Sumber Hukum Hindu dalam arti Filsafat
78 Kelas XII SMA
Semester 1
Hindu pertama, sebagaimana kitab Manawadharmasastra II.10 menyatakan bahwa; sesungguhnya Sruti adalah Veda, Smrti itu Dharmasastra, keduanya
tidak boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari pada hukum. Selanjutnya mengenai Veda sebagai sumber
hukum utama, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Manawadharmasastra II.6 bahwa; seluruh Veda sumber utama dari pada hukum, kemudian barulah
smrti dan tingkah laku orang-orang baik, kebiasaan dan atmanastuti.
Pengertian Veda sebagai sumber ilmu menyangkut bidang yang sangat luas sehinga Sruti dan Smrti diartikan sebagai Veda dalam tradisi Hindu.
Sedangakan ilmu hukum Hindu itu sendiri telah membatasi arti Veda pada kitab Sruti dan Smrti saja. Kitab-kitab yang tergolong Sruti menurut tradisi
Hindu adalah : Kitab Mantra, Brahmana dan Aranyaka. Kitab Mantra terdiri dari : Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda dan Atharwa Veda.
Smrti merupakan kitab-kitab teknis yang merupakan kodiikasi berbagai masalah yang terdapat di dalam Sruti. Smrti bersifat pengkhususan yang
memuat penjelasan yang bersifat autentik, penafsiran dan penjelasan ini menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu buku yang disebut
Dharmasastra. Dari semua jenis kitab Smrti yang terpenting adalah kitab Dharmasastra, karena kitab inilah yang merupakan kitab Hukum Hindu. Ada
beberapa penulis kitab Dharmasastra antara lain:
1 Manu 2 Apastambha
3 Baudhayana 4 Wasistha
5 Sankha Likhita 6 Yanjawalkya
7 Parasara Dari ketujuh penulis tersebut, Manu yang terbanyak menulis buku dan
dianggap sebagai standar dari penulisan Hukum Hindu itu. Secara tradisional Dharmasastra telah dikelompokkan manjadi empat kelompok menurut
zamannya masing-masing yaitu:
1 Zaman Satya Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Manu. 2 Zaman Treta Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Yajnawalkya.
3 Zaman Dwapara Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Sankha Likhita.
4 Zaman Kali Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Parasara.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 79
Sila berarti tingkah laku, susila berarti tingkah laku orang-orang yang baik atau suci. Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan dan perbuatan yang
suci. Pada umumnya tingkah laku para maharsi dijadikan standar penilaian yang patut ditauladani. Kaidah-kaidah tingkah laku yang baik tersebut tidak
tertulis di dalam Smrti, sehingga sila tidak dapat diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-nilainya dijadikan sebagai
dasar dalam hukum positif.
Sadacara dipandang sebagai sumber hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuno Sadacara disebut dåûta yang berarti kebiasaan. Untuk memahami
pemikiran hukum Sadacara ini, maka hakikat dasar Sadacara adalah penerimaan Drsta sebagai hukum yang telah ada di tempat mana Hindu itu
berkembang. Dengan demikian sifat hukum Hindu adalah leksibel. Atmanastuti artinya rasa puas pada diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran
untuk suatu hukum, karena setiap keputusan atau tingkah laku seseorang mempunyai akibat. Atmanastuti dinilai sangat relatif dan subyektif, oleh karena
itu berdasarkan Manawadharmasastra II.109 dan 115 menjelaskan bahwa; bila memutuskan kaidah-kaidah hukum yang masih diragukan kebenarannya,
keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri dari para ahli dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat menjamin rasa
keadilan dan kepuasan yang menerimanya.
Nibanda merupakan kitab yang berisi kritikan, gubahan-gubahan baru dengan komentar yang memberikan pandangan tertentu terhadap suatu hal yang telah
dibicarakan. Nibanda dijadikan pedoman dalam memberikan deinisi dari suatu hukum atau
tingkah laku sosial antar umat beragama Hindu. Istilah lain Nibanda adalah Bhasya yaitu jenis-jenis rontal yang membahas pandangan tertentu yang telah
ada sebelumnya, dengan demikian Kuttaramanawa, Manusasana, Putrasasana, Rsisasana dan lain-lain, semuanya termasuk ke dalam kelompok Nibandha.
Demikianlah dapat diuraikan secara singkat beberapa sumber hukum Hindu yang diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam mengamati, menanya,
mengumpulkan, menalarmengasosiasi, dan mengomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitarnya.
Latihan:
1. Buatlah ringkasan tentang pelaksanaan hukum Hindu yang ada
di lingkungan sekitar anda, berdasarkan sumber-sumber yang ada di media sosial maupun media pendidikan yang anda ketahui
Kumpulkanlah sesuai ketentuan yang diberikan oleh bapakibu guru yang mengajar di kelas anda