dasar ini. Dengan demikian, ciri khas beliau ini memberikan kekayaan sendiri terhadap estetika seni musik Melayu Sumatera Utara. Berikutnya ia juga adalah
seorang pemain biola gaya musik Melayu.
5.2 Sebagai Pemain Biola
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa Yusuf Wibisono adalah seorang seniman yang memiliki beberapa kemampuan. Selain bisa memainkan alat musik
akordeon, beliau juga bisa memainkan biola. Beliau bisa memainkan alat musik akordeon, biola, dan juga gendang ronggeng Melayu.
Biola violin, viol adalah alat musik yang berasal dari tradisi Eropa. Alat musik ini masuk ke Nusantara setelah Malaka diduduki Portugis pada tahun 1511
M. Biola mulai digunakan pada tradisi musik Melayu untuk menggantikan fungsi rebab sebagai pembawa melodi. Alat musik ini memiliki empat buah senar tanpa
ada freet, dengan badan berbentuk seperti cello dengan ukuran lebih kecil. Dari senar satu sampai empat, nada standar biola adalah E, A, D, dan G. Cara
memainkannya dengan meletakkanya diatas bahu sebelah kiri, dan dijepit dengan dagu. Tangan kiri berfungsi menekan senar-senar untuk mendapatkan nada yang
diinginkan, sementara tangan kanan memegang bow dan menggesekkannya ke senar.
Yusuf Wibisono belajar memainkan alat musik biola dari Datuk Abdul Rahman, ayahnya Datuk Ahmad Fauzi, dosen musik Melayu di Departemen
Etnomusikolologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Di tahun 1970-an
Universitas Sumatera Utara
Ia belajar terutama di Jalan Bintang untuk melihat dan mendengar para pemusik Melayu sedang latihan, termasuk Datuk Abdul Rahman. Cara beliau belajar dengan
Datuk Abdul Rahman adalah secara otodidak juga, bukan melalui notasi balok atau angka. Ia mendengar dan melihat kemudian menirukannya. Selain itu ia juga
merekam dalam bentuk rekaman auditif, yang saat itu direkamnya dengan alat tape recorder merek Sony. Tak jarang pula ia merekam secara diam-diam pemain biola
lain yang ia anggap merupakan lagu yang jarang dimainkan. Kadang kala pemain biola ini ia undang ke rumahnya, dan secara diam-diam ia rekam. Sebab
menurutnya kalau direkam secara legal dan diminta baik-baik pasti tak diberi. Keuntungannya menurut Yusuf Wibisono, lagu-lagu itu ia kumpulkan dan ia
simpan, dan ke masa depan siap ia turunkan kepada generasi muda, dengan tujuan agar musik Melayu ini tidak musnah, dan tetap lestari mengikuti perubahan dan
perkembangan zaman. Karena kemampuan dan keinginannya yang besar dalam belajar memainkan
biola, sehingga Yusuf Wibisono mulai sering dipanggil untuk bermain musik Melayu tetapi awalnya hanya sebagai peran pengganti apabila salah satu
personilnya berhalangan hadir. Pada masa sekarang ini, dalam kelompoknya jika telah ada pemain akordeonnya misalnya Pak Ahmad Setia, maka ialah yang
bermain biola. Ditambah pemain-pemain gendang ronggeng Melayu, keyboard, dan lainnya.
Saat sekarang ini beliau masih aktif bermain biola, dalam mengisi acara- acara yang berfungsi hiburan, seperti memeriahkan acara pernikahan, khitanan, hari
Universitas Sumatera Utara
besar nasional, hari besar agama Islam, dan lain-lain. Namun demikian, kegiatan beliau dalam memainkan alat musik biola tidak rutin. Maksudnya tidak setiap
pertunjukan beliau memainkan biola, karena beliau bisa memainkan alat musik biola, akordeon dan gendang. Dalam suatu pertunjukan beliau bisa saja memainkan
biola, akordeon, ataupun gendang secara bergantian, dengan pemain-pemain lain. Atau kadang kala hanya memainkan biola saja karena pemain lain sudah cukup dan
tidak mau digantikan. Jadi dengan demikian, karena kemampuannya memainkan berabagai alat musik ini, peranannya secara sosiobudaya dalam musik Melayu
Sumatera Utara sangatlah menonjol.
5.3 Sebagai Pemain Gendang