Fluktuasi Harga Komoditas Sayuran

11 Cabai rawit memiliki beberapa varietas, salah satunya yaitu cakra putih. Cakra putih merupakan varietas cabai rawit merah yang berwarna putih kekuningan saat muda dan akan berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan tanaman varietas ini sangat kuat dan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Optimal hasil panen varietas ini mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya dengan rata- rata 300 buah per tanaman. Cakra putih dapat dipanen pada umur 85-90 hari setelah tanam. Keunggulan dari varietas ini yaitu tahan terhadap serangan penyakit antraknose Rukmana 2002.

2.2 Fluktuasi Harga Komoditas Sayuran

Fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu isu sentral yang sering muncul dalam pemasaran komoditas hortikultura. Harga yang sangat berfluktuatif secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, baik dalam perhitungan rugi laba maupun manajemen risiko. Harga yang demikian seringkali hanya menguntungkan para spekulan yang umumya para pedagang tertentu yang mampu mengelola pasokan secara baik dan benar. Menurut Irawan 2007, fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dan permintaan yang dibutuhkan konsumen. Jika pasokan berlebih maka harga komoditas akan turun, sebaliknya jika terjadi kekurangan pasokan. Dalam proses pembentukan harga, perilaku petani dan pedagang menjadi penting karena mereka dapat mengatur volume penjualan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya fluktuasi harga yang relatif tinggi pada komoditas sayuran terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh: 1. Adanya konsentrasi produksi sayuran pada daerah-daerah tertentu, misalnya 82 persen produksi cabai dihasilkan di 7 provinsi. Kondisi ini menjadi tidak kondusif bagi stabilitas harga karena jika terjadi anomali produksi misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi akibat pengaruh iklim di salah satu daerah sentra produksi maka akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasar secara keseluruhan. 12 2. Konsentrasi produksi secara regional diperparah pula oleh pola produksi yang tidak sinkron antar daerah produsen sehingga total produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu. Konsentrasi produksi secara temporer tersebut misalnya dapat dilihat pada pola produksi cabai merah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan sentra cabai merah. Di ketiga provinsi tersebut sekitar 60-65 persen produksi cabai merah hanya dihasilkan pada bulan Juni hingga Agustus sehingga pada bulan-bulan tersebut harga cabai merah cenderung mengalami penurunan tajam. 3. Umumnya permintaan komoditas sayuran sangat sensitif terhadap perubahan kesegaran produk yang mana sifat komoditas sayuran umumnya relatif cepat busuk sehingga petani dan pedagang tidak mampu menahan penjualannya terlalu lama. Akibatnya adalah pengaturan volume pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen tidak mudah dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera menjual hasil panennya agar sayuran yang dipasarkan masih dalam keadaan segar. 4. Dibutuhkan sarana penyimpanan yang mampu mempertahankan kesegaran produk secara efisien sehingga pengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat dilakukan. Namun ketersediaan sarana penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan investasi yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana yang dapat diterapkan oleh petani sangat terbatas.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28