Saluran Pemasaran 1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah

58 Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan dari Desa Cigedug mencapai 5.279 kilogram tiap minggunya. Berdasarkan kelima saluran pemasaran tersebut, terlihat bahwa 100 persen cabai rawit merah dipasarkan melalui pedagang pengumpul desa. Dari 30 orang responden, 22 orang petani responden pada saluran I menjual hasil panennya sebesar 85,05 persen atau sebanyak 4.490 kilogram kepada 5 orang pedagang pengumpul desa kemudian cabai rawit merah ini dijual ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Pada saluran II dan saluran III, sebanyak 3 orang petani responden menjual hasil panennya sebesar 4,45 persen atau sebanyak 235 kilogram kepada 2 orang pedagang pengumpul desa dan selanjutnya cabai rawit merah ini dijual ke pedagang besar yang ada di Pasar Induk Cikajang, Garut. Pada saluran IV dan saluran V, terdapat 5 orang petani responden menjual hasil panennya kepada 2 orang pedagang pengumpul desa sebesar 10,49 persen atau sebanyak 554 kilogram. Tujuan pemasaran cabai rawit merah pada saluran ini adalah Pasar Induk Caringin, Bandung.

6.1.1 Saluran Pemasaran 1

Pada pola saluran pemasaran I merupakan pola saluran yang paling banyak digunakan oleh petani dan pedagang pengumpul desa. Petani menjual langsung kepada pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa menjualnya kepada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, kemudian ke pedagang pengecer yang ada di Pasar Kramat Jati yang berhadapan langsung dengan konsumen akhir. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai rawit merah yang telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Penyerahan cabai rawit merah ini dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1 kilogram ini diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk pengemasan cabai rawit merah oleh petani dan diperhitungkan sebagai biaya penyusutan yang ditanggung oleh pihak petani cabai rawit merah yang mengalami pembusukan. Harga yang diterima petani adalah Rp 5.000,00 per kilogram. 59 Cabai rawit merah yang telah disortir ini kemudian dikemas dengan menggunakan karung dan langsung didistribusikan ke pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Pengangkutan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan mobil truk. Biaya sewa truk ditanggung oleh pedagang pengumpul desa. Pengangkutan cabai rawit merah dilakukan bersamaan dengan sayuran lain seperti kol, tomat, wortel dan kentang. Harga yang terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yaitu Rp 8.500,00 per kilogram. Harga ini digunakan sebagai patokan para pedagang besar di pasar lain dan pedagang pengumpul desa dalam menetapkan harga beli kepada para petani. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah dari pedagang pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati berkisar 3.000-5.000 kilogram per minggu. Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan oleh pedagang pengumpul desa pada pola saluran ini sebanyak 4.490 kilogram, kemudian didistribusikan ke pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar pada saluran I melakukan aktivitas pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai rawit merah saja, namun juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar, dan cabai merah keriting. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati juga melakukan kegiatan penyortiran cabai rawit merah yang telah mereka beli dari pedagang pengumpul desa sebelum menjualnya kepada pihak pedagang pengecer dan pedagang besar luar Jawa. Setelah disortir, cabai rawit merah ini langsung didistribusikan ke pedagang besar luar Jawa sebanyak 3.000-5.000 kilogram, sedangkan sisanya akan dijual ke pedagang pengecer. Cabai rawit merah yang disalurkan ke luar Jawa merupakan luar lingkup dari penelitian ini. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memberikan batas minimal pembelian sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Volume rata- rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10 kilogram. Harga yang terjadi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer yaitu Rp 10.500,00 per kilogram dan selanjutnya cabai rawit merah ini akan dipasarkan langsung ke konsumen akhir di Jakarta dengan harga sebesar Rp 20.000,00 per kilogram. 60

6.1.2 Saluran Pemasaran 2

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28