Taman Wisata Alam Diversity, Population Structure And Distribution Paterrn Of Syzygium In Gunung Baung, East Java

bulan November sampai dengan April, sedangkan musim kemarau dengan curah hujan ≤ 60 mmbulan terjadi antara bulan Mei sampai dengan Oktober Baung Camp 2008. Gambar 3 Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Baung, Pasuruan, Jawa Timur

3.3. Kondisi Biologi Kawasan

Secara umum kawasan ini memiliki ciri-ciri tipe ekosistem hutan musim dataran rendah. Di samping kekayaan floranya, keunikan kawasan ini adalah keberadaan dan keindahan air terjun Coban Baung. Spesies flora yang cukup banyak dijumpai di kawasan ini antara lain: Beringin Ficus benyamina, Kepuh Sterculia foetida, Bendo Artocarpus elastica dan Gondang Ficus variegata, serta Bambu Bambussa sp. Pada beberapa bagian kawasan didominasi oleh hutan bambu. Catur 2008 menyebutkan sebanyak 9 spesies bambu berasal dari 4 marga yang tumbuh di kawasan Taman Wisata Gunung Baung. Kesembilan spesies itu adalah: Bambusa arundinacea, Bambusa blumeana, Bambusa spinosa, Bambusa vulgaris, Dendrocalamus asper, Dendrocalamus blumei, Gigantochloa apus, Gigantochloa atter, dan Schizostachyum blumei. Yuliani et al. 2006a menyatakan bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan di kawasan Gunung Baung cukup tinggi. Setidaknya tercatat sebanyak 127 spesies tumbuhan berbunga dan 4 spesies paku yang tumbuh di kawasan tersebut. Mudiana 2009 mengemukakan bahwa terdapat empat spesies Syzygium yang dijumpai tumbuh di sepanjang sungai Welang, yaitu: S. samarangense buah putih dan kehijauan, S. javanicum, S. pycnanthum, dan Syzygium sp. Letaknya yang dikelilingi oleh pemukiman penduduk, meyebabkan kawasan ini rentan terhadap perambahan dan konversi lahan. Yuliani et al. 2006 mengemukakan bahwa 87 warga di sekitar TWA Gunung Baung pernah memasuki kawasan tersebut untuk berbagai keperluan. Umumnya mereka memasuki kawasan dengan maksud mencari kayu bakar, bambu, buah-buahan dan tumbuhan obat untuk keperluan keseharian. Salah satu spesies tumbuhan obat langka yang tumbuh di kawasan ini adalah kayu rapet Parameria laevigata Juss. Moldenke. Spesies tumbuhan bawah yang tumbuh di sekitarnya antara lain: Piper betle, Hypoestes polythyrsa, Sericocalyx crispus, Oplismenus compositus, dan Bidens pilosa Pa’i dan Yulistiarini 2006. Setidaknya tercatat sebanyak 30 spesies satwa yang terdapat di kawasan ini, yang terdiri atas 8 spesies mamalia, 13 spesies aves, 8 spesies reptil dan 1 spesies amphibia. Beberapa satwa liar yang hidup di dalam kawasan antara lain: kera ekor panjang Macaca fascicularis, kelelawar besar Pteropus vampyrus, kijang Muntiacus muntjak, ayam hutan Gallus sp, lutung Trachypithecus auratus, kucing hutan Felis bengalensis, bajing terbang, landak Hystrix brachyura, dan trenggiling Manis javanica. Beberapa spesies burung yang dijumpai di kawasan ini diantaranya adalah raja udang Alcedo sp., kutilang Pycnonotus aurigaster, kacer Chopsycus saularis, dan prenjak Prinia familiaris Baung Camp 2008; Anonim 2011; BKSDA 1998.

3.4. Kondisi Sosial Ekonomi Sekitar Kawasan

Kondisi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan TWA Gunung Baung sedikit banyak akan berpengaruh terhadap keberadaan dan keberlangsungan proses di dalam kawasan. Terdapat empat wilayah desa yang bersinggungan secara langsung dengan kawasan, yaitu Desa Kertosasri sebelah Utara, Desa Cowek sebelah Selatan, Desa Purwodadi sebelah Barat, dan Desa Lebakrejo sebelah Timur. Desa Lebakrejo adalah desa dengan jumlah penduduk terbanyak 5.575 jiwa dan yang paling sedikit adalah Desa Kertosari 4.202 jiwa Gambar 4. Jika