Sloka kitab suci yang menjelaskan sumber Hukum Hindu

82 Kelas XII SMA Semester 1 “Ahaý gåbhóàmi manasà manàýsi mama cittam anu cittebhir eta. mama vaseûu hrdayàni vah krnomi, mama yàtam anuvartmàna eta”. Terjemahan: “Wahai para prajurit, Aku pegang samakan pikiranmu dengan pemikiran- Ku. Semoga anda semua mengikuti aku menyesuaikan pikiran mu dengan pikiran-ku. Aku tawan hatimu. Temanilah aku dengan mengikuti jalan-Ku, Atharvaveda, VI.94.2. Veda merupakan karunia ibu Saraswati, dan orang-orang yang mempelajari serta mengamalkannya dengan keyakinan yang mantap akan terpenuhi keinginannya. Mantra-mantra Veda mengandung kekuatan kedevataan dan sabda suci ini hendaknya diajarkan kepada semua orang dalam profesi apapun di masyarakat bahkan orang-orang asingpun tidak tertutup untuk mempelajari kitab suci Veda, ajarannya bersifat abadi memberikan perlindungan kepada umatnya. Selanjutnya kitab smrti menjelaskan sebagai berikut; “Kàmàtmatà na praúasta na caiwe hàstya kàmatà, kàmyo hi wedàdhigamaá karmayogasca waidikaá” Terjemahan: Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan-keinginan itu bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda Manawa Dharmasastra, II.2. “Teûu samyag vartta màno gacchatya maralokatàm, yathà samkalpitàýúceha sarwan kaman samaúnute” Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 83 Terjemahan: Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur dengan cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh semua keinginan yang ia mungkin inginkan Manawa Dharmasastra, II.5. “Yo’ varnanyeta te mùle hetu úàstràúrayad dvijaá, sa sàdhubhir bahiûkàryo nàstiko vedanindakaá”. Terjemahan: Setiap dwijati yang menggantikan dengan lembaga dialektika dan dengan memandang rendah kedua sumber hukum Sruti dan Smrti harus dijauhkan dari orang-orang bijak sebagai seorang atheis dan yang menentang Veda Manawa Dharmasastra, II.11. “Kitrúaá sisyo ‘dhyàpya ityàha; àcàrya putrah úuúrusur jnànado dharmika úuciá, àptaá úakto rthadaá sàdhuá svo ‘dhyàpyo daúa dharmataá”. Terjemahan: Menurut hukum suci, kesepuluh macam orang-orang berikutnya adalah putra guru yaitu ia yang berniat melakukan pengabdiannya, ia yang memberikan pengetahuan, orang yang sepenuh hatinya mentaati UU, orang yang suci, orang yang berhubungan karena perkawinan atau persaudaraan orang yang memiliki kemampuan rohani, orang yang menghadiahkan uang, orang yang jujur dan keluarga mereka dapat mempelajari Veda Manawa Dharmasastra, II.109. 84 Kelas XII SMA Semester 1 “Yam eva tu úuciý vidyàm niyataý brahmacàrinam, tasmai màý brùhi vipràya nidhipàyà pramàdine”. Terjemahan: Tetapi serahkanlah saya kepada seorang brahmana yang anda ketahui pasti bahwa ia orang yang sudah suci, yang bisa mengendalikan panca indranya, berbudi baik dan tekun Manawa Dharmasastra, II.115. “Pitådeva manuûyànàm Vedaú cakûuá sanàtanam, aúakyaý càprameyaý ca vedaúàstram iti sthitiá”. Terjemahan: Veda adalah mata yang abadi dari para leluhur, Deva-Deva, dan manusia; peraturan-peraturan dalam Veda sukar dipahami manusia dan itu adalah kenyataan yang pasti Manawa Dharmasastra, XII.94. “Ya veda vàhyà småtayo yàs ca kàs ca kudåûþayaá, sarvàsta niûphalàá pretya tamo niûþhà hi tà småtàá” Terjemahan: Semua tradisi dan sistem keilsafatan yang tidak bersumber pada Veda tidak akan memberi pahala kelak sesudah mati karena dinyatakan bersumber dari kegelapan Manawa Dharmasastra, XII.95. “Utpadyànte cyavante ca yànyato ‘nyàni kànicit, tànyarvakalika tayà niûphalànya nåtàni ca”. