Dalam penelitian ini, berdasarkan fungsinya termasuk ke dalam penelitian. Berdasarkan informan, termasuk ke dalam informan kunci atau individual.
Berdasarkan lamanya wawancara adalah panjang. Berdasarkan penanya dan respondennya termasuk terbuka. Selanjutnya dilakukan kerja laboratorium.
1.5.4 Kerja Laboratorium
Setelah mendapatkan data dilapangan, penulis mengadakan kerja laboratorium. Dimana hasil rekaman lagu akan di transkripsi dan dianalisis. Untuk
memudahkan pentranskripsian, penulis mengubah hasil rekaman yang di dengar ke dalam bentuk notasi. Penggunaan notasi ini dilakukan untuk menggambarkan lebih
jelas apa yang di analisa. Hasil transkripsi ini akan di bahas pada bab V dalam skripsi.
1.5.4.1 Metode Transkripsi
Dalam sains-sains seni, transkripsi dan analisis merupakan bagian dari kerja laboratorium. Meskipun demikian, pentraskripsian bunyi musik dapat
dilakukan di lapangan pada saat melakukan penelitian. Namun, dalam konteks pertunjukan, transkripsi secara langsung tentu lebih sulit dilakukan terutama
kerana terbatasnya waktu yang dipergunakan untuk mentranskripsi, sehingga akan menghasilkan transkripsi yang sulit dipertanggungjawabkan ketepatannya. Oleh
karena itu, peneliti sebaiknya mencatat hal-hal yang dapat mendukung transkripsi di laboratorium nantinya, pada saat rekaman langsung di lapangan. Seperti
Universitas Sumatera Utara
mencatat nama, posisi, dan teknik pemain, seperti: teknik memukul gendang, improvisasi, cara masuk, cara membentuk tekstur, daerah tumpuan pukulan
onomatopeik gendang, dan sejenisnya. Transkripsi merupakan pencatatan notasi bunyi musik yang dihasilkan
seseorang atau sekelompok pemusik ke dalam bentuk lambang-lambang atau gambaran tertentu. Pada asasnya, secara kasar bentuk-bentuk notasi musik dapat
dikelompokkan kepada dua jenis: 1 notasi tablatura dan 2 notasi grafik. Notasi tablatura merupakan cara pencatatan bunyi musik yang diwujudkan ke dalam
bentuk simbol, dengan tidak mewujudkan lintasan gerakan naik turunnya frekuensi nada. Contoh notasi ini adalah nota angka Barat, yang pada awalnya
diperkenalkan oleh Guido de Arrezo dan Cheve tahun 1850. Contoh lain adalah nota dalam musik Jepang. Juga dalam musik Jawa dikenal sistem notasi
kepatihan dan sari swara yang mempergunakan angka-angka Arabik. Notasi grafik merupakan sistem pencatatan bunyi musik yang diwujudkan ke dalam
bentuk simbol dengan mengikuti lintasan gerak naik turunnya frekuensi nada atau lintasan melodi melodic line. Contoh notasi seperti ini adalah notasi balok
noten balk Barat. Disadari bahawa selain kelebihannya, notasi balok juga mempunyai kekurangan-kekurangan Nettl 1946:33.
Menurut Nettl, kenyataan menunjukkan bahwa beberapa ritme dan tangga nada tradisi non-Barat tidak selalu cocok dengan sistem notasi Barat sehingga
agak menyulitkan untuk memproduksi ulang kembali ke dalam notasi konvensional. Beberapa pentranskripsi menambah simbol-simbol khusus
Universitas Sumatera Utara
daripada notasi konvensional tersebut, dengan simbol yang diinginkan, sesuai dengan suara yang dihasilkan. Misalnya interval yang lebih besar dari setengah
langkah ditambahi tanda tambah atau yang lebih kecil ditambahi tanda kurang di atas notnya Nettl 1946:31.
Untuk mendapatkan hasil transkripsi yang akurat dan objektif, dapat dipergunakan berbagai mesin yang dapat mengukur nada dan mentranskripsi
musik, seperti monokord yaitu sebuah senar yang diregangkan di atas sebuah vibrator yang mempunyai skala. Monokord ini mula-mula diperkenalkan oleh
Jaap Kunst, yang selanjutnya dijadikan dasar cara bekerjanya osiloskop dan komputer, alat yang lebih peka mentranskripsi bunyi musik.
1.5.4.2 Metode Analisis