Brahma Mantra Surya Stava

Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 215 “Pra te yakûi pra ta iyarmi manma bhùvo yathà vandhyo no haveûu, ghanvatriva prapà asi tvagagna iyakûave purave pratna ràjan. Terjemahan: ‘Kepada-Mu kami persembahkan sesajian, kepada-Mu kami panjatkan do’a kami; Engkau adalah ibarat mata air dalam gurun pasir, ya Tuhan Yang Maha Esa Bagi manusia yang menyembah-Mu, oh raja yang abadi Ågveda, X.4.1. Persembahan yang dilakukan dengan ketulusan hati oleh seorang pemuja Tuhan, dapat memberikan kemegahan pada hati yang melakukannya, mengapa kita belum melakukannya? Renungkanlah Nawa Widha Bhakti Bab V 216 Kelas XII SMA Semester 1

A. Ajaran Nawa Widha Bhakti

Perenungan. “Chatur-vidhà bhajante màm, janàh sukritino ‘rjuna, àrto jijñàsur arthàrthi, jnàni cha bharatashabha” Terjemahan: Ada empat macam orang yang baik hati memuja pada Ku, wahai Bharatasabha, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar artha dan yang berbudhi, wahai Arjuna Bhagawadgita, VII.16 Ajaran bhakti dalam Agama Hindu mengajarkan umat manusia untuk bersembah sujud kehadapan yang dihormati ‘Tuhan Yang Maha Esa’ beserta manifestasi dan prabhawa-Nya. Bhakti atau menyembah kepada-Nya dapat dilaksanakan secara abstrak dan juga dengan mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Menyembah Tuhan dalam wujud abstrak dapat dilakukan dengan menanggalkan pikiran kepada yang disembah adalah amat baik namun kesulitan, hambatan, dan tantangan tetap ada, karena Tuhan tanpa wujud, kekal abadi, dan tidak berubah-ubah. Memuja Tuhan dalam wujud nyata seperti yang dilakukan oleh umat kebanyakan ‘yoga biasa’ diperlukan adanya sarana seperti pratima atau arca, umat sedharma akan lebih mudah untuk mewujudkan rasa baktinya, tetapi ini bukan berarti satu-satunya jalan yang terbaik bagi umat semua. Nawa Widha Bhakti adalah salah satu ajaran yang dapat dimaknai dan dipedomani untuk meningkatkan såadha dan bhakti umat sedharma terhadap Tuhan sebagai hamba-Nya. Nawa widha bhakti dapat dimaknai untuk membangun dan menciptakan masyarakat yang berbudi dan individual dalam menciptakan situasi dan kondisi yang damai dan sentosa di tengah-tengah jalinan hubungan sosial yang serasi, selaras dan harmonis. Umat sedharma juga dapat menumbuh-kembangkan kesadaran prinsip hidup bersama yang saling menghargai, menghormati, melayani dan dilayani satu sama yang lainnya dalam satu kesatuan organ-organ sosial sesuai dengan prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, kebajikan dan acara keagamaan yang dianutnya serta aturan-aturan etika, moralitas dan kebajikan yang berlaku untuk umum. Kitab Ågveda menjelaskan sebagai berikut; Sumber: Dok. I N. Mudana, 6 Desember 2014 Gambar 5.1 Sembahyang Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 217 “Yaste stanaá úaúayo yo mayobhür yena viúvàà pusyasi vàryàni, yo ratnadhà vasuvid yaá sudatraá saraswati tam iha dhatave kaá. Terjemahan: ‘Sarasvati air susu-Mu yang berlimpah-limpah sebagai sumber kesejahteraan, yang Engkau berikan kepada semua yang baik, yang mengandung harta benda, mengandung kekayaan, memberikan hadiah yang baik, Susu-Mu Engkau sediakan untuk kehidupan kami Ågveda, I.164.49. Dengan Bhakti Kirthanam yakni bhakti dengan jalan melantunkan Gita nyayian atau kidung suci memuja dan memuji nama suci, keagungan dan kekuasaan Tuhan, umat dapat melaksanakan pemujaan kepada-Nya. Melalui arah vertikal wujud sadhana Bhakti Kirtanam ini di antaranya; dengan jalan berekspresi atau ber-sadhana melalui media gita nyanyian suci atau kidung suci memuji dan memuja keagungan dan kemahakuasaan Tuhan Brahman yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari nitya karma maupun di saat-saat hari-hari tertentu naimitika karma, juga umat sedharma dapat melaksanakan pemujaan kehadapan-Nya. Sedangkan pada arah gerak horizantal yaitu pada konteks kehidupan sosial dengan melakukan Sadhana pelayanan khususnya dalam hal ini adalah Sewaka Dharma Kirthanam. Maksud dari Sewaka Dharma Kirthanam pada konteks sosial ini adalah kesadaran untuk berbesar hati membuka diri dan berbagi dalam memberikan pelayanan yang tulus dengan cara memuji dan memuja sesama dan lingkungan ini. Sehingga terjadi keseimbangan arah yang menyerupai tanda tambah tapak dara bhs.Bali” arah garis vertikal dan arah garis horizontal” yang mengisyaratkan terjadinya keseimbangan antara hubungan vertical dan horizontal. Diskusikanlah sloka berikut di bawah ini “Sameta viúvà ojasà patim divo ya eka id bhür atithirjànàý, sa pürvyo nutanam àjigoûan tam vartanor anu vavåta eka it. Terjemahan: ‘Berkumpullah wahai engkau semua, dengan kekuatan jiwa menuju Tuhan Yang Maha Esa, tamu seluruh umat manusia, Yang Abadi yang kini akan datang, semua jalan menuju kepada-Nya Samaveda 218 Kelas XII SMA Semester 1 Ajaran Sewaka Dharma Kirthanam ini diyakini mengandung pesan dan perintah yang harus ditindak lanjuti sebagai tanggung jawab moral untuk dilaksanakan dalam konteks kehidupan sosial seperti tersebut di atas. Hal ini diperkuat oleh dasar keimanan Hindu yaitu konsep teologi Brahmavidya dalam Hindu, yang paling universal seperti “Sarwam Khalu Idam Brahman”, “Vasudeva Kuntum Bhakam”, “Tat Tvam Asi” Chand. Up VI. 8. 7, dan sebagainya. Semua pesan moral dari ajaran Nawa widha bhakti mengandung konsep teologi kasih semesta. Dasar keimanan dalam kitab suci Veda yang memperkuat ajaran ini menyatakan “bahwa semua yang ada dan yang nyata di dunia ini adalah perwujudan Tuhan dan ada dalam kandungan Tuhan Brahman baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, yang nyata maupun yang tidak nyata berasal dari dan di kendalikan oleh Tuhan’. Maka berdasarkan konsep teologi Hindu ini, yang selanjutnya di arahkan pada konteks sosial dapat dimaknai bahwa konsep ajaran Bhakti Kirthanam sesungguhnya juga mengadung konsep teologi sosial yaitu sebuah ajaran teologi Hindu yang mengacu kepada kebijaksanaan sosial dengan kesadaran menempatkan spirit Ketuhanan dalam kehidupan sosial dan kesadaran prinsip hidup bersama yang saling menghargai, menghormati, melayani dan dilayani satu sama yang lainnya dalam satu kesatuan organ- organ sosial berlandaskan prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan acara keagamaan yang dianutnya serta aturan-aturan etika, moralitas dan kebajikan yang berlaku untuk umum. Namun jangan dianggap bahwa konsep ajaran ini sebagai sesuatu konsep keyakinan yang menyangsikan kekuatan Tuhan atau ke-Esaan Tuhan. Melainkan konsep Sewaka Dharma Bhakti Kirthanam dalam konteks sosial yang dimaksud pada buku ini adalah bagaimana masyarakat manusia memberikan pelayanan yang tulus dengan cara memuji dan memuja terhadap sesamanya dalam wujud memberikan pujian, pengakuan, penghargaan, penghormatan, baik itu pada ranah pemikiran, perkataan, sikap dan perilaku. Kesadaran menempatkan spirit Ketuhanan dalam kehidupan sosial sangat dibutuhkan dewasa ini, karena sifat teologi konvensional atau materialistis yang menitik beratkan kemampuan individu dengan segala macam ritualnya sangat membutuhkan kebijaksanaan sosial untuk menyeimbangkan dan menyempurnakannya. Hal ini juga dipandang sangat penting karena kemampuan individu ternyata belum mampu membangkitkan kesadaran Sumber: http:unikahidha.ub.ac.id20120711 Gambar 5.2 Sembahyang