256 Kelas XII SMA
Semester 1
6. Amatilah lingkungan sekitar anda terkait dengan adanya penerapan
ajaran Nawa Widha Bhakti sebagai dasar pembentukan budi pekerti yang luhur dalam zaman Global menurut ajaran Hindu
guna mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan Agama Hindu, buatlah catatan seperlunya dan diskusikanlah dengan orang tuanya
Apakah yang terjadi? Buatlah narasinya 1 – 3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman – 12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas
kuarto; 4-3-3-4
7. Amatilah gambar berikut ini, diskusikanlah dengan orang tuamu di
rumah, selanjutnya buatlah laporan dari hasil diskusi-mu dengan orang tua.
Sumber: Dok. I N. Mudana, 12-2- 2012.
Gambar 5.13 Upacara di Sawah
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 257
Úiwa Tattwa ngaranya sukha tanpa wali duhkha. Sadasiwa Tattwa ngaranya tanpa wwit tanpa tung-
tung ikang sukha. Param asiwa Tattwa ngaranya- niskala tan wenang winastwan ikang sukha.
Terjemahan:
Hakikat memuja Tuhan Úiwa untuk mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan. Memuja Tuhan sebagai Sadasiwa dapat mencapai kebahagiaan
yang tidak ada awal dan tidak ada akhirnya. Memuja Tuhan sebagai Paramasiwa mencapai kebahagiaan niskala yang tidak dapat dilukiskan kebahagiaan itu
Wrehaspati Tattwa.50.
Pelinggih Padma-Tiga yang terdapat di Pura Besakih sebagai Kahyangan Jagat sebagai Esa, merupakan tempat memuja
Tri Purusa Tuhan Yang Maha Mengapa dan bagaimanakah semuanya itu dapat diwujudkan? Renungkanlah
Tri Purusha
Bab VI
258 Kelas XII SMA
Semester 1
A. Ajaran Tri Purusha
Perenungan. “Hrëdistam sarwwa bhutanam, pasyate
jala cakra wat, anadi madhyani dhanam, siwanggadhya namo mrëtam. Lwir Bhatãra
Úiwa, sira humunggu ring hati ning sarwwa mãwak, tarpãdi, tar pamadhya, tar
pãnta, langgëng hana nira, kadi jala cakra rüpanira, sira ta katon de Sang Yogiúwara.
Terjemahan:
‘Keadaan Sang Hyang Úiwa bersemayam di hati semua makhluk, tanpa awal, tanpa
pertengahan, dan tanpa akhir. Keberadaan Beliau kekal, berwujud seperti pusaran
air. Demikian Beliau tampak oleh Sang Yogiúwara, Buana Kosa 1.4.
Kata Tri Purusha bahasa Sanskerta terdiri dari kata “tri’ berarti tiga, dan “Purusha” berarti Jiwa Agung, Tuhan Yang Maha EsaIda Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan sebagai Tri Purusha, Brahman. Tri Purusha adalah jiwa agung tiga alam semesta yakni Bhur Loka alam bawah, Bhuwah Loka alam tengah
dan Swah Loka alam atas. Tuhan sebagai penguasa alam bawah disebut Úiwa atau Iswara. Sebagai jiwa alam tengah, Tuhan disebut Sadha Úiwa dan sebagai
jiwa agung alam atas, Tuhan disebut Parama Siwa atau Parameswara.
Pura Besakih merupakan sumber kesucian, tempat pemujaan Tri Purusha. Pura Besakih banyak mengandung ilosoi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung
Besakih adalah Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih dijadikan
sebagai pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. Pura Besakih juga pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Di Pura Agung Besakih
setiap sepuluh tahun sekali dilangsungkan upacara Panca Bali Krama dan setiap seratus tahun diselenggarakan upacara Eka Dasa Rudra. Pura Agung
Besakih secara spiritual adalah sumber kesucian dan sumber kerahayuan bagi umat Hindu.
Sumber: http: serbaserbiHindu.blogspot. com 11-07-2013.
Gambar 6.1 Padma Tiga - Pura Besakih
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 259
Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih sebagai sarana untuk memuja Tuhan
sebagai Sang Hyang Tri Purusha. Fungsi dan jenis pelinggih Padmasana yang
memakai bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Pelinggih
Padma Tiga di Pura Besakih, selain digunakan sebagai niyasa stana Sanghyang
Siwa Raditya atau Sanghyang Tri Purusha, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal
yaitu Sang Hyang Widhi WasaTuhan Yang Maha Esa.
Bangunan yang paling utama di Pura Besakih adalah palinggih Padma
Padmasana Tiga. Letaknya di Pura Penataran Agung Besakih. Palinggih tersebut terdiri atas tiga bangunan berbentuk padmasana berdiri di atas satu
altar. Perkembangan awal dari Tri Purusha ini disebutkan bahwa ketika Dang Hyang Nirartha pertama kali tiba di Pulau Bali dari Blambangan sekitar tahun
saka 1411 atau 1489 M, dan ketika itu Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong, beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa
di Bali perlu dikembangkan paham Tripurusha.