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 85 Terjemahan: Semua ajaran yang timbul, yang menyimpang dari Veda segera akan musnah, tidak berharga dan palsu karena tak berpahala Manawa Dharmasastra, XII. 96. “Vibhartti sarva bhùtàni veda úàstraý sanàtanam, tasmàd etat param manye yajjantorasya sàdhanam”. Terjemahan: Ajaran Veda menyangga semua makhluk ciptaan ini, karena itu saya berpendapat, itu harus dijunjung tinggi sebagai jalan menuju kebahagiaan semua insan Manawa Dharmasastra, XII. 99. “Senàpatyaý ca ràjyaý ca daóða netåtwam eva ca, sarva lokàdhipatyaý ca veda úàstravid arhati”. Terjemahan: Panglima angkatan bersenjata, Pejabat pemerintah, Pejabat pengadilan dan penguasa atas semua dunia ini hanya layak kalau mengenal ilmu Veda itu Manawa Dharmasastra, XII.100. “Doûair etaiá kula-ghnànàý varna-saókara-kàrakaih, utsàdyante jàti-dharmàá kula-dharmàú ca úàúvatàá”. Terjemahan: Karena dosa dan kehancuran keluarga ini membawa keruntuhan bagi hukum golongan varna dharma, kebiasaan keluarga dan hukum keluarga hancur untuk selama-lamanya, Bhagawadgìtà, I.43. 86 Kelas XII SMA Semester 1 “Atha cet tvam imaý dharmyaý saògràmaý na kariûyasi, tatah sva-dharmaý kirtiý ca hitvà pàpam avàpsyasi”. Terjemahan: Akhirnya bila engkau tidak berperang, sebagaimana kewajiban, dengan meninggalkan kewajiban dan kehormatan, maka penderitaanlah yang akan kau peroleh, Bhagawadgìtà, II.33. “Yadà yadà hi dharmasya glànir bhavati bhàrata, abhyutthànam adharmasya tadàtmànam srjàmy aham”. Terjemahan: Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaannya dan tirani hendak merajalela, wahai arjuna, saat itu aku ciptakan diriku sendiri, Bhagawadgìtà, IV.7. “Paritràóàya sàdhànàý vinàsàya ca duûkrtàm, dharma-saýsthàpanàrthaya sambhavàmi yuge-yuge”. Terjemahan: Untuk melindungi orang-orang baik dan untuk memusnahkan orang-orang jahat, Aku lahir ke dunia dari masa ke masa, untuk menegakkan dharma, Bhagawadgìtà, IV.8. “Kûipram bhavati dharmàtmà úaúvac-chàntiý nigacchati, kaunteya pratijànihi na me bhaktaá pranaúyati”. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 87 Terjemahan: Dengan segera ia menjadi orang benar dan mencapai kedamaian yang kekal abadi; ketahuilah, wahai Arjuna, para pemuja-Ku pasti tak akan memusnahkan, Bhagawadgìtà, IX.31. “Çrutyuktaá paramo dharmas- tathà smrti gato ‘parah, çistàcàrah parah proktasrayo dharmàá sanàtanàá. Kunang kengetakena, sasing kajar de sang hyang çruti dharma ngaranika, sakajar de sang hyang smrti kuneng dharma ta ngaranika, çistacara kunang, acaranika sang çista, dharma ngaranika, sista ngaran sang hyang satyawadi, sang apta, sang patisthan, sang panadahan upa deça sangksepa ika katiga, dharma ngaranira. Terjemahan: Adapun yang patut untuk diingat-ingat, semua