Landasan Filosofis Latar Belakang

mempengaruhi satu sama lainnya. Sehingga dapgat disimpulkan bahwa permasalahan sampah merupakan permasalahan yang sangat kompleks karena melibatkan banyak pihak seperti warga masyarakat, pemerintahan, dan pelaku ekonomi. Permasalahan lingkungan yang terjadi ini seringkali menjadi sebuah isu yang cukup memperhatikan. Pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk pindah atau hijrah dari desa ke kota. Akibatnya jumlah penduduk di perkotaan semakin membeludak, konsumsi masyarakat perkotaan pun kian melonjak, yang pada akhirnya mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat di daerah perkotaan. Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial, Hartono Laras, mengatakan peran pemerintah daerah sangat diutamakan terkait dengan urbanisasi. Terkait dengan momentum hari raya Idul Fitri diperkirakan seperti tahun-tahun sebelumnya potensi terjadinya urbanisasi sangat tinggi sehingga harus diantisipasi, jika tidak arus mudik dari desa ke kota akan terus terjadi. Diperkirakan kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya akan kedatangan 100.000 orang per tahun. 3 Pemerintah melakukan berbagai cara dalam mengatasi jumlah penduduk urabnisasi yang kian bertambah dari waktu ke waktu. Pemerintah dalam upaya menekan angka urbanisasi dalam “mengapresiasi adanya kebijakan UU Desa yang ada memberikan dana per desa Rp 1-1,4 miliar”. 4 Imbauan dan rencana dari pemerintah ini penting untuk mendorong perekonomian desa baik di sektor pertanian maupun di usaha kecil menengah sehingga membuka lapangan pekerjaan yang cukup buat penduduk perdesaan.

3. Landasan Yuridis

Setiap tahunnya angka pertumbuhan penduduk Indonesia semakin lama semakin padat. Lahan untuk ketersediaan pemukiman penduduk pun kian menyempit. Pertambahan penduduk ini berakibat pada pola kosumsi 3 Ari Supriyanti Rikin, “Belum ada solusi jitu tekan laju urbanisasi” diakses dari http:www.beritasatu.com pada 11 februari 2015 4 Ibid. masyarakat yang kian membesar. Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah yang dihasilkan dari rumah tangga atau domestik. Agar pengelolaan sampah berjalan secara terpadu dan komprehensif diperlukan payung hukum berbentuk Undang Undang yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab II Asas Ketentuan pasal 3 disebutkan bahwa Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. 5 Dalam hal ini pemerintah daerah mempunyai tugas menjadi penanggung jawab dalam pengelolaan sampah. Bertujuan agar warga masyarakat mempunyai lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pengelolaan sampah harus dilalukan secara tepat sehingga ramah terhadap lingkungan. Sehingga meminimalisir dampak negatif yang akan tejadi terhadap sosio-ekonomi dan kesehatan warga masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab III Tugas dan Wewenang Pemerintah Pasal 9 ayat 1 huruf a dan b disebutkan bahwa b Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupatenkota mempunyai kewenangan menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupatenkota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah; d menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, danatau tempat pemrosesan akhir sampah. 6 Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa pelaku pengeloaan sampah hgarus mengikuti prosedur yang telah ditentukan olehg pemerintah dan dinas terkait. Pemerintah pusat dan daerah juga harus menyediakan fasilitas penunjang dalam pengeloaan sampah. Fasilitas yang harus disediakan oleh pemerintah sebagai penunjang proses pengeloaan sampah berupa TPS Tempat pembuangan sementara dan alat angkut. 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah diakses pada tanggal 11 november 2014, h. 5 6 Ibid., h. 10 Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab III Tugas dan Wewenang Pemerintah Pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupatenkota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penetapan tempat lokasi TPS Tempat pembuangan sementara harus dipikirkan secara matang dan harus memiliki rencana tata ruang yang baik ditinjau dari berbagai aspek. Sehingga tidak akan membuat ketidaknyamanan sosioekonomi warga yang tinggal di sekitar TPS tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab IV Hak Kewajiban bagian Kedua Pasal 12 ayat 1 disebutkan bahwa Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. 7 Pemerintah daerah menyediakan sarana penunjang pengelolaan sampah di wilayah terkait. Dalam menciptakan lingkungan sehat setiap warga masyarakat diharuskan siap sedia dalam pengeloaan sampah secara berwawasan lingkungan. Modernisasi globalisasi ini membuat dunia kerja semakin maju. Akibat membuat setiap orang berusaha mencari kesempatan dalam hal mendapatkan pekerjaan yang mapan. Kesempatan pekerjaan akan menjadi semakin banyak diminati tak terkecuali dalam pengelolaan sampah padat domestik karena keinginan untuk menaikan taraf perekonomiannya.

4. Landasan Kekontemporeran

Dr. Budiman Chandra memberikan penjelasan tentang sumber- sumber sampah. Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber salahg satunya adalah dari pemukiman penduduk. Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama 7 Ibid., hlm 10.