Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian PENELITIAN Metode penelitian: Studi pendahuluan survey lokasi, studi spesimen dan koleksi Pengumpulan data: Eksplorasi Keanekaragaman spesies Analisis vegetasi Kondisi vegetasi dan populasi Syzygium Data lingkungan  biotik dan abiotik Hasil: 1. Spesies Syzygium di TWA Gunung Baung 2. Struktur populasi Syzygium 3. Pola sebaran Syzygium Variabel yang diamati: 1. Jumlah spesies Syzygium 2. Jumlah individu Syzygium dbh, tinggi total, tinggi bebas cabang 3. Penyebarannya dalam kawasan 4. Strata pertumbuhannya jumlah anakan, pancang, tiang, pohon 5. Faktor ekologi ANALISIS DATA Analisis data identifikasi spesies, komposisi dan struktur vegetasi, pola sebaran, perbandingan struktur populasi antar spesies Asumsi: Terdapat spesies Syzygium di TWA Gunung Baung yang tumbuh alami Hipotesis: 1. Terdapat beberapa spesies Syzygium yang tumbuh di dalam kawasan TWA Gunung Baung 2. Struktur populasi yang beragam antar spesies 3. Pola sebaran spesies berkelompok Pengelolaan dan konservasi spesies tumbuhan di TWA Gunung Baung, salah satunya: Syzygium Berapa spesies Syzygium ? Bagaimana struktur populasinya? Bagaimana pola sebarannya? Sumber data: Data primer  Analisis vegetasi, data lingkungan habitat, peta kawasan Data sekunder Spesimen koleksi kebun raya dan herbarium II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Syzygium

2.1.1. Klasifikasi

Syzygium adalah salah satu marga dari suku Myrtaceae. Marga ini memiliki jumlah spesies yang sangat banyak. Tercatat sebanyak kurang lebih 1200 spesies Syzygium yang telah diketahui. Secara taksonomi, marga Syzygium juga merupakan kelompok marga yang sangat kompleks, sehingga studi taksonominya telah berlangsung cukup lama dan panjang. Berbagai penelitian taksonomi telah banyak dilakukan untuk untuk mengklasifikasikan secara sistematik kedudukan spesies dari marga ini. Pada awalnya pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada studi morfologi dengan pendekatan taksonomi dan bersifat parsial berdasarkan wilayah. Seiring berjalannya waktu, maka studi berikutnya dilakukan dengan pendekatan filogenetik Lucas et al. 2005; Craven et al. 2006; Craven dan Biffin 2010. Sistematika marga Syzygium secara sederhana Bailey 1953; Cahyono 2010 adalah sebagai berikut: Kerajaan : Tumbuhan Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotil Ordo : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Syzygium Mengingat jumlah spesiesnya yang sangat banyak, maka Craven dan Biffin 2010 mengusulkan pengelompokan marga ini menjadi beberapa sub marga. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada studi filogenetik yang diambil dari data sequence molecular analysis. Sebanyak enam sub marga Syzygium berhasil dikelompokkan, yaitu: sub marga Syzygium, Acmena, Sequestratum, Perikion, Anetholea, dan Wesa. Sebanyak 80-90 spesies termasuk ke dalam anggota sub marga Syzygium.

