Tantangan dan Hambatan Dalam Mencapai Moksa Sesuai Dengan Zamannya “Globalisasi”
26 Kelas XII SMA
Semester 1
diri kepada Sang Pencipta guna memohon keteduhan dalam hidup ini.
Datanglah ke Pura tempat suci untuk melakukan aktivitas keagamaan dengan tulus. Walaupun disibukkan dengan kegiatan duniawi akan tetapi
jangan pernah lupa mengimbanginya dengan kegiatan spiritual.
3. Jauhkan dan hindarkanlah diri dari tindakan tidak terpuji.
Tindakan manusia terpuji adalah menjauhkan diri dari kebodohan Punggung, iri hati
Irsya, dan marah Krodha serta sifat-sifat negatif yang lainnya seperti ‘mabuk, berjudi, bermain wanita, dan bertindak
anarkis’ karena dapat mengantarkan seseorang menjadi insan yang nista.
Manusia sepatutnya selalu berusaha untuk menjadi insan yang terpuji, sebab pada dasarnya setiap kelahiran manusia adalah baik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan diberikannya berbagai macam predikat kepada manusia, seperti; manusia adalah makhluk: individu, berpikir, religius, sosial, berbudaya dan
yang lainnya, Wigama dkk, 1995:204.
Semestinya kita patut bersyukur dilahirkan hidup menjadi manusia, karena hanya yang menjadi manusia saja yang dapat berbuat baik atau melebur
perbuatan yang buruk menjadi baik. Kitab suci Veda menjelaskan sebagai berikut;
“Mànusah sarvabhùteûu varttate vai ûubhàúubhe,
aúubheûu samaviûþam úubhesvevàvakàrayet.
Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wënang gumawayaken ikang subhasubhakarma, kuneng panëntasakëna ring úubhakarma juga
ikangaúubhakarma phalaning dadi wwang”.
Terjemahan:
Di antara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke
dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu; demikianlah gunanya phalanya menjadi manusia,
Sarasamuçcaya, 2. “Iyam hi yonih prathamà
yonih pràpya jagatipate, àtmànam ûakyate tràtum karmabhih
úubhalakûaóaih.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 27
Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wënang ya tumulung awaknya sangkeng sangsàra, makasàdhanang úubhakarma,
hinganing kottamaning dadi wwang ika”.
Terjemahan:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara lahir dan
mati berulang-ulang dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia,
Sarasamuçcaya, 4.
Sebagai akibat dari kemampuan untuk memilih yang dimiliki oleh manusia, mengakibatkan manusia dapat meningkatkan kehidupannya dari yang kurang
baik menjadi lebih baik, dan akhirnya sampai manusia dinyatakan memiliki kedudukan yang paling tinggi istimewa dari semua makhluk yang ada.
Meskipun demikian bukan berarti pula manusia akan terlepas sama sekali dari perbuatan-perbuatannya yang kurang baik.
Secara kodrati kelahiran manusia dilengkapi dengan: sifat tri guna yakni tiga sifat utama sattwam; ketenangan, rajas; dinamis, dan tamas; lamban. Ketiga
sifat utama ini hendaknya terjaga keseimbangannya untuk tidak menjadi memicu tumbuh dan berkembangnya sad ripu yaitu enam musuh utama yang
ada pada setiap manusia, yang terdiri dari:
kāma; nafsu, lobha; tamak, krodha; kemarahan, mada; kemabukan, moha; kebingungan, matsarya; iri-hati.
“Yo durlabhataram pràpya mànusyam lobhato narah,
dharmàvamantà kàmàtma bhavet sakalavañcitah”.
Hana pwa tumënung dadi wwang, wimukha ring dharmasadhana, jënëk ring arthakàma arah, lobhambëknya, ya ika kabañcana ngaranya.
Terjemahan:
Bila ada orang berkesempatan menjadi orang manusia, ingkar akan pelaksanaan dharma; sebaliknya amat suka ia mengejar harta dan kepuasan
nafsu dan berhati tamak; orang itu disebut kesasar, tersesat dari jalan yang benar
Sarasamuçcaya, 9 .
Dalam hidup dan kehidupan ini manusia dihadapkan pada banyak faktor kemungkinan untuk menjadi kurang baik. Kemungkinan yang dimaksud
seperti; kebodohan, kemiskinan, dan kemelaratan yang disebabkan oleh karena
28 Kelas XII SMA
Semester 1
kelelahan, lingkungan yang kurang bersahabat, dan juga karena keinginan yang tidak terkendali. Semuanya itu mengantarkan manusia dapat diliputi
oleh kegelapan awidyatimira dan kebingungan.
