008 saja yang mencoba dan mengkoordinir sistem ini. Seperti keterangan dari Bu Yuniarti,
“Ada juga program Bank sampah di RT ini tapi belum semua warga yang melakukannya”.
19
Di TPS ini petugas kebersihan melakukan pemilihan sampah- sampah kepada barang-barang berukuran besar terbuat dari plastic, kaca,
dan besi, dan sekiranya memilki nilai jual yang tinggi. Warga yang tidak bersedia membayar iuran sampah memilih untuk membakar sendiri
sampah yang dihasilkannya. Berbagai alasan yang dilontarkan oleh warga yang enggan membayar iuran yaitu tidak sampainya petugas kebersihan
sampai ke rumah mereka. Otomatis para warga tersebut harus mengelola sendiri sampah
domestik mereka, seperti membakar sampah di sekitar perkarangan rumah dan membuang sampah di lahan kosong. Adanya perilaku pemulung yang
mengaduk-aduk sampah yang ada di tempat sampah warga sehingga sampah-sampah yang awalnya sudah dicampurkan ke dalam kantung
plastik menjadi tercecer sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap menjadi hal uang merugikan pengelolaan sampah.
C. Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Pengelolaan Sampah Padat
Domestik
Saat berbicara dan membahas tentang Persepsi maka akan muncul suatu pemikiran bahwa definisi persepsi adalagh suatu tanggapan dari apa yang kita
lihat atau kita dengarkan. Sebuah Persepsi dan tanggapan seseorang dengan orang lainnya biasanya terdapat suatu perbedaan yang tidak sama. Menurut
Desy Arisandy “Dalam kenyataannya, terhadap objek sama, individu
dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda.”
20
Desy juga menambahkan
19
Yuniarti, 38 tahun, Ibu rumaah tangga, Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
20
Desy Arisabdy, Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bagian Produksi Pabrik Keramik “Ken Lila Production” Di Jakarta, Palembang: Universitas Bina
Darma, 2004. h.4
dalam penelitiannya bahwa “Apabila persepsi yang terbentuk adalah persepsi positif, maka akan timbul perilaku kerja positif pula.”
21
Perubahan yang paling terlihat akibat proses perpindahan penduduk dari desa ke kota adalah dalan bidang kelingkungan, dalam artian semakin
tingginya jumlah penduduk setempat maka penggunaan lahan akan semakin sempit. Keterbatasan lahan menjadi salah satu masalah yang timbul akibat
meningkatnya penduduk. Penduduk yang padat berbanding lurus dengan meningkatnya volume sampah padat yang akan dihasilkan oleh suatu wilayah.
Di sisi lain masyarakat harus mempunyai persepsi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Ditemukan bahwa tanggapan dari hasil pemikiran masyarakat pendatang pasti akan bermacam-macam. Hal ini bisa dilihatdari seberapa butuhnya
masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang cermat dalam hal menjaga
lingkungan sehat dalam kawasan tersebut.
Persepsi masyarakat mempunyai peranan pokok terhadap pengambilan keputusan masyarakat pendatang untuk menentukan cara yang tepat dalam
pengelolaan sampah padat domestik. Sebagai salah satu langkah yang akan membentuk dan menghasilkan lingkungan tempat tinggal bebas akan
permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh sampah. Lingkungan bersih akan menciptakan nilai kesehatan yang baik merupakan suatu kebutuhan yang
sangat penting dan ingin dimiliki oleh setiap masayarakat perindividu. Ibu Yayuk mengatakan,
“kalau pengelolaan sampahnya bagus ya pasti lingkungan juga bagus, sehat dan bersih”.
22
Masyarakat pendatang juga berharap terhadap kebersihan lingkungan sangat tinggi di wilayah ini, adanya
anggapan bahwa kualitas serta layanan pengelolaan sampah semakin maju dari petugas kebersihan, hubungan dengan masyarakat sekitar, fasilitas yang
digunakan dalam pengelolaan sampah dan hasil pelayanan tersebut. Bapak Wahid selaku seksi kebersihan kelurahan menambahkan
”harus adanya tempat pembuangan sementara yang layak dan luas agar mencakup
21
Ibid,. h. 11
22
Yayuk Defika, 40 tahun, Ibu rumah tangga. Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
semua sampah dari semua penduduk”.
