Kedahsyatan di Mahsyar Syafa’at Kubra

Khusnul Khatimah 98 Allah  berirman: “Pada hari ditiupkannya sangkakala, kamu datang berkelompok-kelompok.” QS. an-Naba’: 18 Nabi  bersabda, “Pada hari Kiamat nanti, manusia dihimpun menjadi 3 kelompok: kelompok yang berkendaraan, kelompok yang berjalan kaki, dan kelompok yang berjalan di atas dengan wajah mereka. Para shahabat bertanya, ‘Bagaimana cara mereka berjalan di atas wajah mereka, ya Rasulullah  ?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Dzat yang telah menjadikan mereka bisa berjalan di atas kaki mereka, sudah tentu kuasa untuk menjadikan mereka berjalan di atas wajah mereka.’” HR. an-Nasa’i Yang disebut sebagai kelompok yang berkendaraan adalah ahli takwa dan ahli kebajikan. Lebih rendah dari itu adalah kelompok yang berjalan kaki. Sedangkan orang yang berjalan di atas wajah mereka adalah orang-orang kair. Sebagaimana irman-Nya: “Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan berjalan atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah Neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” QS. al-Isra’: 97

6. Kedahsyatan di Mahsyar

Anda membayangkan kedahsyatan Mahsyar seluruh makhluk yang jumlahnya tak terhitung berada dalam satu tempat, tanpa dengan bekal makan dan minum, tanpa mengetahui kapan berakhir, tanpa tahu kemana akan pergi, lebih dahsyat lagi matahari diciptakan oleh Allah  dan didekatkan kepada manusia sejarak satu mil maka semua manusia berkeringat dan tenggelam dalam keringatnya sesuai dengan kadar amalnya di dunia, ada yang tenggelam sampai kakinya, ada yang sampai perutnya, dan ada 99 Perjalanan Ruh Kembali Kepada PenciptaNya yang tenggelam secara total. Rasulullah  bersabda, “Pada hari umat manusia akan berdiri di hadapan Rabb semesta alam sehingga salah seorang dari mereka ada yang tenggelam dalam keringatnya sampai pertengahan dua kupingnya.” HR. Bukhari dan Muslim