Ida Bagus Gede Agastia Pengamat agama dan budaya mengatakan bangunan suci Padma Tiga yang berada di Pura Agung Besakih adalah tempat pemujaan
Tri Purusa yakni Úiwa, Sada Úiwa, dan Parama Úiwa Tuhan Yang Mahaesa.
Piodalan di Padmasana Tiga dilangsungkan setiap Purnama Kapat. Ini terkait dengan tradisi ngapat. Sasih Kapat atau Kartika, merupakan saat-saat bunga
bermekaran. Kartika juga berarti penedengan sari. Padmasana tersebut dibangun dalam satu altar atau yoni. Palinggih padmasana merupakan sthana
Tuhan Yang Maha Esa.
Padmasana berasal dari kata padma dan asana. Padma berarti teratai dan asana berarti tempat duduk atau singgasana. Jadi, padmasana artinya tempat duduk
atau singgasana teratai.
Tuhan Yang Maha Esa secara simbolis bertahta di atas tempat duduk atau singgasana teratai atau padmasana. Padmasana lambang kesucian dengan
astadala atau delapan helai daun bunga teratai. Bali Dwipa atau Pulau Bali dibayangkan oleh para Rsi Hindu zaman dulu sebagai padmasana, tempat
duduk Tuhan Úiwa, Tuhan Yang Mahaesa dengan asta saktinya delapan kemahakuasaan-Nya yang membentang ke delapan penjuru asta dala
Sumber: http: serbaserbiHindu.blogspot. com 11-07-2013.
Gambar 6.2 Pura Besakih
260 Kelas XII SMA
Semester 1
Pulau Bali masing-masing dengan Deva penguasanya. Deva Iswara berada di arah
Timur, bersemayam di Pura Lempuyang. Brahma di selatan bersemayam di Pura
Andakasa. Deva Mahadeva di barat Pura Batukaru, Wisnu di utara Pura
Batur, Maheswara di arah tenggara Pura Goa Lawah, Rudra di barat daya Pura
Uluwatu, Sangkara di barat laut Pura Puncak Mangu, Sambhu di timur laut Pura
Besakih, Úiwa bersemayam di tengah, pada altar dari Pura Besakih dengan Tri
Purusa-Nya yaitu Parama Úiwa, Sada Úiwa dan Úwa.
Tri Purusha tersebut dipuja di Padmasana Tiga Besakih. Palinggih Padmasana Tiga tersebut merupakan intisari dari padma bhuwana, yang memancarkan
kesucian ke seluruh penjuru dunia. ‘’Karena itu, sumber kesucian tersebut penting terus dijaga, sebagai sumber kehidupan.
Pembangunan Pura Agung Besakih dan Pura-pura Sad Kahyangan lainnya adalah berdasarkan konsepsi Padma Mandala, bunga padma dengan helai
yang berlapis-lapis Catur Lawa dan Astadala. Pura Besakih adalah sari padma mandala atau padma bhuwana. Pura Gelap, Pura Kiduling Kerteg,
Pura Ulun Kulkul dan Pura Batumadeg adalah Catur Lawa. Sedangkan Pura Lempuyang Luhur, Goa Lawah, Andakasa, Luhur Uluwatu, Batukaru, Puncak
Mangu, dan Pura Batur adalah Astadala. Pura-pura tersebut sangat disucikan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pura-pura tersebut pusat kesucian
dan kerahayuan bagi umat Hindu.
Di masing-masing Desa AdatPekraman dan atau Desa Dinas umat sedharma melaksanakan pemujaan ke hadapan Ida Sang Hyang WidhiTuhan Yang
Maha Esa dengan berbagai manifestasi-Nya bertempat di Padmasana yang ada pada Kahyangan Tiga dari Desa yang bersangkutan. Selain itu bagi umat
sedharma yang berdomisili di wilayah tingkat Kecamatan, KabupatenKota dan Provinsi dapat memuja Ida Sang Hyang Widhi WasaTuhan Yang Maha
Esa di Padmasana seperti yang dibangun pada Pura Jagatnhata di tingkat KabupatenKota yang ada di seluruh Indoesia. Dalam posisi
vertikal Tuhan Parama Úiwa, Sada Úiwa dan Úiwa dipuja di Padma Tiga Pura Besakih,
sedangkan dalam posisi horisontal Beliau Berahma, Wisnu dan Siwa dipuja di Pura Kahyangan Tiga masing-masing Desa Pakrama setempat. Demikianlah
TuhanIda Sang Hyang Widhi Wasa dipuja oleh umat sedharma yang ada di KabupatenKota seluruh Indonesia.
Sumber: www.bali-maps.net.
Gambar 6.3 Padmasana Pura Jagadnatha Bali