VI. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Terdapat enam spesies Syzygium yang dijumpai tumbuh di kawasan TWA Gunung Baung. Keenam spesies tersebut adalah: S. cumini, S. littorale, S.
polyanhtum, S. pycnanthum, S. racemosum, dan S. samarangense. Jumlah individu yang paling banyak dijumpai adalah S. pycnanthum 235 individu dan
yang paling sedikit adalah S. samarangense 1 individu. S. pycnanthum dan S. racemosum memiliki kondisi struktur populasi ideal
sehingga kedua spesies ini akan mampu untuk tumbuh dan berkembang di Gunung Baung. S. cumini, S. littorale, S. polyanthum dan S. samarangense
memiliki kondisi struktur populasi yang tidak ideal. Hambatan yang terjadi terutama adalah proses regenerasi pada strata permudaannya tingkat semai,
pancang dan tiang. Lima dari enam spesies Syzygium S. cumini, S. littorale, S. polyanhtum, S.
pycnanthum, S.racemosum memiliki pola sebaran berkelompok. Kondisi habitat yang banyak ditumbuhi Syzygium di Gunung Baung adalah tempat-tempat yang
subur, di lereng bukit, dengan atau tanpa dominansi bambu Bambusa blumeana, serta tidak didominansi oleh bambu Schizostachyum zollingeri. Kondisi habitat
Syzygium pycnanthum dan S. racemosum relatif sama, hal ini ditunjukan dengan sifat asosiasi interspesies yang positif pada semua tingkat pertumbuhannya,
meskipun nilai asosiasinya sangat kecil. Berdasarkan kemiripan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya terdapat dua kelompok , yaitu: kelompok S.
littorale, S. racemosum, S. pycnanthum, dan S.cumini serta kelompok S. polyanthum dan S.samarangense. Faktor ketinggian tempat altitude dan jumlah
rumpun bambu adalah faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan spesies Syzygium di TWA Gunung Baung.
5.2. Saran
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa TWA Gunung Baung merupakan habitat bagi beberapa spesies Syzygium. Untuk mempertahankan dan
melestarikan keberadaannya maka perlu dilakukan upaya pengelolaan populasi di habitat alaminya tersebut, terutama bagi S. cumini, S. littorale, S. polyanthum dan
S. samarangense yang memiliki struktur populasi yang tidak ideal karena hambatan dalam rangka pembentukan permudaannya. Pengelolaan tersebut perlu
dilakukan mengingat Syzygium adalah salah satu taksa yang menjadi sumber pakan alami bagi hidupan liar di Gunung Baung. Penelitian dan pengkajian lebih
lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan tersebut.
Pengenalan spesies-spesies Syzygium kepada masyarakat dapat berguna bagi peningkatan apresiasi masyarakat atas keanekaragaman spesies dan
manfaatnya. Setidaknya hal tersebut dapat dilakukan bagi para pengunjung TWA Gunung Baung. Informasi tentang keanekaragaman, lokasi penyebarannya di
dalam kawasan, kondisi habitat, serta potensi pemanfaatan yang dihalsilkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan sosialisasi spesies Syzygium tersebut secara
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1997. Populasi dan perilaku bekantan Nasalis larvatus di Samboja Koala, Kalimantan Timur. Media Konservasi 52: 67-72.
Anonim. 2011.
Taman Wisata
Gunung Baung.
http:eastjavaculinarytourism.wordpress.com20110708taman-wisata- gunung-baung. Diakses tanggal 26 Juli 2012.
Arosoesilangingsih E, Soejono, Widyati A, Palupi I, dan Kiswojo. 2001. Aktivitas reproduktif tiga spesies pohon langka tahan kering di Kebun Raya
Purwodadi. Di
dalam: Konservasi
dan Pendayagunaan
Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional. Pasuruan: Kebun Raya Purwodadi – LIPI.
Backer dan van den Brink BRC. 1963. Flora of Java Vol.I. N.V.P. Noordhoff – Groningen – The Netherlands.
Bailey L.H. 1953. The Standard Cyclopedia of Horticulture Vol. I. New York: The Macmillan Company.