7. Syafa’at Kubra

Di tengah dahsyatnya peristiwa yang terjadi pada hari berbangkit, yakni saat manusia berjubel di Padang Mahsyar, matahari semakin mendekati kepala dan panasnya berlipat ganda sehingga peluh manusia pun membanjiri daratan hingga menutupinya dan menenggelamkan sebagian orang—khususnya yang paling banyak mendurhakai Allah  . Di tengah peristiwa demi peristiwa yang menakutkan, ternyata ada angin sejuk yang berhembus, yakni berupa syafa’at. Ada beberapa golongan yang diizinkan Allah  bisa memberikan syafa’at, yaitu para nabi, para malaikat dan kaum syuhada. Syafa’at ini berlaku untuk tidak memasukkan sebagian orang ke dalam neraka, untuk mengeluarkan sebagian orang dari neraka, serta meringankan sebagian hukum atas sebagian orang. Namun, syafa’at itu hanya bisa diberikan dengan izin Allah semata, sebagaimana irman-Nya: “Siapa yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin- Nya?” QS. al-Baqarah: 255 Bahkan para malaikat pun, syafa’atnya tidak berguna, kecuali jika Allah  memang telah meridhai orang yang dimintai syafa’at oleh malaikat tersebut. “Berapa banyak malaikat di langit, syafa’at mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” QS. an-Najm: 26 Khusnul Khatimah 100 Ada syafa’at Nabi yang paling besar yaitu syafa’at ketika di Mahsyar supaya nasib manusia segera diputuskan agar tidak lama-lama menderita di Mahsyar, dan Nabi  diberi izin untuk memasukkan umatnya ke dalam surga. Terkait dengan syafa’at ini, Nabi bersabda: “Aku adalah pemimpin umat manusia pada hari Kiamat. Apakah kalian tahu, mengapa bisa demikian? Allah akan menghimpun umat yang terdahulu hingga yang terakhir dalam satu padang tanah lapang, lalu orang-orang mengalami kesedihan dan kesulitan besar yang tidak mampu mereka emban. Sebagian orang berkata kepada sebagian yang lain, ‘Tidakkah kalian melihat sendiri kondisi yang kalian alami sekarang? Tidakkah kalian berpikir untuk mencari orang yang bisa memohonkan syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian? Cobalah temui Nabi Adam’ Lalu mereka mendatangi Nabi Adam dan berkata kepadanya, ‘Wahai Nabi Adam, ayah kami dan ayah seluruh umat manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, meniupkan ruh kepadamu dari Ruh-Nya, serta memerintahkan malaikat agar bersujud sujud penghormatan kepadamu dan akhirnya mereka pun bersujud kepadamu, mohonkanlah syafa’at untuk kami di sisi Rabb-mu Tidakkah engkau lihat sendiri keadaan yang sedang kami alami?’ Nabi Adam menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang sebelumnya tidak pernah semarah ini, dan tidak akan pernah marah lagi marah semarah ini. Aku hanya bisa mengurus diriku sendiri. Datanglah kepada Nabi Nuh’ Mereka pun datang kepada Nabi Nuh dan berkata, ‘Wahai Nabi Nuh, engkau adalah rasul pertama yang diutus di muka bumi ini, sedangkan Allah telah menamaimu sebagai hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah syafa’at untuk kami di sisi Rabb-mu Tidakkah engkau lihat sendiri keadaan yang sedang 101 Perjalanan Ruh Kembali Kepada PenciptaNya kami alami ini?’ Nabi Nuh Menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang sebelumnya tidak pernah semarah ini, dan tidak akan pernah lagi marah semarah ini. Aku hanya bisa mengurus diriku sendiri. Pergilah menemui Nabi Ibrahim’ Mereka pun menemui Nabi Ibrahim lalu berkata kepadanya, ‘Wahai Nabi Ibrahim, engkau adalah Nabiyullah dan khalil-Nya kekasih-Nya yang dekat. Mohonkanlah syafa’at untuk kami di sisi Rabbmu’ Ibrahim menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang sebelumnya tidak pernah semarah ini, dan tidak akan pernah lagi marah semarah ini. Aku hanya bisa mengurus diriku sendiri. Pergilah menemui Nabi Musa’ Mereka pun segera mendatangi Nabi Musa, lalu berkata kepadanya, ‘Wahai Nabi Musa, engkau adalah utusan Allah, dan Allah telah mengutamakanmu dengan risalah-Nya serta irman yang disampaikan-Nya secara langsung kepadamu. Mohonkanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami’ Nabi Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang sebelumnya tidak pernah semarah ini, dan tidak akan pernah lagi marah semarah ini. Aku hanya bisa mengurus diriku sendiri. Temuilah Nabi Isa’ Mereka pun mendatangi Nabi Isa, lalu mereka berkata kepadanya, ‘Wahai Nabi Isa, engkau adalah utusan Allah yang bisa berbicara kepada umat manusia ketika masih dalam buaian, dan engkau adalah kalimat dari Allah yang disampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, mohonkanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami’ Nabi Isa menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang sebelumnya tidak pernah semarah ini, dan tidak akan pernah lagi marah semarah ini. Aku hanya bisa mengurus diriku sendiri. Pergilah menemui Nabi Muhammad  ’ Khusnul Khatimah 102 Mereka pun segera menemui Nabi Muhammad  , lalu berkata kepadanya, ‘Wahai Nabi Muhammad  , engkau adalah utusan Allah dan nabi yang terakhir. Allah telah memberikan ampunan kepadamu berkenaan dengan dosa yang sudah lalu maupun yang akan datang. Mohonkanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami’ Nabi  memberitahukan kejadian berikutnya dengan berkata, ‘Lalu aku pergi ke bawah ‘Arsy, lantas bersungkur sujud kepada Rabb-ku. Allah pun membukakan kepadaku dan memberikan ilham kepadaku mengenai segala puji-pujian dan sanjungan kepada-Nya, sesuatu yang belum pernah dibukakan untuk seorang pun selainku sebelumnya. Sesudah itu, dikatakan kepadaku, ‘Wahai Muhammad  , angkatlah kepalamu Mintalah apa yang engkau inginkan, tentu permintaanmu akan dikabulkan Mintalah syafa’at, tentu syafa’atmu akan diterima’ Aku katakan kepada Rabb-ku, ‘Tolong umatku, tolong umatku’ Allah berfirman, ‘Ya Muhammad  , masukanlah ke dalam surga sebagian dari umatmu yang tidak ada hisab atasnya melalui pintu sebelah kanan, sedangkan mereka semua seluruh umatmu yang lain berserikat dalam pintu-pintu surga yang lainnya boleh memasuki pintu mana saja selain pintu kanan itu.’” HR. Muslim Nabi Muhammad  memiliki dua jenis syafa’at, yaitu syafa’at yang bersifat umum syafa’ah ammah, dan syafa’at yang bersifat khusus syafa’ah khashshah. Syafa’at umum adalah yang dianugerahkan kepada Nabi  di antara nabi-nabi yang lainnya yang ditujukan kepada seluruh umat, untuk memercepat pelaksanaan hisab dan menyayangi mereka dari ketakutan di Padang Mahsyar. Sedangkan syafa’at yang bersifat khusus adalah syafa’at beliau untuk umat beliau sendiri. Terkait dengan hal itu, Nabi bersabda: “Setiap Nabi mempunyai doa permohonan yang dikabulkan sehingga setiap nabi mempercepat permohonannya itu, sedangkan 103 Perjalanan Ruh Kembali Kepada PenciptaNya aku masih menyimpan doaku agar menjadi syafa’at bagi umatku di hari kiamat.” HR. Muttafaq ‘alaihi Dari sekian banyak orang yang dapat terhindar dari kesulitan kiamat yaitu mereka yang mendapatkan syafa’at Nabi  , dengan dinaikkan derajatnya di surga nanti, siapakah mereka yang berbahagia dengan syafa’at Nabi  ? Mereka adalah orang yang ikhlas dalam mengucapkan syahadatain ikhlas dari lubuk hatinya, dan disertai kemurnian tauhid. Dalam hadits yang shahih disebutkan: “Dari Abu Hurairah berkata, aku berkata, “Wahai Rasulullah  sipakah orang yang paling bahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat,?’ Sungguh aku menyangka bahwa tidak ada seorang yang bertanya hadits ini sebelummu, karena apa yang aku lihat dari perhatianmu terhadap hadits, orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku di hari kiamat orang yang mengatakan’ la ilaaha illallah’ ikhlas hatinya atau dari jiwanya.’” HR. Bukhari No. 99, 6570

8. Telaga al-Khaud