Tatacara Memandikan Jenazah Memandikan Jenazah

171 Menyelenggarakan Jenazah terkena ledakan bom, atau tertimbun longsor, jenazah hanya ditemukan sebagian maka jenazah itu tetap harus dimandikan. Imam Syai’i berkata, “Kami mendapat berita bahwa pada waktu Perang Berunta, seekor burung menjatuhkan sepotong tangan manusia di Mekah. Tangan itu dapat mereka kenali dari cincin yang dikenakan—yaitu bahwa tangan itu adalah milik Abdurrahman bin ‘Itab bin Asid—ed.. Lalu tangan itu mereka mandikan dan shalatkan. Hal itu dilakukan di depan para shahabat.” Imam Ahmad berkata bahwa Abu Ayyub pernah menshalatkan sepotong kaki, sedangkan Umar menshalatkan tulang belulang. Adapun Imam Abu Hanifah dan Imam Malik berpendapat bahwa memandikan dan menshalati hanya dilakukan jika tubuh yang ditemukan itu lebih dari separuhnya.

1. Tatacara Memandikan Jenazah

a. Harus dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya, sesuai dengan hadits berikut ini, “Hendaklah yang memandikan jenazah-jenazahmu itu orang-orang yang dapat dipercaya” HR. Ibnu Maajah. Ini dimaksudkan agar ia tidak menyebarkan hal-hal jelek pada tubuh si mayat yang itu merupakan aib baginya. Para wanita boleh memandikan suaminya, berdasarkan hadits dari Aisyah, “Jika aku menghadapi suatu urusan, tidaklah aku abaikan Tidaklah orang yang memandikan Nabi  kecuali para istrinya” HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang menyatakan kesahihannya. Sebaliknya, jumhur ulama juga membolehkan seorang suami memandikan jenazah istrinya, berdasarkan sabda Rasulullah  kepada Aisyah, “Seandainya engkau meninggal sebelumku, tentulah aku mandikan dan aku kafani.” HR. Ibnu Majah Khusnul Khatimah 172 b. Yang wajib dalam memandikan jenazah adalah mengalirkan air satu kali ke seluruh tubuhnya, lebih utama diletakkan di tempat yang tinggi, lantas ditanggalkan pakaiannya dan tubuh bagian atasnya ditutupi dengan sesuatu yang dapat menutup auratnya, misalnya kain. c. Tidak boleh hadir orang lain, kecuali yang diperlukan untuk hadir, dan hendaknya ia adalah orang yang salih, jujur, dan dapat dipercaya pula. d. Diwudhukan seperti ketika hendak shalat. Dianjurkan memperbanyak siraman air wudhu pada ciri-ciri orang mukmin dengan terlihatnya bekas putih dan cemerlang. e. Memandikan 3 kali dengan air dan sabun atau dengan air bidara, dan air sebaiknya dicampur dengan kapur barus, dimulai dari bagian kanan. Jika 3 kali tidak cukup, bisa 5 kali atau 7 kali. Nabi bersabda, “Mandikanlah jenazah-jenazah itu secara ganjil: tiga, lima atau tujuh kali. Atau boleh juga lebih jika menurutmu memerlukannya.” f. Jika mayatnya wanita, sunah mengurai rambutnya, lalu dicuci dan diikat kembali dengan dilepaskan di bagian belakang. Diterima dari Ummu Athiyyah, “Wanita-wanita itu mengikat rambut putri Nabi  menjadi 3 untai. Aku tanyakan kepadanya, ‘Apakah menguraikan rambutnya lalu mengikatnya menjadi 3 untai?’ ‘Benar,’ ujarnya.” Menurut riwayat Muslim berbunyi, “Maka kami ikat rambutnya menjadi 3 untai, yaitu dua di samping dan satu di tengah.” g. Setelah dimandikan, jenazah dikeringkan dengan kain atau handuk bersih agar kafannya tidak basah, lalu ditaruh minyak wangi di atasnya. Sabda Rasul, “Jika kamu mengasapi mayat dengan wangi-wangian, maka hendaklah dengan jumlah 173 Menyelenggarakan Jenazah yang ganjil.” HR. Baihaqi, Hakim, dan Ibnu Hibban yang menyatakan keshahihannya. h. Jumhur ulama menganggap makruh memotong kuku, mencabut kumis, rambut ketiak, serta rambut kemaluan jenazah meskipun hanya satu helai. i. Jika keluar najis dari perutnya setelah mandi dan belum dikafani maka wajib mencuci tubuh yang kena najis tersebut. Dalam sebuah hadits yang diterima dari Ummu Athiyyah, “Rasulullah  masuk menemui kami ketika puterinya meninggal maka sabdanya, ‘Mandikanlah ia tiga atau lima kali, atau jika kalian anggap perlu, lebih banyak lagi dengan air dan bidara dan terakhir campurlah dengan kapur barus. Jika telah selesai, beritahukanlah kepadaku.’ Setelah selesai, kami sampaikan kepada Nabi, maka beliau menyerahkan kepada kami kain sarungnya dan bersabda, ‘Lilitkanlah ke badannya.’” HR. Jamaah

2. Memandikan Mayat yang Dikhawatirkan Menularkan Penyakit