Analisis Marjin Pemasaran METODE PENELITIAN

78 keluarga sehingga mereka sudah saling percaya satu sama lain dan penipuan seperti pemalsuan nota dapat dihindari. Selain itu, kerjasama juga terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar, dan antara pedagang besar dengan pedagang pengecer dalam transaksi jual beli cabai rawit merah. Kerjasama yang terjalin antara pedagang besar dan pedagang pengumpul desa serta pedagang besar dengan pedagang pengecer atas dasar lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan rasa saling percaya sehingga tercipta hubungan langganan diantara mereka. Kerjasama antara lembaga pemasaran ini bertujuan agar kontinuitas cabai rawit merah tetap terpenuhi dan dapat meringankan biaya dalam proses pencarian pasar.

6.5 Analisis Marjin Pemasaran

Analisis marjin dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dengan harga beli pada setiap lembaga pemasaran cabai rawit merah. Marjin pemasaran dihitung dengan melihat besarnya biaya pemasaran cabai rawit merah dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai rawit merah hingga ke konsumen akhir. Jenis biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran berbeda-beda meliputi biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi, dan penyusutan, dan sewa lapak. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli dikurangi dengan biaya pemasaran oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Pada Tabel 15 mendapatkan bahwa harga jual petani untuk komoditas cabai rawit merah berbeda untuk setiap saluran pemasaran. Hal tersebut terjadi karena informasi dan kesepakatan harga yang didapat antar petani berbeda dari pedagang pengumpul desa. Selain itu harga jual cabai rawit merah di tingkat pedagang besar berbeda-beda. Perbedaan harga ini dikarenakan setiap saluran pemasaran memiliki daerah pemasaran yang berbeda-beda serta pembentukan harga terjadi langsung di pasar induk sehingga harga jual lembaga pemasaran berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. 79 Tabel 15. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. Uraian Rpkilogram Saluran Pemasaran I II III IV V Petani a. Harga jual 5000,00 4500,00 4500 4700,00 4700,00 b. Biaya Pemasaran 1391,40 1373,10 1373,10 1405,50 1405,50 PPD a. Harga Beli 5000,00 4500,00 4500,00 4700,00 4700,00 b. Biaya Pemasaran 619,10 763,15 763,15 616,76 616,76 c. Keuntungan 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2183,23 d. Harga Jual 8500,00 7000,00 7000,00 7500,00 7500,00 e. Marjin 3500,00 2500,00 2500,00 2800,00 2800,00 PB di Pasar Induk Cikajang a. Harga Beli - 7000,00 7000,00 - - b. Biaya Pemasaran - 617,30 622,30 - - a. Keuntungan - 2382,70 1377,70 - - d. Harga Jual - 10000,00 9000,00 - - e. Marjin - 3000,00 2000,00 - - PB di Pasar Induk Caringin a. Harga Beli - - - 7500,00 7500,00 b. Biaya Pemasaran - - - 699,80 703,30 c. Keuntungan - - - 1800,20 796,70 d. Harga Jual - - - 10000,00 9000,00 e. Marjin - - - 2500,00 1500,00 PB di PIKJ a. Harga Beli 8500,00 - 9000,00 - 9000,00 b. Biaya Pemasaran 770,65 - 770,65 - 770,65 c. Keuntungan 1229,35 - 729,35 - 729,35 d. Harga Jual 10500,00 - 10500,00 - 10500,00 e. Marjin 2000,00 - 1500,00 - 1500,00 Pedagang Pengecer a. Harga Beli 10500,00 - 10500,00 10000,00 10500,00 b. Biaya Pemasaran 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50 c. Keuntungan 7320,50 - 7320,50 6188,00 8820,50 d. Harga Jual 20000,00 - 20000,00 18000,00 20000,00 80 e. Marjin 9500,00 - 9500,00 8000,00 9500,00 Total Biaya Pemasaran 3569,25 1380,45 4335,60 3128,60 4270,25 Total Keuntungan 11430,75 4119,55 11164,40 10171,40 11029,75 Total Marjin 15000,00 5500,00 15500,00 13300,00 15300,00 Sumber : Data Primer 2012 diolah Berdasarkan total marjin yang diperoleh pedagang perantara, marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran III sebesar 77,50 persen dari harga jual pedagang pengecer. Besarnya marjin ini dikarenakan saluran III melibatkan dua pedagang besar yang saling melakukan transaksi penjualan cabai rawit merah, cabai rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Induk Cikajang dan Pasar Caringin akan didistibusikan ke pasar Induk Kramat Jati Jakarta, sehingga saluran pemasaran III merupakan salah satu saluran pemasaran terpanjang. Kemudian diikuti oleh saluran V yaitu sebesar 76,50 persen dimana kondisi pada saluran ini hampir sama dengan saluran III yaitu terjadi transaksi antara dua pedagang besar di Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati. Adapun saluran I yang memiliki marjin sebesar 75,00 persen. Hal ini tidak berbeda jauh dengan marjin yang diperoleh pada penelitian sebelumnya Muslikh 1999 dengan tujuan pemasaran yang sama yaitu wilayah Jakarta