Tri Puruûa Sebagai Manifestasi Sang Hyang Widhi

266 Kelas XII SMA Semester 1 2. Buatlah ringkasan yang berhubungan dengan ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi dalam Agama Hindu, dari berbagai sumber media pendidikan dan sosial yang anda ketahui Tuliskan dan laksanakanlah sesuai dengan petunjuk dari BapakIbu guru yang mengajar di kelas anda 3. Bagaimana caramu untuk mengetahui tentang ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi dalam agama Hindu ? Jelaskan dan tuliskanlah pengalamanmu 4. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha dan upaya untuk memengetahui ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi dalam ajaran Agama Hindu ? Tuliskanlah pengalaman anda 5. Amatilah lingkungan sekitar anda terkait dengan adanya ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi menurut agama Hindu dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu guna mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan Agama Hindu, buatlah catatan seperlunya dan diskusikanlah dengan orang tuamu Apakah yang terjadi? Buatlah narasinya 1 – 3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman – 12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kuarto; 4-3-3-4

D. Bentuk Pemujaan Tri Purusha

Perenungan. “Bhadram icchanta åûayas tapo diksàm upanisedur agre, tato ràstram balam ojaúca jàtam tadasmai devà upasamnamantu. Terjemahan: ‘Para rsi futurelog yang memikirkan tentang kemakmuran bangsa mendapatkan dua faktor, yakni kesetiaan dan pengabdian dedikasi, Dengan menjalankan faktor-faktor itu bangsa ini menjadi kuat dan mulia. Maka dari itu faktor-faktor ini seharusnya dibina Atharvaveda XIX.41.1. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 267 Padmasana. Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih merupakan sarana untuk memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri Purusha yaitu jiwa agung alam semesta. Purusha artinya jiwa atau hidup. Tuhan sebagai jiwa dari Bhur Loka disebut Siwa, sebagai jiwa Bhuwah Loka disebut Sadha Úiwa dan sebagai jiwa dari Swah Loka disebut Swah Loka. Pelinggih Padma Tiga sebagai media pemujaan Sang Hyang Tri Purusha yaitu Siwa, Sadasiwa dan Paramasiwa. Hal ini dinyatakan dalam Piagam Besakih dan juga dalam beberapa sumber lainnya seperti dalam Pustaka Pura Besakih yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali tahun 1988. Pura Besakih adalah merupakan sumber kesucian, tempat pemujaan Tri Purusha. Pura Besakih banyak mengandung ilosoi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung Besakih adalah Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih dijadikan sebagai pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. Pura Besakih juga pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Di Pura Agung Besakih setiap sepuluh tahun sekali dilangsungkan upacara Panca Bali Krama dan setiap seratus tahun diselenggarakan upacara Eka Dasa Rudra. Pura Agung Besakih secara spiritual adalah sumber kesucian dan sumber kerahayuan bagi umat Hindu. Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih sebagai sarana untuk memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri Purusha. Fungsi dan jenis pelinggih Padmasana yang memakai bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih, selain digunakan sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal yaitu Sang Hyang Widhi WasaTuhan Yang Maha Esa. Bangunan yang paling utama di Pura Besakih adalah palinggih Padma Padmasana Tiga. Letaknya di Pura Penataran Agung Besakih. Palinggih tersebut terdiri atas tiga bangunan berbentuk padmasana berdiri di atas satu altar. Perkembangan awal dari Tri Purusha ini disebutkan bahwa ketika Dang Hyang Nirartha pertama kali tiba di Pulau Bali dari Blambangan sekitar tahun caka 1411 atau 1489 M, dan ketika itu Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong, beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu dikembangkan paham Tri Purusha ini. Sumber: http: serbaserbiHindu.blogspot. com 11-07-2013. Gambar 6.5 Padma Tiga Pura Besakih saat Pujawali 268 Kelas XII SMA Semester 1 Bentuk bangunan suci Padma Tiga yang berada di Pura Agung Besakih adalah tempat pemujaan Tri Purusha yakni Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa Tuhan Yang Mahaesa. Piodalan di Padmasana Tiga dilangsungkan setiap Purnama Kapat. Ini terkait dengan tradisi ngapat. Sasih Kapat atau Kartika, merupakan saat-saat bunga bermekaran. Kartika juga berarti penedengan sari. Padmasana tersebut dibangun dalam satu altar atau yoni. Palinggih padmasana merupakan sthana Tuhan Yang Maha Esa. Padmasana berasal dari kata padma dan asana. Padma berarti teratai dan asana berarti tempat duduk atau singgasana. Jadi, padmasana artinya tempat duduk atau singgasana teratai. Tuhan Yang Mahaesa secara simbolis bertahta di atas tempat duduk atau singgasana teratai atau padmasana. Padmasana lambang kesucian dengan astadala atau delapan helai daun bunga teratai. Bali Dwipa atau Pulau Bali dibayangkan oleh para Rsi Hindu zaman dulu sebagai padmasana, tempat duduk Tuhan Siwa, Tuhan Yang Maha Esa dengan asta saktinya delapan kemahakuasaan-Nya yang membentang ke delapan penjuru asta dala Pulau Bali masing-masing dengan Deva penguasanya. Deva Iswara berada di arah Timur, bersemayam di Pura Lempuyang. Brahma di selatan bersemayam di Pura Andakasa. Deva Mahadeva di barat Pura Batukaru, Wisnu di utara Pura Batur, Maheswara di arah tenggara Pura Goa Lawah, Rudra di barat daya Pura Uluwatu, Sangkara di barat laut Pura Puncak Mangu, Sambhu di timur laut Pura Besakih, Siwa bersemayam di tengah, pada altar dari Pura Besakih dengan Tri Purusa-Nya yaitu Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Tri Purusha tersebut dipuja di Padmasana Tiga Besakih. Palinggih Padmasana Tiga tersebut merupakan intisari dari padma bhuwana, yang memancarkan kesucian ke seluruh penjuru dunia. ‘’Karena itu, sumber kesucian tersebut penting terus dijaga, sebagai sumber kehidupan. Pembangunan Pura Agung Besakih dan Pura-pura Sad Kahyangan lainnya adalah berdasarkan konsepsi Padma Mandala, bunga padma dengan helai yang berlapis-lapis Catur Lawa dan Astadala. Pura Besakih adalah sari padma mandala atau padma bhuwana. Pura Gelap, Pura Kiduling Kerteg, Pura Ulun Kulkul dan Pura Batumadeg adalah Catur Lawa. Sedangkan Pura Lempuyang Luhur, Goa Lawah, Andakasa, Luhur Uluwatu, Batukaru, Puncak Mangu, dan Pura Batur adalah Astadala. Pura-pura tersebut sangat disucikan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pura-pura tersebut pusat kesucian dan kerahayuan bagi umat Hindu. Pura Besakih sebagai huluning Bali Rajya, hulunya daerah Bali. Pura Besakih sebagai kepala atau jiwanya Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan letak Pura Besakih di bagian timur laut Pulau Bali. Timur laut adalah arah terbitnya matahari dengan sinarnya sebagai salah satu kekuatan alam ciptaan Tuhan yang menjadi sumber kehidupan di bumi. Pura Besakih juga hulunya berbagai