37
Hakikat Kematian
dikuburkan maupun sesudahya hingga batas tiga hari setelah wafatnya. Sayid Sabiq mengatakan bahwa kecuali jika yang
dikunjungi tersebut sedang bepergian maka tidak mengapa jika takziyah dilakukan setelah masa tiga hari tersebut.
Betapa pentingnya bertakziyah, sampai-sampai Nabi
bersabda dari Amar bin Hazam: “Tidak seorang mukmin pun yang datang bertakziyah kepada
saudaranya yang ditimpa musibah, kecuali akan diberi pakaian kebesaran oleh Allah pada hari Kiamat.” HR. Abdur Razaq
Shan’ani 3396 Ibnu Majah No. 1601, dan Baihaqi No. 7338
Berbagai hal tentang takziyah secara khusus akan dibahas di bab tersendiri.
2. Merawat Jenazah
Merawat jenazah mulai dari memandikan jenazah, mengafani, menshalati hingga menguburkan jenazah juga merupakan sarana
yang ampuh untuk mengingat mati. Ketika yang dirawat adalah jenazah para syuhada misalnya maka kita akan terpacu untuk
mendapatkan kematian seindah yang mereka jalani. Betapa mulianya jenazah para syuhada, sampai-sampai Rasulullah
tidak memerintahkan untuk memandikan jenazahnya. “Janganlah kamu memandikan mereka karena setiap luka atau
setiap tetes darah akan semerbak dengan bau yang wangi pada hari Kiamat.” HR. Ahmad
Sementara, jika yang dirawat adalah jenazah orang yang kufur, apalagi jika terdapat bekas-bekas sakaratul maut yang dahsyat, hal
tersebut akan membuat kita beristighfar dan senantiasa melakukan perbaikan diri, agar kita tidak mengalami hal-hal semacam itu.
Tatacara perawatan jenazah akan kami bahas di bab tersendiri dalam buku ini.
Khusnul Khatimah
38
3. Ziarah Kubur
Cara lain mengingat mati yang disunahkan Rasulullah
adalah ziarah kubur. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan ash- Habus Sunan dari Abdullah bin Buraidah yang diterima bapaknya,
bahwa Nabi
bersabda: “Dahulu aku melarang menziarahi kubur, sekarang, ziarahilah
kepadanya, karena itu akan mengingatkanmu akan hari akhirat.” Menurut Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunah, larangan tersebut
pada permulaannya disebabkan karena masih dekatnya kondisi para shahabat dengan masa jahiliah, ketika mereka belum
sepenuhnya mampu menghindarkan diri dari kata-kata kotor dan keji sebagaimana yang sering keluar ketika berziarah ke kuburan.
Akan tetapi, ketika mereka sudah mantap keimanannya maka hal tersebut diizinkan dengan aturan-aturan tersendiri.
Abu Hurairah meriwayatkan, “Nabi
pergi menziarahi makam ibunya. Ia menangis dan para shahabat di sekelilingnya juga
menangis karenanya. Nabi
bersabda, ‘Aku mohon izin kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak
diizinkan-Nya. Oleh sebab itu, aku minta izin untuk menziarahi makamnya maka diizinkan-Nya. Karena itu, berziarahlah engkau
ke kubur, karena itu akan mengingatkanmu pada maut.” HR. Ahmad dan Muslim, juga ash-Habus Sunan kecuali Tirmidzi
Adapun cara berziarah kubur, jika seseorang telah sampai di kubur maka hendaklah ia menghadap ke arah wajah mayat dan
memberi salam serta mendoakannya. Buraidah berkata, “Nabi
telah mengajarkan kepada para shahabat, seandainya mereka pergi menziarahi kubur agar ada
yang mengucapkan:
39
Hakikat Kematian
“Assalamu’alaikum, wahai penduduk kubur, dari golongan yang beriman dan beragama Islam. Dan kami insya Allah juga
akan menyusul di belakang. Engkau sebagai pendahulu kami, dan kami menjadi penyusul, dan kami mohon kepada Allah agar
engkau dilimpahi keselamatan oleh Allah.” HR. Ahmad, Muslim dan lain-lain
Hindarilah perbuatan-perbuatan bid’ah semacam mengusap kuburan, menciumnya, thawaf di sekelilingnya, atau bahkan
menangis terisak-isak atau berteriak-teriak histeris, apalagi meminta tolong kepada arwah, sekalipun kubur yang didatangi
adalah kubur para wali atau nabi sekalipun.
Adapun jika yang didatangi adalah kuburan orang musyrik atau kair, hendaknya merenungkan, betapa dahsyatnya siksaan
yang menimpanya di alam kubur. Kita dianjurkan untuk menangis karena merasa takut.
Demikian juga, ketika melewati kubur orang kair, kita dianjurkan untuk menangis karena merasa takut, membayangkan
betapa dahsyatnya siksa kubur yang tengah ditanggung oleh ruh orang-orang kair tersebut.
Rasulullah
bersabda dari Ibnu Umar
: “Ketika perjalanan Rasulullah
dengan para shahabatnya telah sampai di daerah kaum Tsamud maka Rasulullah
bersabda, ‘Jangan kamu masuk pada negeri orang-orang yang disiksa ini kecuali
dalam keadaan kamu menangis. Jika kamu tidak bisa menangis, lebih baik jangan masuk ke daerah mereka, agar tidak ditimpa azab
sebagaimana yang mengenai mereka.” HR. Bukhari dan Muslim
Khusnul Khatimah
40
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Seorang syahid tidak mendapatkan rasa sakit ketika
terbunuh, kecuali seorang kalian merasakan cubitan.”
HR Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban, Tirmidzi mengatakan hadits hasan
41
A. Tanda-Tanda Berakhirnya Kehidupan