sebesar 65,39 persen. Saluran I merupakan saluran yang pendistribusian cabai rawit merah paling banyak karena Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar acuan dari seluruh pasar induk yang ada di Jawa Barat dimana jika ada permintaan dari luar di luar Pulau Jawa maka Pasar Induk Kramat Jati ini akan siap mengirim cabai rawit merah sesuai permintaan. Adapun saluran IV memiliki marjin pemasaran sebesar 73,89 persen. Sedangkan untuk saluran II dengan marjin pemasaran sebesar 55,00 persen yang merupakan marjin pemasaran terkecil. Hal ini karena saluran II melibatkan sedikit lembaga pemasaran dalam mendistribusikan cabai rawit merah hingga ke konsumen akhir dan daerah tujuan pemasaran cabai rawit merah dari pola saluran pemasaran ini tidak jauh dari lokasi penanaman cabai rawit merah sehingga pedagang tidak menjual dengan harga yang tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan panjang pendeknya saluran rantai pemasaran adalah penentu dari besar kecilnya marjin yang 81 dihasilkan. Besar marjin yang dihasilkan untuk tiap saluran pemasaran juga ditentukan dari jarak lokasi pemasaran. Adapun total biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran III yaitu sebesar Rp 4.335,60 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada saluran ini, pendistribusian cabai rawit merah melibatkan banyak lembaga pemasaran sehingga masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang membutuhkan biaya. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 50,27 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Saluran pemasaran lain yang juga melibatkan banyak lembaga pemasaran adalah saluran V, besarnya biaya pemasaran pada saluran ini adalah Rp 4.270,25 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 51,04 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran III dan V adalah perbedaan biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengumpul desa dan pedagang besar dimasing-masing saluran. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah pemasaran cabai rawit merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja, biaya retribusi, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, biaya sortasi, dan biaya sewa lapak yang berbeda-beda. Total biaya pemasaran pada saluran I sebesar Rp 3.569,25 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 61,06 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Total biaya pemasaran pada saluran IV sebesar Rp 3.128,60 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Bandung sebesar 57,92 persen, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.000,00 per kilogram. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran I dan IV dikarenakan masing – masing daerah pemasaran cabai rawit merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya sortasi, biaya restribusi, dan biaya sewa lapak pasar yang berbeda –beda. 82 Sedangkan biaya pemasaran terkecil terdapat pada saluran II yaitu sebesar Rp1.380,45 per kilogram karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dan merupakan rantai pemasaran terpendek. Biaya terbesar berasal dari tingkat pedagang pengumpul desa yaitu 55,28 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 378,60 per kilogram. Berdasarkan kelima saluran pemasaran yang ada, biaya pemasaran tertinggi berasal dari biaya penyusutan. Hal ini sesuai dengan sifat cabai rawit merah yang mudah rusak dan mengalami pembusukan perishable. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran I sebesar Rp 11.430,80 per kilogram. Keuntungan pemasaran ini terjadi karena pada saluran ini terjadi keuntungan yang besar pada proses pengambilan keuntungan yang dilakukan pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati dan pedagang pengecer yang mendistribusikan cabai rawit merah ke konsumen masing-masing sebesar Rp 2.880,90 per kilogram, Rp 1.229,35 per kilogram dan 7320,50 per kilogram. Kemudian disusul oleh saluran pemasaran III dan V yaitu masing-masing sebesar Rp 11.164,40 per kilogram dan Rp 11.029,80 per kilogram, hal ini disebabkan karena kedua saluran ini merupakan saluran yang banyak melibatkan lembaga pemasaran, namun keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran pada kedua saluran ini lebih kecil dibandingkan saluran I. Keuntungan pemasaran pada saluran IV yaitu sebesar Rp 10.171,40 per kilogram, dengan keuntungan terbesar diambil oleh pedagang pengecer sebesar Rp 6.188,00 per kilogram. Sedangkan keuntungan terkecil terdapat pada saluran pemasaran II sebesar Rp 4.119,55 per kilogram. Hal ini dikarenakan saluran ini memiliki jarak distribusi yang dekat dari Desa Cigedug.

6.6 Analisis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28