Komposisi dan Struktur Vegetasi TWA Gunung Baung

Beberapa literatur hasil penelitian telah mengungkapkan sebagian kondisi vegetasi di TWA Gunung Baung Yuliani et al. 2006, 2006a; Pa’i dan Yulistiarini 2006; Catur 2008 . Spesies flora yang cukup banyak dijumpai di kawasan ini antara lain beringin Ficus benjamina, kepuh Sterculia foetida, bendo Artocarpus elastica dan gondang Ficus variegata, serta berbagai spesies bambu dari berbagai spesies Bambussa blumeana, B. vulgaris, Schizostachyum zollingeri, S. iraten, Dendrocalmus asper dan Giganthocloa apus. Keberadan bambu cukup banyak dijumpai di dalam kawasan, terutama spesies B. blumeana. Setidaknya terdapat empat marga bambu tumbuh di kawasan Taman Wisata Gunung Baung, yaitu: Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum. Kawasan TWA Gunung Baung memang merupakan habitat alami bagi beberapa spesies bambu. Tingkat keanekaragaman spesies di suatu kawasan dapat didekati dengan menggunakan perhitungan nilai indeks keanekaragaman spesies heterogenitas Shannon-Wiener H’ Ludwig dan Reynolds 1988; Krebs 1989. Nilainya ditetapkan berdasarkan struktur kerapatan atau kelimpahan individu dari setiap spesies yang teramati. Rosalia 2008 menggunakan kriteria nilai indeks ini menurut Tim Studi IPB 1997. Kriteria nilainya adalah: kelimpahan spesies tinggi bila nilainya ≥ 3, sedang jika nilainya 2 – 3, dan rendah jika nilainya ≤ 2. Hasil penghitungan nilai Indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener pada setiap stratahabitus pertumbuhan vegetasi di TWA Gunung Baung, Jawa Timur Semai dan tumbuhan bawah pancang tiang pohon bambu Indeks Shanon- Wiener H 3,52 2,81 3,35 3,79 0,98 Jml spesies 164 103 68 101 6 Kriteria tinggi sedang tinggi tinggi rendah Nilai Indeks Shannon-Wiener H’ mengindikasikan bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan di TWA Gunung Baung termasuk tinggi.

5.2. Spesies Syzygium Di TWA Gunung Baung

Dari penelitian ini diketahui terdapat enam spesies Syzygium tumbuh di lokasi penelitian. Keenam spesies tersebut adalah Syzygium cumini, S. littorale, S. polyanthum, S. pycnanthum, S. racemosum, dan S. samarangense. S. pycnanthum merupakan spesies yang paling banyak dijumpai, sedangkan S. samarangense paling sedikit ditemui. Pertelaan karakter morfologis untuk setiap jenis adalah sebagai berikut:

5.2.1. Syzygium cumini L. Skeels.

Habitus S. cumini berupa pohon berbatang pendek dengan tinggi dapat mencapai 20 meter dan tidak berbanir. Percabangan berwarna abu-abu atau coklat kekuningan. Daun tunggal tersusun berhadapan, berbentuk bulat telur hingga oval, berwarna hijau-hijau tua, tepi daun rata. Ukuran daun sekitar 7-15 cm x 5-9 cm dan memiliki tangkai daun sepanjang 1-3,5 cm. Bunga berukuran kecil diameter 4-7 mm yang tersusun dalam satu perbungaan. Perhiasan bunga berwarna putih hingga kekuningan, bunga tersusun dalam perbungaan yang muncul di ketiak daun pada bagian ujung ranting dan percabangan. Buah buni berbiji satu, berbentuk lonjong, saat masak berwarna merah tua keunguan,dengan rasa manis- kelat hingga manis Gambar 9. Musim berbunga dan berbuah terjadi pada bulan April-Oktober. Sinonim untuk spesies ini adalah S. jambolanum Miq., Eugenia cumini L. Druce, dan Eugenia jambolana Lamk. Dalimartha 2003. Syzygium cumini adalah spesies asli dari India, Burma, Ceylon dan Pulau Andaman yang telah ternaturalisasi di kawasan Malesia termasuk di Jawa. Keberadaan spesies ini di banyak wilayah di Asia Selatan sangat berkaitan dengan budaya dan agama Hindu yang berkembang di sana, sehingga banyak ditanam di sekitar candi dan bangunan ibadah lainnya Morton 1963. Keberadaannya di Indonesia kemungkinan juga berkaitan dengan penyebaran agama Hindu di Jawa yang dilakukan oleh para pendatang dari wilayah India. Menurut Backer dan van den Brink 1963, di Jawa spesies ini tumbuh pada ketinggian di bawah 500 mdpl di hutan jati, dan banyak ditanam untuk dimanfaatkan buahnya. Di samping berguna sebagai buah segar, bahan jus, bahan pembuatan minuman berfermentasi serta obat, spesies ini juga memiliki fungsi dan kegunaan ekologis. Beberapa jenis satwa, seperti burung, mamalia berkaki empat, kelelawar serta kalong, memanfaatkan buahnya sebagai sumber pakan mereka Maiden 1889 dalam Morton 1963. Bunga S. cumini mengandung banyak nektar yang dimanfaatkan oleh lebah sebagai sumber pakannya Ordetx Ros 1952 dalam Morton 1963. Dalam kawasan spesies ini dijumpai tumbuh pada tempat yang terbuka, tidak terdapat bambu di lokasi dengan topografi yang relatif datar. Sebanyak 6 individu tercatat dalam petak pengamatan yang terdiri atas 1 individu tingkat tiang dan 5 individu tingkat pohon. Gambar 9 Bunga a, buah b, dan perawakan pohon Syzygium cumini c