Barbour MG, Bark JH, Pitts WD. 1987. Terestrial Plant Ecology. Second Edition. California: The Benjamin Cumming Publishing Company Inc.
[Baung Camp].
2008. Taman
Wisata Gunung
Baung. http:www.baungcamp.com?about=Geografis. Diakses tanggal 18
November 2008. [BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 1998. Laporan Penilaian Potensi
Taman Wisata Gunung Baung. Surabaya: Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV. Departemen Kehutanan.
[BBKSDA Jatim] Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. 2008. Taman
Wisata Alam
Gunung Baung.
www.ditjenphka.go.idkawasan_file TWA.20Gunung20Baung-
a.pdf Diakses tanggal 22 September 2008. ________ . 2011. Peta Jenis Tanah TWA Gunung Baung.
________ . 2011. Peta Kedalaman Tanah TWA Gunung Baung. [BPS Kabupaten Pasuruan] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2011.
Kabupaten Pasuruan dalam Angka 2011. Statistik Daerah Kecamatan Purwodadi
2011. E-book.
http:pasuruankab.bps.go.idindex.phppelayanan-statistikonline- ebook41-online-e-book-2011. Diakses tanggal 30 Juni 2012.
________ . 2011. Kabupaten Pasuruan dalam Angka 2011. Statistik Daerah Kecamatan
Purwosari 2011.
E-book. http:pasuruankab.bps.go.idindex.phppelayanan-statistikonline-
ebook41-online-e-book-2011. Diakses tanggal 30 Juni 2012. Berlin NVA dan Estu R. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Botanri S. 2010. Distribusi Spasial, Autekologi, dan Biodiversitas Tumbuhan Sagu Metroxylon spp. di Pulau Seram, Maluku. [Disertasi]. Bogor.
Sekolah Pascasarjana IPB. Cahyono B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Air di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogyakarta: Lily Publisher. Catur IRW. 2008. Keanekaragaman bambu serta pemanfaatannya di Taman
Wisata Alam Gunung Baung, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Abstrak. Laporan Tugas Akhir. Intertide Ecological Community-
Laboratoriom of Ecology. Department of Biology Institute of Technolgy Sepuluh Nopember. Surabaya.
Chevallier A. 2000. Encyclopedia of herbal medicine. DK. Publishing Inc. New York.
Craven LA, Biffin E. 2010. An infrageneric classification of Syzygium Myrtaceae. Blumea 55: 94-99.
Craven LA, Biffin E, Ashton PE. 2006. Acmena, Acmenosperma, Cleistocalyx, Piliocalyx and Waterhouse formally transferred to Syzygium
Myrtaceae. Blumea 51: 131-142. Coronel RE. 1992. Syzygium cumini L. Skeels. Di dalam: Verheij EWM dan
Coronel RE, editor. PROSEA Plant Resources of South-East Asia 2: Edible fruits and nuts. Bogor : Prosea hlm 294-296.
Dalimartha S. 2003. Atlas tumbuhan obat Indonesia, Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hanum IF dan van der Maesen LJG. editors 1997. Prosea 11: Auxiliary Plants.
p.297-298. Leiden: Backhuys Publishers. Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Haron NW, Laming PB, Fundter JM, Lemmens RHMJ. 1995. Syzygium Gaertner. Di dalam: Lemmens RHMJ, Soerianegara I, Wong WC, editor.
PROSEA Plant Resources of South-East Asia 52: Timber trees: Minor commercial timbers. Bogor : Prosea hlm 441-474.
Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN. 1996. Komposisi Jenis Tumbuhan Pakan Kera Ekor Panjang Macaca fascicularis Di Habitat Hutan Jati.
Biota 12:1-8. Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia Volume III. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. Iriawan N dan Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: CV Andi Offset. Istomo. 1994. Hubungan Antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin
Gonystylus bancanus dengan Sifat-sifat Tanah Gambut Studi Kasus di HPH PT Inhutani III Kalteng. [Thesis]. Bogor. Sekolah
Pascasarjana IPB.