Habib Najjar Bagaimana Para Perindu Surga Menghadapi Sakaratul Maut?

49 Dahsyatnya Sakaratul Maut meminta syahadah dengan jujur, Allah menyampaikan mereka ke posisi syuhada’ walaupun mati di atas kasurnya.” D. Bagaimana Para Perindu Surga Menghadapi Sakaratul Maut?

1. Habib Najjar

Dalam kisah Al-Qur’an diceritakan ketika Allah  mengutus dua rasul ke sebuah desa, penduduk desa tersebut mendustakannya maka Allah  mengutus rasul yang ketiga, dan penduduk desa tersebut juga tetap mendustakannya, bahkan mengancam para rasul dengan rajam dan siksaan yang pedih, dalam kondisi demikian datanglah seorang yang Al-Qur’an tidak menyebut namanya, dan para mufassirin mengatakan namanya Habib an-Najjar ia lari dari ujung kota yang jauh untuk membela nabi dengan mengajak kaum tersebut untuk beriman, tapi akhirnya mereka ramai-ramai membantainya, dengan menginjak-injaknya sampai ususnya terburai. Dilihat zahirnya, orang ini sangat merana, tapi semenjak awal kematian dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga, ia sangat bahagia, dan mengatakan, ‘Alangkah inginnya kaumku mengetahui kondisiku sebenarnya, dengan apa yang Allah telah mengampuni dosa-dosaku, dan aku dijadikan orang-orang yang dimuliakan.’” Hal ini disampaikan Allah  dalam surat Yasin: “Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. Yaitu ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian kami kuatkan dengan utusan yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu.’ Mereka menjawab, ‘Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu Khusnul Khatimah 50 tidak lain hanyalah pendusta belaka.’ Mereka berkata, ‘Rabb kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.’ Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas. Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti menyeru kami, niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.’ Utusan-utusan itu berkata, ‘Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan kamu bernasib malang? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.’ Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata, ‘Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.’ Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu semua akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selainnya jika Allah yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah pengakuan keimananku. Dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke surga.’ Ia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.’”

2. Bilal