Disebutkan ada 7 tujuh macam sifat manusia secara kodrati dapat mengantarkan hidup manusia menjadi awidya, gelap, suram, timira yang
dikenal dengan istilah “sapta timira”. Yang disebut sapta timira antara lain; surupa; ketampanankecantikan, dana; kekayaan, guna; kepandaian, kulina;
kebangsawanan, yowana; keremajaan, sura; minuman keras, dan kasuran; kemenangan. Ketujuh unsursifat alami itulah yang mengantarkan manusia
menjadi awidya atau gelap sebagai akibat dari kebodohannya. “Ajñànaprabhavam hidaý
yadduhkhamupalabhyate, lobhàdeva tad ajñànam
ajñàna lobha eva ca. Apan ikang sujhaduhkha kabhukti, punggung sangkanika, ikang punggung,
kalobhan sangkanika, ikang kalobhan, punggung sangkanika matangnyan punggung sangkaning sangsàra.
Terjemahan:
Sebab suka duka yang dialami, pangkalnya adalah kebodohan; kebodohan ditimbulkan oleh lobha, sedang lobha keinginan hati itu kebodohan asalnya;
oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan itu Sarasamuçcaya,
400 .
Tujuh macam sifat awidya atau kegelapan yang ada pada manusia apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai-macam tindakan
kejam. Disebutkan manusia memiliki enam peluang untuk bertindak kejam apabila keberadaan sapta timira tidak terkendalikan. Enam tindakan kejam
itu disebut dengan istilah sad atatayi, yang terdiri dari:
agnidā; membakar, wisada; meracun, atharwa; mensihir, çastraghna; mengamuk, dharatikrama;
memperkosa, rajapisuna ; memitnah.
Menjadi pekerja aktif dengan jabatan sebagai atasan kurang memungkinkan untuk melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan oleh berbagai macam
aktivitas kantor. Perilaku seseorang kadang menyimpang dari dharma akibat tugas yang diberikan oleh majikan untuk mengambil keputusan sesuai
dengan kebutuhan atasan pihak manajemen. Biasanya pada saat menjabat semestinya seseorang dapat memanfaatkan kesempatan untuk menegakkan
dharma. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan seharusnya menguntungkan masyarakat banyak.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 29
Terkadang banyak orang yang kurang sabar dalam mengumpulkan harta dari pekerjaan yang ditekuninya, seperti dengan mengambil jalan pintas
melakukan korupsi, kolusi, nepotisme KKN. Berdasarkan dharma, dalam mengumpulkan harta tidak harus dengan korupsi. Tidak sedikit orang
menjadi kaya tanpa korupsi, karena mereka berusaha dengan profesional dan hasil usahanya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak seperti
dengan mendirikan yayasan untuk orang yang tidak mampu fakir miskin atau mendirikan sekolah yang dapat menunjang pendidikan demi masa depan
anak-anak bangsa ini.
Sikap dan perilaku yang diwujudkan oleh seseorang seperti tersebut di atas mendirikan yayasan fakir miskin berarti yang bersangkutan telah mampu
membangun spiritualnya dan sekaligus dapat mengendalikan sifat-sifat awidya yang dimilikinya. Agar manusia tidak terjerumus ke penderitaan sebagai akibat
dari kebodohan, dan kegelapannya di tengah-tengah arus globalisasi yang serba terbuka maka ia berkewajiban untuk meningkatkan kecerdasan intelektual dan
religiusnya. Umat sedharma hendaknya selalu dapat meningkatkan diri untuk belajar, menumbuh kembangkan kebijaksanaannya, memohon tuntunan-Nya
untuk berlatih berpikir jernih, berketetapan hati, dan selalu bersikap baik “dharma” serta sikap positif yang lainnya. Dengan demikian umat sedharma
akan selalu tenang, sabar, dan penuh kedamaian dalam mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agamanya.
