194 Kelas XII SMA
Semester 1
Mandala artinya “lingkaran.” Ia sesungguhnya bentuk yantra yang paling rumit. Ia berwujud dalam segala bentuk dan sifatnya sangat artisitik. Dalam
agama Hindu, mandala digunakan sebagai alat bantu meditasi. Keindahan dari tempat-tempat suci Pura Hindu terletak dalam jumlah mandala yang
dipahat di batu-batu di dinding Pura. Sebuah mandala terdiri dari satu pusat titik, garis-garis dan lingkaran-lingkaran yang diletakkan secara geometrik di
sekeliling lingkaran. Pusatnya biasanya adalah sebuah titik Bindu. Kita juga dapat melihat mandala di Wihara Buddha. Dibalik setiap mandala terdapat
sejumlah besar pikiran-pikiran. Kadang-kadang melihat sebuah mandala sepertinya kita melihat melalui sebuah kaleidoskop.
Sri Chakra adalah satu dari yantra yang paling kuat dalam ajaran agama Hindu,
yang biasanya digunakan oleh penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan-Nya. Sri
Chakra adalah simbol dari Lalitha aspek dari Ibu Suci. Ia terdiri dari sebuah titik
Bindu pada pusatnya, yang dikelilingi oleh sembilan Trikona, lima dari padanya dengan
puncak menghadap ke bawah dan empat yang lain menghadap ke atas. Interseksi
atau persinggungan dari sembilan segi tiga ini menghasilkan empat puluh tiga segi tiga
secara total. Ini dikelilingi oleh lingkaran konsentris dari delapan daun bunga teratai
dan juga oleh tiga lingkaran konsentris. Akhirnya pada sisi paling luar, ada sebuah segi empat Chaturasra yang dibuat dari tiga garis, garis yang satu
ada di dalam garis yang lain, membuka ditengah-tengahnya masing-masing sisi sebagai empat gerbang.
Mandala dalam konsep Agama Hindu adalah gambaran dari alam
semesta. Secara harafiah mandala berarti “lingkaran.” Mandala ini
terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung
Mahameru, sebuah gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta.
Di dalam Tantrayana mandala juga menggambarkan alam kediaman para
makhluk suci, yang sangat penting
Sumber: http: ruangkumemajangkarya11-07-2012’
Gambar 4.9 Sri Chakra Kurma
Sumber: http:ruangkumemajangkarya11-07-2012
Gambar 4.10 Mandala Konsep Alam Semesta
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 195
bagi ritual atau sadhana Tantra. Saat berlangsungnya sadhana, sadhaka akan menyusun ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi.
Sesungguhnya semua orang diantara kita setiap hari telah menyusun mandalanya masing-masing. Mandala adalah melambangkan cakupan
karya dan medan pemikiran seseorang. Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara cermat. Ini menandakan bahwa dalam berkarya
seseorang hendaknya cermat dan melakukan yang sebaik-baiknya.
3. Doa Mantra
Maharsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai orang yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra
itu kepada umat manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah mantra merupakan bahasa ciptaan yang
pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang
merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh
makna. Bahasa Sansekerta diyakini sebagai bahasa yang langsung barasal dari bahasa yang pertama, sedang bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan
dari bahasa Sansekerta Majumdar, 1916, p.603. Sebagai asal dari bahasa yang benar, merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut
mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa
yang digambarkan di dalam mantra itu Danielou, 1964, 334.
Bentuk abstrak yang dimanifestasikan itu berasal dan diidentikkan dengan para deva
devata. Mantra merupakan sifat alami dari deva-deva dan tidak dapat dipisahkan keduanya itu. Kekuasaan para Deva merupakan satu kesatuan
dengan nama-Nya. Aksara suci dan mantra, yang menjadi kendaraan gaib para deva dapat menghubungkan penyembah dengan devata yang dipuja. Dengan
mantra yang memadai mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya. Mantra, oleh karenanya merupakan kunci yang penting dalam aktivitas ritual
dari semua agama dan juga digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk kekuatan gaib. Pustaka Yamala Tantra menjelaskan sebagai berikut; “sesungguhnya,
tubuh devata muncul dari mantra atau bijamantra”. Masing-masing devata digambarkan dengan sebuah mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang
misterius. Arca dapat disucikan dengan mantra dan arca tersebut menjadi
‘hidup’. Demikianlah kekuatan sebuah mantra yang menghadirkan devata dan masuk ke dalam arca, sebagai jembatan penghubung dunia yang berbeda,
dimana, mantra-mantra sebagai instrumen, sehingga dapat dicapai sesuatu di luar kemampuan logika manusia.
196 Kelas XII SMA
Semester 1
“Sebuah mantra; dinamakan demikian karena membimbing pikiran manana dan hal itu merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan perlindungan
trana dari perpindahan jiwa, dapat dicapai” Pingala Tantra “Disebut sebagai sebuah mantra karena pikiran terlindungi” Mantra Maharnava, dikutip oleh
Devaraja Vidya Vacaspati Sumber: http:ngarayana.web.ugm.ac.id201010 tantra.