2.1.2. Morfologi Syzygium

Ciri-ciri umum yang dapat dikenali dari marga ini antara lain habitusnya berupa pohon ataupun semak. Susunan daun berhadapan oposite, kadang-kadang tersusun berkarang sebanyak 3 daun, atau sub oposite. Pertulangan daun menyirip pinnate. Bunga keluar dari ujung ranting terminal, ketiak daun axilaris, atau pada ketiak daun yang telah gugur, jarang sekali muncul di batang. Perbungaan berbentuk cymes atau panicles. Kelopak bunga sering kali berbentuk turbinate, campanulate, atau obconical terdiri atas 4-5 helai, berkembang ataupun tidak dan biasanya tersisa pada bagian ujung buah. Mahkota bunga tersusun sebanyak 4-5 helai, jarang sekali yang lebih, patent atau coherent dalam small hood, dan umumnya akan luruh. Benang sarinya banyak tersusun dalam satu lingkaran di dasar bunga, tangkai sari filiform, kepala sari dorsifixed. Sel telur berada di bagian bawah dasar bunga inferior, terdiri atas 2-4 ruang dengan jumlah yang banyak dalam tiap ruang. Buahnya berbentuk buah berry, mengandung 1 sampai beberapa biji dalam tiap buah Backer dan van den Brink 1963. 2.1.3. Ekologi dan Penyebaran Syzygium Syzygium banyak tersebar di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Cina Selatan, Malesia dan New Caledonia. Beberapa spesies juga tersebar di Afrika, Malagasy dan wilayah barat daya Kepulauan Pasifik, Hawai dan New Zealand. Syzygium umumnya tumbuh di hutan hujan, namun tumbuh pula pada hampir semua tipe vegetasi, seperti hutan pantai, hutan rawa, hutan munson, hutan bambu, rawa gambut, dataran rendah, hutan kerangas, savana, hutan pegunungan hingga vegetasi semak di wilayah sub alpin Parnell et al. 2007. Beberapa spesies mampu tumbuh di kondisi habitat yang ekstrim seperti tanah kapur dan ultramafik Partomihardjo dan Ismail 2008; Mustain 2009. Di Wilayah Asia spesies dari marga ini tersebar pada beberapa wilayah sebagai berikut: 70 spesies di kawasan Indo-China, 80 spesies di Thailand, 190 spesies di Semenanjung Malaya, 50 spesies di Jawa, 165 spesies di Borneo, 180 spesies di Filipina, dan 140 spesies di New Guinea. Filipina dan New Guinea serta Semenanjung Malaya dan Borneo adalah dua wilayah utama pusat penyebaran dan endemisitas kelompok marga ini Haron et al. 1995. Wilayah Indonesia sebagai bagian dari Kawasan Malesia merupakan salah satu pusat distribusi marga Syzygium keluarga jambu-jambuan. Khusus untuk di Jawa, tercatat sebanyak 50 spesies Syzygium tersebar pada berbagai tipe habitat Backer dan van den Brink 1963.

2.2. Pemanfaatan Syzygium

Spesies dari marga Syzygium mempunyai beberapa potensi pemanfaatan, seperti sebagai tanaman hias, buah, tanaman obat atau kayu-kayuan. Beberapa spesies memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, seperti cengkeh S. aromaticum, salam S. polyanthum, jambu air S. samarangense, jambu darsono S. malaccense, juwet S. cumini, jambu mawar S. jambos dan spesies lainnya Coronel 1992; Panggabean 1992; van Lingen 1992; Haron et al. 1995; Sardjono 1999; Verheij dan Snijders 1999. S. cumini yang dikenal dengan nama lokal juwet, jamblang, duwet, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Java plum, adalah salah satu anggota marga ini yang memiliki potensi sebagai bahan baku obat diabetes melitus dan berpotensi sebagai anti bakteria Nascimento et al. 2000; Kumar et al. 2009. Beberapa spesies Syzygium yang dijumpai tumbuh di bantaran sungai, seperti: S. aqueum, S. aromaticum, S. malaccense, S. polycephalum, dan S. pycnanthum memiliki peran ekologis bagi ekosistem di sepanjang bantaran aliran sungai, terutama sebagai penahan erosi tebing sungai Waryono 2001; Riswan et al. 2004. Bahkan keberadannya dapat menjadi habitat dan sumber pakan bagi berbagai satwa liar Alikodra 1997.

2.3. Status dan Kepentingan Konservasi Syzygium

Hingga September 2011, International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources IUCN telah menilai dan mendaftar sebanyak 48 spesies Syzygium ke dalam Redlist of species Daftar lengkap disajikan dalam Lampiran 16. Dari jumlah tersebut terdapat dua spesies yang berasal dari Indonesia Jawa, yaitu: S. ampliflorum dan S. dischoporum. S. ampliflorum adalah spesies Syzygium yang secara alami tumbuh di kawasan Gunung Galunggung, Jawa Barat pada ketinggian 1.300-1.400 m dpl. S. dischoporum tumbuh secara alami di kawasan Gunung Wilis pada ketinggian 1.300-1.500 m dpl Backer dan van den Brink 1963; Whitten at al. 1999.