sentung digunakan kulit rotan yang dijalin
menyerupai anyaman tikar. Begitu juga halnya di
bahagian atasnya yaitu di bawah lipatan kulit
6. Pemasangan sedak
rotan parang, kapak,
pisau, pahat dan
martil mesin
bubut, sekrap,
borgerudi, tang
Sedak dipasang dengan arah diselipkan antara liang
kulit dengan baluh di bagian dalam gendang.
Untuk mentuning awal digunakan rotan yang
relatif kecil. Untuk berikutnya bisa digunakan
rotan berdiameter lebih besar. Selesai dimainkan
rotan sedak ini harus ditanggalkan, untuk
menjaga daya keregangan kulit.
Baluh, galang,
kulit, anyaman,
sentung , dan sedak
telah menyatu
dan siap untuk
dimainkan Gendang
siap untuk dimainkan
dan dijual, harganya
antara 5 ratus sampai
7 ratus ribu rupiah
4.4 Klasifikasi Organologis Gendang Melayu
Dari uraian di atas, kita telah mengetahui seluk-beluk gendang Melayu yang berhubungan erat dengan bahan, proses pembuatan, bentuk serta teknikal
pengikatan kulit gendang pada baluh. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan menguji pengklasifikasian alat musik ini berasaskan teori organologi Curt Sachs
dan Erich M. Von Hornbostle, yang biasa dilakukan oleh para peneliti untuk mengambil suatu kesimpulan tentang kedudukan sebuah alat musik dalam
penulisan ilmiah. Dalam teori yang berkaitan dengan studi alat musik, terdapat empat
penggolongan besar terhadap alat musik: idiofon idiophone, membranofon membranophone, kordofon chordophone, dan aerofon aerophone. Masing-
Universitas Sumatera Utara
masing penggolongan ini didasari oleh sifat yang berkaitan dengan bahan, bentuk, teknik memainkan, posisi memainkan, cara memainkan dan hal-hal yang berkaitan
dengan produksi teori den metode akustika dalam ilmu fisika. Untuk tidak mengarah kepada hal-hal yang tidak perlu dibicarakan di dalam
tulisan ini, penulis hanya membatasi diskusi tentang klasifikasi alat musik membranofon, dimana gendang Melayu dapat dimasukkan. Mengikut definisi yang
ada, membranofon adalah alat musik yang bunyinya dihasilkan oleh membran yang diregangkan di atas sebuah kotak atau tabung yang bahagian atasnya terbuka,
yang secara umum selalu disebut gendang Sachs 1940:459. Pengklasifikasian ini juga didasari oleh keadaan yang merupakan ciri dari alat musik tersebut, terutama
bentuknya, yang menempatkan alat musik ini ke dalam klasifikasi yang lebih khas. Di dalam klasifikasi ini bentuk gendang sangat penting diperhatikan. Curt
Sachs membaginya ke dalam sembilan bentuk yaitu: 1 cylindrical drums, 2 barrel drums, 3 conical drums, 4 hourglass drums, 5 footed drums, 6
“goblet drums, 7 kettle drums, 8 handle drums dan 9 frame drums ibid. 1940:460. Khusus dalam tulisan ini penulisan akan didiskusikan bentuk frame
drum yang dapat diartikan sebagai gendang berbingkai. Menurut definisi penulis di atas frame drum adalah gendang yang ukuran
ketebalan badannya relatif lebih kecil dari diameter membran penghasil bunyi yang diikatkan di muka badan alat musik tersebut. Curt Sachs membaginya lagi ke
dalam dua ketagori. Bahwa bila ketebalan badan gendang melebihi seperempat dari diameter membrannya, maka gendang ini disebut gendang berbingkai tebal;
Universitas Sumatera Utara
sedangkan gendang yang ketebalan badannya kurang dari seperempat dari diameter membrannya disebut gendang berbingkai tipis ibid. Berasaskan teori di atas, maka
gendang ronggeng Melayu dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi membranofon dengan ciri-ciri yang lebih khusus, yaitu gendang berbingkai tebal. Demikian
deskripsi tentang proses pembuatan dan klasifikasi gendang ronggeng Melayu, dan khususnya yang berkaitan dengan yang dilakukan oleh Yusuf Wibisono.
4.5 Membuat Alat-alat Musik Lain