Persepsi yang pertama tentang sebuah mantra selalu ditandai sebagai hubungan langsung antara umat manusia dengan deva. Mantra, diperoleh pertama kali
oleh seorang rsi. “karenanya seorang rsi adalah yang pertama merapalkan mantra” Sarvanukramani. Selanjutnya, mantra ditegaskan dengan karakter
matrik irama dihubungkan dengan karakter garis-garis lurus berkaitan denga yantra; kenyataannya ini merujuk kepada sesuatu yang dimiliki oleh mantra.
Mantra menggambarkan devata tertentu yang dipuja dan dipuji; “mantra
itu membicarakan devata” Sarvanukramani. Selanjutnya pula, seseorang melakukan tindakan dan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
mantra itu.
Unsur-unsur bunyi digunakan dalam semua bahasa untuk membentuk “ucapan suku kata” atau
varna-varna yang dibatasi oleh kemampuan alat-alat wicara manusia kecerdasan membedakannya melalui pendengaran. Unsur-unsur ini
adalah umum dalam setiap bahasa, walaupun umumnya bahasa-bahasa itu adalah sebuah bagian dari padanya. Unsur-unsur bunyi dari bahasa sifatnya
sungguh-sungguh permanen, bebas dari evolusi atau perkembangan bahasa, dan dapat diucapkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dan abadi. Kitab-
kitab Tantra melengkapi hal itu sebagai eksistensi yang bebas dan digambarkan sebagai yang hidup, kekuatan kesadaran bunyi, disamakan dengan deva-deva.
Kekuatan dasar dari bunyi mantra berhubugan dengan semua lingkungan dari manifestasinya. Setiap bentuk dijangkau oleh pikiran dan indria yang
seimbang dengan pola-pola bunyi, sebagai sebuah nama yang alami. Dasar mantra satu suku kata disebuat sebagai bijamantra atau
vijamantra benih atau bentuk dasar dari pikiran Danielou, 1964: 335.
Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedang huruf-huruf itu
sebagai perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat,
sesuai dengan
“svara” atau ritme, dan varna atau bunyi. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri, karena itu apabila diterjemahkan ke alam bahasa
lain, mantra itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya itu hanya sekedar kalimat Avalon, 1997: 85.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 197
Mantra itu mungkin jelas dan mungkin pula tidak jelas artinya. Vijra vijaksara
mantra seperti misalnya Aim, Klim, Hrim, tidak mempunyai arti dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka yang sudah menerima inisiasi mantra mengetahui
bahwa artinya itu terkandung dalam perwujudnnya itu sendiri svarupa yang
adalah perwujudan devata yang sedemikian itulah mantra-Nya, dan bahwa vija mantra itu adalah dhvani yang menjadikan semua aksara memiliki bunyi
dan selalu hadir di dalam apa yang diucapkan dan yang didengar, karena itu setiap mantra merupakan perwujudan rupa dari Brahman. Dari manana atau
berpikir didapatkan pengertian terhadap kesejatian yang bersifat Esa, bahwa substansi Brahman dan Brahmanda itu satu dari man yang sama, dan mantra
datang dari suku pertama manana, sedangkan tra berawal dari trana, atau pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi
man dan tra itulah disebut mantra yang dapat memanggil datang matrana catur varga atau empat tujuan dari mahluk-mahluk luhur. Mantra adalah daya
kekuatan yang mendorong, ucapan berkekuatan yang buah dari padanya disebut mantra-siddhi dan karena itu sangat efektif untuk menghasilkan
catur varga, persepsi kesejatian tunggal, dan mukti. Karena itu dikatakan bahwa siddhi merupakan hasil yang pasti dari Japa. Dengan mantra devata
itu dicapai Sadhya. Dengan siddhi yang terkandung di dalam mantra itu terbukalah visi
tri bhuvana. Tujuan dari suatu puja pemujaan, patha pembacaan,
stava himne, homa pengorbanan, dhyana kontemplasi dan dharana konsentrasi serta Samadhi adalah sama. Namun yang terakhir yaitu
diksa mantra, sadhana sakti bekerja bersama-sama dengan mantra. Sakti yang memiliki daya revelasi dan api dengan demikian lalu memiliki kekuatan yang
luar biasa. Mantra khusus yang diterima ketika diinisiasi diksa adalah vija mantra, yang ditabur di dalam tanah nurani seorang sadhaka. Terkait dengan
ajaran tantra seperti sandhya, nyasa, puja dan sebagainya merupakan pohon dari cabang-cabang, daun-daunnya ialah
stuti, vandana bunganya, sedangkan kavaca terdiri atas mantra adalah buahnya Avalon, 1997: 86.
Nitya Tantra menyebutkan berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku
kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut
Vija mantra. Sepuluh sampai dua puluh disebut mantra, dan mantra yang terdiri lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija
diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut
Vija mantra, disebut demikian karena mantra-mantra itu merupakan inti dari sidhhi, dan mantra-mantra Tantrika itu adalah saripatinya mantra.
Mantra-mantra Tantrika pada umumnya pendek, tidak dapat dikupas lagi secara etimologi, seperti misalnya Hrim, Srm, Krim, Hum, Am, Phat dan
sebagainya.