Bilal Umar bin Abdul Aziz Anas bin Nadir

Khusnul Khatimah 50 tidak lain hanyalah pendusta belaka.’ Mereka berkata, ‘Rabb kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.’ Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas. Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti menyeru kami, niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.’ Utusan-utusan itu berkata, ‘Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan kamu bernasib malang? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.’ Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata, ‘Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.’ Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu semua akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selainnya jika Allah yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah pengakuan keimananku. Dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke surga.’ Ia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.’”

2. Bilal

 Bilal, shahabat yang mulia itu juga menemui kematian di atas ranjang dan menghadapi pula sakaratul maut. Akan 51 Dahsyatnya Sakaratul Maut tetapi, Bilal adalah orang yang telah siap menghadapi kematian. Maka, ketika sang putri menangis melihatnya begitu kesakitan, Bilal berkata kepada putrinya, “Jangan menangis wahai putriku karena aku akan bertemu dengan kekasihku Muhammad  dan shahabat-shahabatnya.” Itulah kata yang diucapkan beliau ketika menghadapi maut. Ia tak gentar menghadapinya, namun beliau malah merindukan untuk segera bertemu dengan Sang Penciptanya.

3. Umar bin Abdul Aziz

Ada juga kisah yang sangat menarik dari Umar bin Abdul Aziz, khulafaurasyidin yang kelima. Ketika beliau menghadapi sakaratul maut, para pembantunya meminta beliau untuk mewasiatkan sesuatu kepada para putra-putranya. Kemudian beliau memanggil para putranya. Beliau berkata, “Wahai anak- anakku, sesungguhnya aku tidak pernah berbuat zalim kepada kalian, sesungguhnya aku berbuat sesuai dengan kemampuanku, jika kalian berbuat baik maka Allah  akan mengurusi kalian setelah kematianku. Jika kalian berbuat durjana maka aku tidak mau membantu kalian dalam kemaksiatan.” Setelah itu beliau memeluk satu persatu anaknya dan melepaskannya, kemudian beliau meminta semua yang menunggui beliau untuk keluar kamar dan berkata, “Akan datang tamu yang bukan dari golongan jin dan manusia.” Dan ketika mereka keluar terdengarlah suara: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.” QS. al-Fajr: 27-30 Khusnul Khatimah 52

4. Anas bin Nadir

Bagaimana, Anda merinding mendengar cerita tentang indahnya kematian yang menimpa Umar bin Abdul Aziz? Betapa mulianya, begitulah cara orang-orang yang merindukan kematian menemui ajal. Begitu indah. Apalagi ketika kematian yang datang menjemputnya adalah kesyahidan. Seperti yang terjadi pada Anas bin Nadir. Ketika Perang Badar tergelar, ia tidak bisa mengikutinya dan beliau sangat menyesal. Ia pun berkata, “Ya Rasullah, jika Allah  memberi kesempatan lain, Allah  akan tahu yang akan aku lakukan.” Maka, ketika sebagian shahabat lari tunggang langgang di Perang Uhud, beliau membuktikan perkataannya dengan berkata kepada shahabatnya, “Wahai Sa’ad, sesungguhnya aku telah mencium bau surga di balik Uhud”. Seketika itu, beliau langsung menerjang musuh, menyerang mereka dengan gagah berani. Senjata kaum kair pun menghujani tubuhnya hingga terkoyak-koyak. Namun, ia tetap saja berjuang membunuh orang-orang kair. Di akhir perang, Rasulullah  memerintahkan beberapa shahabat untuk mencari beliau, dan didapatinya Anas dalam keadaan luka parah. Namun, apa yang dikatakan oleh Anas? “Sampaikan kepada orang-orang Anshar, Allah  tidak akan rela kalau sampai Rasulullah  terluka, dan sampaikan kepada Rasuluhlah  bahwa saya telah mencium bau surga.” Kemudian beliau menghembuskan nafas terakhir.

5. Khubaib bin ‘Ady