Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran

84 farmer’s share terkecil. Hal ini dikarenakan kedua saluran ini merupakan saluran pemasaran terpanjang jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dengan tujuan akhir ke konsumen yang berada di daerah Jakarta dan kedua saluran ini merupakan saluran dengan total marjin pemasaran tertinggi. Pengambilan margin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang pengecer yaitu Rp 9.500,00 per kilogram. Untuk rincian farmer’s share yang diperoleh pada tiap saluran pemasaran lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 . Farmer’s Share di Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah.

6.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Efisiensi operasional juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan antara besarnya keuntungan dengan biaya pemasaran suatu lembaga pemasar. Indikator dikatakan efisien jika meratanya penyebaran nilai rasio keuntungan dan 25 45 22,5 26,11 23,5 Fs I Fs IIa Fs IIb Fs III Fs IV FS I FS II FS III FS IV FS V I Harga di tingkat petani Rp 4.500,00kg Harga di tingkat petani Rp 5.000,00kg Harga di tingkat petani Rp 4.500,00kg Harga di tingkat petani Rp 4.700,00kg Harga di tingkat petani Rp 4.700,00kg Harga jual di tingkat pengecer Rp 20.000,00kg Total Biaya Rp 3.569,25kg Total Keuntungan Rp 11.430,80kg Total Marjin Rp 15.000,00 Harga di tingkat PB di Pasar Induk Cikajang Rp 10.000,00kg Total Biaya kg Rp 1.380,45 Total Keuntungan Rp 4.119,55kg Total Marjin Rp 5.500,00 Harga di tingkat pengecer Rp 18.000,00kg Total Biaya Rp 3.128,60kg Total Keuntungan Rp 10.171,40kg Total Marjin Rp 13.300,00 Harga di tingkat pengecer Rp 20.000,00kg Total Biaya Rp 4.335,60kg Total Keuntungan Rp 11.164,40kg Total Marjin Rp 15.500,00 Harga di tingkat pengecer Rp 20.000,00kg Total Biaya Rp 4.270,2kg5 Total Keuntungan Rp 11.029,80kg Total Marjin Rp 15.300,00 85 biaya di setiap lembaga pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya cabai rawit merah di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 17. Pada saluran pemasaran I diperoleh nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 3,20, berbeda dengan nilai rasio keuntungan dan biaya pada penelitian yang dilakukan oleh Muslikh 1999 sebesar. Biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran pada saluran I sebesar Rp 3.569,25 per kilogram. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 2179,50 per kilogram dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang pengumpul desa yaitu sebesar Rp 619,10 per kilogram Tabel 17. Rasio Keuntungan dan Biaya Untuk Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug. Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran I II III IV V Pedagang Pengumpul Desa Ci Rpkg 619,10 763,15 763,15 616,78 619,10 Πi Rpkg 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2880,90 Rasio Πi Ci 4,65 2,28 2,28 3,54 3,54 PB di Pasar Induk Cikajang Kabupaten Garut Ci Rpkg - 617,30 622,30 - - Πi Rpkg - 2382,70 1377,70 - - Rasio Πi Ci - 3,86 2,21 - - PB di Pasar Induk Caringin Bandung Ci Rpkg - - - 699,80 703,30 Πi Rpkg - - - 1800,20 796,70 Rasio Πi Ci - - - 2,57 1,13 PB di PIKJ Jakarta Ci Rpkg 770,65 - 770,65 - 770,65 Πi Rpkg 1229,35 - 729,35 - 729,35 Rasio Πi Ci 1,59 - 0,95 - 0,95 Pedagang Pengecer Ci Rpkg 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50 Πi Rpkg 7320,50 - 7320,50 6188,00 7.320,50 Rasio Πi Ci 3,36 - 3,36 3,42 3,36 Total Ci Rpkg 3569,25 1380,45 4335,60 3128,58 4270,23 Πi Rpkg 11430,75 4119,55 11164,40 10171,43 11029,78 86 Rasio Πi Ci 3,20 2,98 2,56 3,25 2,58 Sumber : Data Primer 2012 diolah Pada saluran I, pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran yang cukup besar karena besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung, dimana dari 10 kilogram cabai rawit merah yang dibeli terdapat 1 kilogram cabai rawit merah yang busuk sehingga biaya penyusutan yang harus ditanggung sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Oleh karena itu, keuntungan yang diambil oleh pedagang pengecer juga besar yaitu Rp 7.320,50 per kilogram, sedangkan besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati adalah Rp 1.229,35 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Hal ini dikarenakan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang pengumpul desa seperti biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa lapak. Biaya penyusutan merupakan biaya pemasaran yang paling tinggi yang harus ditanggung oleh pedagang besar dan pedagang pengumpul desa. Saluran pemasaran II memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,98. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran II adalah sebesar Rp 1380,45 per kilogram yang hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang besar di Pasar Induk Cikajang, diantara kedua lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran II, pedagang pengumpul desa yang lebih banyak mengeluarkan biaya yaitu sebesar Rp 763,15 per kilogram. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul desa melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dibandingkan pedagang besar di Pasar Induk Cikajang seperti adanya biaya pengangkutan yang harus ditanggung oleh pihak pedagang pengumpul desa dimana tidak dilakukan oleh pihak pedagang besar di Pasar Induk Cikajang pada saluran ini. Sementara itu keuntungan terbesar didapat oleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang yaitu sebesar Rp 2.382,70 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 617,30 per kilogram. Sedangkan pedagang pengumpul desa mendapatkan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.736,85 per kilogram. Adapun saluran III memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,56 dengan total biaya pemasaran adalah Rp 4.335,60 per kilogram yang dilakukan 87 oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Cikajang, pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 2.179,50 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram, dimana keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar. Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.736,85 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 763,15 per kilogram. Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak pedagang besar di Pasar Induk Cikajang. Saluran pemasaran IV memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 3,25. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran IV adalah sebesar Rp 3.128,58 per kilogram yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Caringin Bandung dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1.812,00 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan. Selain itu pedagang pengecer juga harus mengeluarkan biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, dan retribusi pasar. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp 6.188,00 per kilogram, yang mana keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar. Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 2.183,23 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,78 per kilogram. Keuntungan 88 pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar Pasar Induk Caringin, yaitu sebesar Rp 110,00 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 1.800,20 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 699,80 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar di Pasar Induk Caringin ini disebabkan pedagang besar di Pasar Induk Caringin melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang pengumpul desa seperti biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa lapak. Adapun saluran pemasaran V, nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,58, total biaya pemasaran adalah Rp 4.270,23. Saluran V melibatkan pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Caringin, pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 2.179,50 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram, dimana keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar. Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 2.183,23 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,76 per kilogram. Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak pedagang besar di Pasar Induk Caringin. Efisiensi merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam suatu aktivitas pemasaran. Suatu saluran dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga pemasaran merata. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran 89 akan memberikan keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai rawit merah terbesar terdapat pada saluran IV yaitu sebesar 3,25. Artinya untuk setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 3,25 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengumpul desa pada saluran I sebesar 4,65. Hal ini dikarenakan harga jual cabai rawit merah pada saluran I lebih tinggi dibanding saluran lainnya. Adapun rasio terkecil terdapat pada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati pada saluran III dan V sebesar 0,95. Berdasarkan Tabel 18 untuk mengetahui saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa poin analisis terhadap pola pemasaran cabai rawit merah diantaranya margin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Selain itu dapat dilihat dari pola saluran pemasaran yang terbentuk, berjalannya fungsi- fungsi pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar. Tabel 18. Nilai Efisiensi Pemasaran pada masing – masing Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug. Saluran Pemasaran Harga Rpkg Total Biaya Rpkilogram Marjin Farmer’s Share Πi Ci Volume kilogram Saluran I 5.000,00 3.569,30 75,00 25,00 3,20 1.490 Saluran II 4.500,00 1.380,50 55,00 45,00 2,98 20 Saluran III 4.500,00 4.335,60 77,50 22,50 2,56 215 Saluran IV 4.700,00 3.128,60 73,89 26,11 3,25 200 Saluran V 4.700,00 4.270,30 76,50 23,50 2,58 354 Sumber : Data Primer 2012 diolah Berdasarkan Tabel 18 yang menyajikan data mengenai nilai efisiensi pemasaran pada setiap pola saluran pemasaran yang terbentuk, saluran I merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan empat saluran yang lain. Jika dilihat dari harga jual cabai rawit merah di tingkat petani, saluran I memiliki harga jual yang paling tinggi dan volume penjualan terbesar sebanyak 1.490 kilogram dengan tujuan pemasaran yaitu wilayah Jakarta Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. 90 Nilai rasio πiCi pada saluran I lebih besar dari 1 yaitu 3,20 artinya setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada saluran ini akan menghasilkan keuntungan sebesar 3,20 rupiah. Jika dilihat dari nilai marjin dan rasio keuntungan dan biaya maka saluran IV yang penyebarannya paling merata namun volume penjualan pada saluran IV berada kedua terkecil dari kelima saluran yang ada dengan tujuan pemasaran yaitu wilayah Bandung Pasar Induk Caringin Bandung. Cabai rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Induk Caringin Bandung akan dijual ke Pasar Induk Kramat Jati sehingga pengangkutan terjadi dua kali yang mempunyai risiko kerusakan cabai rawit merah yang lebih besar dan akan berdampak pada harga jual cabai rawit merah. Tingginya volume penjualan cabai rawit merah pada saluran I menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran I ini.

6.8 Analisis Keterpaduan Pasar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 39 232

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

1 6 28