23
Hal ini menandakan adanya persepsi yang baik dari pihak lembaga pemerintahan dan masyarakat pendatang
terhadap pengeloaan sampah untuk para penduduk. Ada yang harus diperhatikan juga adalah para pengelola sampah dengan masyarakat setempat.
Siti rahma juga menambahkan bahwa “perlu ditingkatkannya pelayanan
yang baik dan tepat waktu dengan pengelola sampah saat pengambilan sampah oleh para petugas agar tidak menumpuk di tempat sampah”.
24
Kinerja yang baik oleh para petugas kebersihan dalam pengelolaan sampah sangat membutuhkan hubungan dan kerja sama yang baikpula.
Hubungan dan kerjasama oleh masyarakat akan membantu kelancaran pengambilan sampah dari rumah ke rumah. Karena kebanyakan dari
masyarakat pendatang adalah masyarakat yang sangat mudah sekali terjadi masalah sosial seperti disalahkan, diskriminasi, dan juga pencemaran
lingkungan. Bu Muhnir asal bogor berpendapat
“para petugas kebersihan tidak mencakup rumah saya sehingga saya harus menangani sampah dengan
membakarnya sendiri”.
25
Tidak sampainya ke setiap rumah-rumah di gang sempit membuat beberapa warga tidak terkena program pengelolaan sampah
padat domestik dari RW ini. Sehingga melakukan penanganan sendiri terhgadap sampah padat domestiknya seperti membakar sampah yang dapat
memicu kebakaran dan polusi udara. Bang Sobari menyatakan pendapatnya sebagai warga asli
“masih ada masyarakat yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan lingkungan di
sekitarnya, contohnya seperti membuang sampah langsung ke kali bahkan masih berserakannya sampah yang dibuang ke tempat yang telah disediakan
sehingga menjadi terlihat kotor”.
26
Hal ini diungkapkan karena bila ada kerja
23
Abdul Wahid, Seksi KLH Kelurahan. Wawancara. Kantor kelurahan Srengseng Sawah, 10 Desember 2014
24
Siti Rahma, 40 tahun, Ibu rumah tangga. Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
25
Siti Muhnir, 23 tahun, , Ibu rumah tangga. Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
26
Sobari, 30 tahun, Buruh, Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
bakti dalam pembersihan kali masih banyak adanya penyumbatan dan pendangkalan yang disebabkan oleh sampah yang di buang oleh masyarakat,
entah pelakunya masyarakat setempat atau masyarakat jauh. Bertentangan dengan pendapat bapak Sunarto
“Wah untuk sekarang mah sudah bagus ada petugas pengambil sampahnya menggunakan gerobak
dan mobil bak. Kalau dibandingkan yang sudah-sudah mah ya bagusan yang sekarang, Bisa kita rasakan bedanya”.
27
Hal ini menandakan bahwa pengelolaan sampah padat domestik sudah dikelola dengan cukup baik dan
teratur. Kedua hal di atas menandakan ada nya keinginan dan tujuan yang persis
dalam menjadikan pengelolaan sampah menjadi lebih baik dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Namun berbagai permasalahan yang kurang
baik antara pandangan masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat tidak tersampaikan dengan
baik. Sebaiknya menjadikan persepsi masyarakat setempat dan masyarakat pendatang menjadi negative terhadap pengurus pengelolaan samapah yang
ada.
D. Peran Masyarakat Pendatang terhadap Pengelolaan Sampah Padat
Domestik
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 28 ayat 1 mengatakan bahwa
“Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemeri
ntah danatau pemerintah daerah”.
28
Pada Undang-Undang ini dapat dijelaskan bila masyarakat dibebaskan berperan aktif dalam pengelolaan
sampah. Tidak ada yang melarang masyarakat tidak boleh ikut kegiatan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Dalam Undang-Undang yang sama pada Pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa Peran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan melalui:
27
Sunarto, 52 tahun, Hansip, Wawancara. Jl. H. Sarin rt00802, 18 Desember 2014
28
Undang-undang Republik Indonesia No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, h. 18