu buyut  orang  tau kakek  atau nenek  berlaku  baik untuk saudara kandung atau  tiri,  5 sedulur
mentelu yaitu saudara satu canggah  buyutnya  ayah dan ibu baik saudara kandung atau tiri; 6 bala yaitu yang menurut  anggapan mereka masih saudara, namun  dari
silsilah sudah  tidak  terlacak  kedudukannya,  dan  disebabkan  oleh interaksi mereka, karena kebutuhan yang erat, misalnya jenis pekerjaan  sama, sering
berkomunikasi, dan  sejenisnya;  7 tangga  yang konsepnya tidak terbatas pada letak rumah  yang berdekatan  saja, tetapi dalam kepentingan  tertentu  mereka
saling membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Transformasi Kebudayaan
Orang-orang  Jawa  yang ada di Sumatera  Timur,  secara umum mengalami transformasi-transformasi budaya.   Di  satu sisi  mereka  ingin
mempertahankan  budaya  leluhurnya  yang berasal  dari  pulau Jawa, di sisi lain mereka  juga  harus berinteraksi  dengan berbagai etnik setempat  dan  pendatang
lainnya   di   Sumatera  Timur  yang  pesat perkembangan ekonominya. Orang- orang Jawa ini mata pencaharian utamanya secara umum adalah petani dengan
menggarap lahan untuk perkebunan kelapa sawit, geta, koko atau juga kelapa.  Di antara tokoh-tokoh masyarakat Jawa yang terkenal di Sumatera Utara di antaranya
adalah Drs. Kasim Siyo, M.Si., sebagai presiden Pujakesuma Sumatera Utara, kemudian Wagirin Arman seorang tokoh politik dan ali parlemen di Kabupaten
Deli Serang, Djati Oetomo, manejer radio Pasopati Medan yang menyiarkan khas budaya Jawa, Prof. Dr. Subanindyo Hadiluwih, S.H., seniman, dosen, dan penulis
terkemuka mengenai kebudayaan Jawa di Sumatera Utara, dan banyak lagi yang lainnya.
Di bidang kesenian, umumnya kebudayaan Melayu di kawasan ini paling banyak didukung oleh seniman beretnik Jawa ini, di samping seniman Melayu itu
sendiri.  Di antara seniman-seniman seni Melayu yang berasal daripada etnik Jawa adalah: Sirtoyono yang bergabung dengan kumpulan kesenian Patria, ia seniman
serba bisa, pemusik, penari, koreografer, pelakon, dan penulis drama sekaligus. Seterusnya adalah Sumardi, sebagai pemain akordion Melayu yang handal.   Di sisi
Universitas Sumatera Utara
lain ada pula Retno Ayumi, seorang penulis tari dan penari Melayu terkemuka di Sumatera Utara.
2.5 Hubungan Masyarakat Jawa dan Melayu di Sumatera Utara