Untuk mencapai moksa seseorang dapat memilih salah satu diantara Catur Marga Yoga. Apakah melalui Jnana Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Bakti
Marga Yoga dan Raja Marga Yoga, diharapkan dapat disesuaikan dengan kemampuan serta bidang yang digeluti saat ini. Pada saat perang Berata
Yuda sudah berakhir, dimana kemenangan berada dipihak Pandawa, semua musuh-musuhnya sudah kalah perang tinggal Pendawa yang hidup. Yudistira
sebagai pemimpin Pandawa memutuskan pergi kehutan untuk mengasingkan diri dengan maksud mendekatkan diri kehadapan Hyang Widhi Wasa dengan
mengikuti ajaran Raja Marga Yoga sebagai salah satu bagian dari Catur Marga Yoga. Arjuna sebagai orang yang bijaksana yang mempunyai visi
dan misi jauh kedepan menganjurkan kepada Prabu Yudistira agar kembali untuk memimpin kerajaan. Untuk mencapai moksa tidak harus pergi ke hutan
bersemadi atau beryoga, di dalam kerajaan pun dengan berbuat baik dan menegakkan kebenaran “dharma” moksa dapat dicapai.
“Kamarthau lipsamànastu dharmmamevàditaûcaret,
na hi dharmmàdapetyarthah kàmo vapi kadàcana”.
30 Kelas XII SMA
Semester 1
Yan paramarthanya, yan arthakàma sàdhyan, dharma juga lëkasakëna rumuhun, niyata katëmwaning arthakàma mëne tan paramàrtha wi
katemwaning arthakàma deninganasar sakeng dharma.
Terjemahan:
Pada hakikatnya, jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dahulu; tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh
artha dan kama itu nanti; tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma
Sarasamuçcaya, 12 .
Keterikatan adalah moha, kebebasan adalah moksa. Selama kita masih awidya dan terikat oleh hal-hal duniawi maka, moksa sangat sulit untuk tercapai.
Kesulitan untuk melepaskan keterikatan itu, dapat diatasi dengan latihan- latihan secara rutin. Untuk mengendalikan Sad Ripu tidak mudah, karena
membutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita sendiri, dan evaluasi diri sejauh mana telah dilakukan
latihan-latihan kearah pengendalian diri yang dimaksud. Melaksanakan ajaran Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang tangguh,
tidak mudah menyerah, dan harus mengetahui kemampuan yang dimiliki. Seseorang sebaiknya harus mengetahui bakat yang dikaruniakan oleh Hyang
Widhi Wasa kepadanya, sehingga dalam melaksanakannya sesedikit mungkin mendapat halangan atau kendala. Dengan demikian dalam waktu yang relatif
singkat kita sudah dapat melakukannya mendekati sempurna walaupun belum mencapai moksa tetapi sudah dirasakan hasilnya.
Moksa merupakan sraddha yang ke lima dari Panca Sraddha sebagai dasar keyakinan bagi umat Hindu. Percaya dengan adanya moksa berarti meyakini
bahwa kebahagiaan itu ada, terjadi, dan dapat dicapai oleh setiap umat Hindu. Moksa merupakan tujuan hidup tertinggi dari umat Hindu. Kebahagiaan
yang sejati ini baru akan dapat tercapai oleh seseorang bila ia telah dapat menyatukan jiwanya dengan Tuhan. Penyatuan Jiwa dengan Tuhan itu baru
akan didapat bila ia telah melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian pada dirinya. Keterikatan yang melekat pada diri kita itulah yang dinamakan maya
atau kepalsuan. Maya dalam Agama Hindu juga dinamakan sakti, prakrti, kekuatan dan pradhana. Maya selalu mengalami perubahan yang pada
hakikatnya tidak ada. Keberadaannya semata-mata disebabkan oleh adanya hubungan indria dengan objek duniawi ini. Keterikatan akan kekuatan maya
atau kepalsuan duniawi merupakan hambatan bagi umat sedharma untuk mewujudkan ‘moksa’.
Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 31
Latihan:
1. Mengapa “moksa” dinyatakan sulit dapat diwujudkan dalam
kehidupan ini? 2.
Hambatan apa sajakah yang anda alami untuk dapat mewujudkan moksa itu? Diskusikanlah dengan Kelompok, teman sebangku
atau yang lainnya di kelas Laporkanlah hasil diskusi anda
3. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha
dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini “moksa”? Tuliskanlah pengalaman anda
4. Bila seseorang berkeinginan untuk mencapai moksa tanpa
mengikuti tahapan-tahapannya, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1 – 3 halaman diketik dengan huruf Times
New Roman – 12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kuarto; 4-3-3-4