Karakteristik Responden Petani METODE PENELITIAN

51 rawit merah akan dapat dilakukan pertama kalinya pada usia 5-7 bulan setelah masa tanam dan panen dapat dilakukan selama 48-72 kali. Namun pada umumnya masa panen cabai rawit merah di Desa Cigedug hanya dilakukan sebanyak 48 kali atau selama 1 tahun lamanya. Masa panen cabai rawit merah lebih lama dari jenis cabai lainnya. Produksi cabai rawit merah setiap panen hasilnya tidak selalu sama. Pada awal hingga panen ke-5 , hasil yang diperoleh belum optimal yaitu rata-rata mencapai 305 kilogram setiap panennya untuk 10.000 m 2. . Pada panen ke-8 akan menunjukkan kenaikan produksi hingga ke panen ke-12 yang akan mencapai produksi optimal sebanyak 1.543 kilogram kemudian akan menunjukkan kestabilan jumlah produksi hingga panen ke-20 yaitu rata-rata mencapai 996 kilogram setiap panennya untuk 10.000 m 2 dan akan menurun dengan lambat sampai habis masa produksinya hingga hanya mencapai 10 kilogram. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari dan tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja wanita yang diupah Rp 12.000,00 per orang. Penyortiran dilakukan saat panen berlangsung dimana para pekerja hanya memetik cabai rawit merah yang berwarna orange dan merah serta tidak terjangkit penyakit busuk buah. Cabai rawit merah kemudian siap dikemas menggunakan karung bekas pupuk dimana satu karung berisi 50 kilogram cabai rawit merah. Setiap pemanenan membutuhkan tenaga kerja dengan maksimum kekuatan setiap tenaga kerja dalam sehari adalah 10 hingga 15 kg. Gambar 10. Kegiatan Pemanenan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah

5.4 Karakteristik Responden Petani

Responden petani dalam penelitian ini adalah petani cabai rawit merah yang berada di wilayah Desa Cigedug yaitu sebanyak 30 orang. Cara bercocok 52 tanam yang digunakan oleh petani responden adalah dengan menggunakan sistem tumpang sari. Tanaman cabai rawit merah sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman utama yaitu kentang, tomat, kol, dan pecay. Cabai rawit merah memiliki masa panen dan umur tanaman yang cukup lama yaitu masa panen selama 6,7 atau 8 bulan dan umur tanaman selama 1,5 tahun. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, dan kepemilikan lahan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur petani responden di Desa Cigedug berkisar antara 31- 80 tahun. Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi terdapat pada usia 31 – 40 tahun sebanyak 10 petani atau sebesar 33.33 persen. Kelompok usia ini termasuk ke dalam usia produktif atau usia kerja. Di desa ini juga terdapat petani dengan kelompok usia ≥ 61 atau sebesar 26,67 persen. Hal ini menggambarkan bahwa petani yang berusia relatif tua ≤ 61 tahun juga masih mampu untuk mengelola lahan untuk kebutuhan hidup. Berikut karakteristik responden petani berdasarkan usia pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Usia di Desa Cigedug Kelompok Umur tahun Jumlah Responden orang Persentase 31 - 40 10 33.33 41 - 50 7 23.33 51 - 60 5 16,67 ≥ 61 8 26,67 Total 30 100 Sumber : Data Primer 2012 diolah Petani responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi karena ada beberapa petani yang sudah menyelesaikan pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Persentase pendidikan petani responden tertinggi adalah sekolah dasar sebesar ada umumnya memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar sebesar 43,33 persen, sedangkan persentase terendah adalah tingkat perguruan tinggi yaitu 6,67 persen Tabel 8. 53 Tabel 8 . Tingkat Pendidikan Petani Responden Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase SD 13 43,33 SMP 9 30 SMA 6 20 S1 2 6,67 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer 2012 diolah Rata-rata luas lahan yang digarap petani responden sebesar 5.140 m 2 0,514 hektar dengan luas lahan terkecil adalah 1.000 m 2 0,1 hektar dan luas terbesar adalah 40.000 m 2 4 hektar. Data luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 5. Status kepemilikan lahan petani responden sebagian besar merupakan milik sendiri dengan persentase sebesar 90 persen dan 10 persen merupakan lahan sewa. Karakteristik luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Luas Lahan Garapan Cabai Rawit Merah di Tingkat Petani Respoden. Luas Lahan m 2 Jumlah orang Persentase ≤ 2.000 13 43,33 2.001 – 5.000 8 26,67 5.001 – 8.000 8.000 – 12.000 5 1 16,67 3,33 ≥ 12.000 3 10 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer 2012 diolah Kebanyakan petani responden berjenis kelamin laki-laki 93,33 persen dan hanya terdapat dua petani yang berjenis kelamin perempuan 6,67 persen. Petani merupakan pekerjaan utama penduduk Desa Cigedug dan hampir semua kepala keluarga melakukan kegiatan pertanian sedangkan istri membantu suami 54 untuk melakukan pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan pertanian juga dilakukan bersama anggota keluarga lainnya. Para petani yang menjadi responden dalam penelitian ini mengelola kegiatan usaha budidaya dan pemasaran secara individu. Berdasarkan karakteristik petani di Desa Cigedug dilihat dari usia kebanyakan berada pada rentang 31 – 40 tahun, dengan latar belakang belakang pendidikan SD serta luas lahan kepemilikan ≤ 2.000 m 2 . Namun tidak ada perbedaan pada kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh petani cabai rawit merah di Desa Cigedug karena semua hasil panen cabai rawit merah dijual ke para pedagang pengumpul desa. Petani responden, tidak melakukan penjualan langsung ke pasar, dikarenakan jarak antara lokasi produksi dengan pasar tujuan cukup jauh, sehingga memerlukan biaya transportasi yang besar.

5.5 Karakteristik Responden Pedagang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28