5.2.2. Syzygium littorale Blume Amshoff

Perawakan S. littorale berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 10-20 meter. Daun tunggal tersusun berhadapan berbentuk lanset-oblong dengan ujung meruncing. Ukuran panjang daun tiga kali dari ukuran lebarnya. Perbungaan terminal atau muncul pada bagian ranting di bekas tangkai daun yang gugur. Beberapa kuntum bunga tersusun dalam satu perbungaan. Perhiasan bunga berwarna putih dengan ukuran sekitar 1,5 – 2 cm Gambar 10. Buah berbentuk bulat campanulate berbentuk seperti lonceng berwarna hijau kekuningan dengan ukuran diameter sekitar 2,5- 3,5 cm. Nama sinonimnya adalah Eugenia subglauca K.V., Jambosa litoralis Bl. a b c Backer dan van den Brink 1963 menyatakan bahwa spesies ini adalah spesies asli di Jawa. Tempat tumbuhnya di hutan-hutan, terutama di sepanjang tepi sungai. Dalam kawasan TWA Gunung Baung dijumpai tumbuh pada tempat tempat yang tidak dijumpai bambu, daerah bersemak dengan pohon-pohon yang tidak terlalu rapat. Sebanyak 18 individu tercatat dalam petak pengamatan, terdiri atas 8 individu tiang dan 10 individu pohon. Gambar 10 Bunga a, kuncup bunga dan daun b, dan perawakan pohon Syzygium littorale c

5.2.3. Syzygium polyanthum Wight. Walp.

Habitus S. Polyanthum berupa pohon dengan batang yang jelas, bentuk tajuk yang rapat, dan tinggi dapat mencapai 25 meter. Kulit batang beralur kasar berwarna coklat gelap. Daun tunggal tersusun berhadapan berbentuk elip-bulat ataupun obovate bulat telur terbalik dengan ujung meruncing. Ukuran daun sekitar 5-15 x 3,5-6,5 cm dengan panjang tangkai daun antara 5-12 mm. Perbungaan rapat di ujung atau ketiak ranting. Bunga tersusun rapat berwarna putih kemerahan berbau harum. Buahnya manis berbentuk bulat dengan diameter 8-9 mm berwarna merah hingga merah tua Gambar 11. Sinonim untuk spesies ini adalah Eugenia polyantha Wight. Habitat alaminya adalah kawasan hutan a b c pada ketinggian 5 – 1.000 m dpl. Spesies ini sering ditanam di pekarangan untuk dimanfaatkan daun dan buahnya Backer dan van den Brink 1963. Dijumpai sebanyak 7 individu yang tercatat dalam petak pengamatan yang terdiri atas: 3 individu tingkat semai, 1 individu tingkat pancang dan 3 individu tingkat tiang. Tumbuh di tempat-tempat yang tidak didominasi bambu, belukar dengan pohon-pohon tidak terlalu rapat, pada daerah lereng bukit. Gambar 11 Bunga a, daun b, dan perawakan pohon Syzygium polyanthum c

5.2.4. Syzygium pycnanthum Merr. L.M. Perry

Habitus S. pycnanthum berupa pohon kecil, tinggi hingga 15 m, diameter batang dapat mencapai 30 cm dan tidak berbanir. Daun tunggal tersusun berhadapan, berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau pucat pada permukaan bawahnya. Bentuk daun ovate-oblong-lanceolate bulat telur- memanjang-lanset, tepi daun rata, ujung daun acute-acuminate runcing- meruncing. Ukuran daun antara 12,5-37 cm x 3-10 cm, memiliki intramarginal vein dengan jarak 8-10 mm dari tepi daun. Perbungaan muncul di ujung ranting. Bunga tersusun rapat dengan tangkai bunga pendek 3-4 mm, mahkota bunga berwarna putih-keunguan, kelopak bunga berwarna putih-kehijauan-ungu, a b c