Praktek Penjualan dan Pembelian

73 Informasi harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diperoleh dari pedagang besar dan sesama pedagang pengecer di pasar yang sama sehingga informasi dapat diperoleh pedagang pengecer dengan mudah. Jumlah produk yang dipertukarkan bersifat homogen yang dikemas dengan menggunakan kantong plastik. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena skala usaha pedagang pengecer relatif kecil dan jika pedagang pengecer tidak memperoleh keuntungan maka pedagang pengecer dapat meninggalkan usaha tersebut.

6.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antara lembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku pasar antara tiap lembaga pemasaran akan diuraikan pada Tabel 13. Tabel 13. Perilaku Pasar Antara Tingkat Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah No Kegiatan Tingkat Petani - PPD PPD - PB Antar PB PB - Pengecer 1. Penjualan dan pembelian Bebas dan terikat Bebas Bebas Bebas 2. Penentuan harga Tawar- menawar, namun dominan oleh PPD Tawar- menawar, namun dominan oleh PB Kesepakatan Patokan harga oleh PB PIKJ Tawar-menawar, namun dominan oleh PB 3. Pembayaran Tunai Tunai dan Kemudian Kemudian Tunai dan Kemudian 4. Kerjasama antar lembaga pemasaran Saling kepercayaan Saling kepercayaan langganan Saling kepercayaan langganan Saling kepercayaan langganan Sumber : Data Primer 2012

6.4.1 Praktek Penjualan dan Pembelian

Praktek penjualan dan pembelian cabai rawit merah melibatkan beberapa lembaga, terkecuali petani yang hanya melakukan praktek penjualan dan konsumen yang hanya melakukan praktik pembelian. 74 Tabel 14 . Praktek Penjualan dan Pembelian Lembaga Pemasaran Praktek Pembelian Praktek Penjualan Petani - v PPD v v Pedagang Besar v v Pedagang Pengecer v v Konsumen Akhir v - Sumber : Data Primer 2012 Petani melakukan proses penjualan dengan menjual cabai rawit merah kepada para pedagang pengumpul desa yang ada di desa Cigedug. Proses penjualan cabai rawit merah dilakukan secara bebas oleh petani dimana cabai rawit merah akan dijual kepada pedagang pengumpul desa yang menawaran harga tertinggi. Transaksi awal dilakukan melalui telepon seluler, jika kedua belah pihak telah sepakat mengenai harga maka proses penjualan akan dilaksanakan sesuai dengan tempat yang telah disepakati. Adapula petani yang pembelinya tetap seperti kepada satu pedagang pengumpul saja dikarenakan adanya hubungan kerabat keluarga yang menciptakan rasa segan menjual kepada pedagang pengumpul desa lain. Hampir seluruh petani masih menggantungkan pemasaran cabai rawit merah kepada para pedagang pengumpul karena jalur ini lebih mudah baik dalam hal pembayaran secara tunai, tidak membutuhkan biaya banyak seperti biaya transportasi dan biaya penyusutan. Petani juga tidak memiliki alternatif pemasaran lain karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh petani. Biasanya penyerahan cabai rawit merah dilakukan langsung di lahan petani atau pinggir jalan utama dan selanjutnya cabai rawit merah akan diangkut menggunakan motor pribadi atau ojeg menuju ke rumah pedagang pengumpul desa. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1 kilogram ini diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk pengemasan cabai rawit merah oleh petani, selain itu diperhitungkan sebagai biaya penyusutan yang ditanggung oleh pihak petani cabai rawit merah yang mengalami pembusukan. Cabai rawit merah kemudian langsung didistribusikan kepada pedagang besar di Pasar Induk Cikajang Garut, Pasar Induk Caringin Bandung dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang 75 pengumpul desa. Sistem penjualan ini menggunakan nota penjualan yaitu pembayaran dilakukan tidak langsung saat transaksi, tetapi saat transaksi berikutnya. Hal ini dikarenakan harga cabai rawit merah belum terbentuk. Namun, terkadang pedagang pengumpul melakukan kecurangan berupa pemalsuan nota penjualan khususnya harga. Harga yang diterima oleh pedagang pengumpul berimplikasi pada harga yang akan diterima oleh para petani. Kebanyakan pedagang besar sudah memiliki langganan namun tidak ada keterikatan antara kedua belah pihak. Praktek pembelian dan penjualan juga terjadi di antar para pedagang besar. Sifat cabai rawit merah yang mudah busuk ini membuat pedagang besar menghindari fungsi penyimpanan. Akibatnya cabai rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Cikajang dan Pasar Induk Caringin Bandung maka akan dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan mobil pick up. Penyerahan cabai rawit merah berlangsung di Pasar Induk Kramat Jati. Selanjutnya dilakukan kegiatan penjualan kepada pedagang pengecer. Kegiatan penjualan juga berlangsung di tempat pedagang besar. Praktek penjualan dilakukan pedagang pengecer dengan konsumen akhir.

6.4.2 Sistem Penentuan Harga

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28