apa yang diajarkan oleh Çruti disebut dharma, semua yang diajarkan oleh Smrti pun dharma namanya, demikian pula tingkah laku orang çista disebut dharma, yang disebut çista adalah yang berkata-kata benar, orang yang dapat dipercaya, orang yang menjadi tempat pensucian, orang yang menjadi tempat menerima ajaran kerohanian, singkatnya ketiganya itu, dharma namanya, Sarasamuçcaya, 40. “Çruyatàm dharmasàswam çrutwà çaiwopadhàryatàm, atmanah pratikùlani na paresàm samàcara. Matangnyan rengo sarwadàya, paramàrtha ning sinangguh dharma telas rinengonta çupwanantà ta ri hati, ikang kadi ling mami ngùni wih, sasing tak kahyun yàwakta, yatika tanulahakenanta ring len. Terjemahan: Karena itu dengarkanlah segala upaya, makna yang dianggap dharma, setelah engkau mendengarnya, camkan itu baik-baik di hati, sebagai mana yang telah saya katakan sebelumnya, segala sesuatu yang tidak berkenan di hatimu, yang itu janganlah hendaknya engkau lakukan kepada orang lain, Sarasamuçcaya, 44. 88 Kelas XII SMA Semester 1 “Dharmaçcennàwasideta kapàlenàpi jiwataá, àdhyo smityawagantawyam dharma wittà hi sadhawaá”. Yadyapin atyanta daridra keta ngwang, mahuripa ta dening tasyan, yan langgeng apageh ring dharmàprawrtti, hidepen ta sugih jugàwakta, apan anghing dharmaprawrtti, màs manik sang sàdhu ngaranira, yatika prihen arjanan, yatika ling mami màs manik tan kena ring corahhayàdi. Terjemahan: Walaupun sangat miskin dan hidup dari hasil meminta-minta, jika tetap teguh dalam menjalankan dharma, anggaplah dirimu kaya juga, sebab perbuatan dharma itulah merupakan artha kekayaan orang yang saleh, yang itu supaya diusahakan, yang itu yang kukatakan harta kekayaan yang tak dapat dicuri, dirampas dan sebagainya, Sarasamuçcaya, 50. “Dharmamàçarato wrttiryadi nopagamisyati, na nama kin çilochàmbu çàkàdyapi wipatsyate”. Lawan ling mami, ika sang kewala tumungkulanang dharma-prawrtti, tàtan penemwa upajìwananira, apa matangnya tar polih angasag, gagan, wwai, lwirning sulabha takwanani harakanira. Terjemahan: Lagi pula kata ku, orang yang tekun melaksanakan dharma, tidak akan tidak memperoleh penghidupannya, apa sebabnya tidak mendapatkan makanan, sayur-sayuran, air, segala macam itu seakan-akan menawarkan dirinya untuk menjadi makanannya, Sarasamuçcaya, 51. Dharma “hukum” hendaknya dipedomani dan dilaksanakan dengan sungguh- sungguh dalam pengabdian hidup ini guna mewujudkan hidup yang sejahtera dan bahagia. Demikian hendaknya perbuatan kita dalam keseharian, betapapun sibuknya dalam melaksanakan dharma. Usahakanlah sebagai sambilan mencari harta dalam kesibukan hidup ini. Bagaikan sepasang sapi yang menyandang bajak di belakangnya, mengelilingi sawah disambilkan juga mencabut rumput yang dekat padanya sehingga menjadi senang. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 89 Latihan: 1. Buatlah ringkasan tentang materi yang berhubungan dengan sloka-sloka kitab suci veda sebagai sumber hukum Hindu yang ada di lingkungan sekitar anda presentasikan di depan kelas, kumpulkan hasilnya dan atau laksanakan petunjuk sesuai ketentuan yang diberikan oleh BapakIbu guru yang mengajar di kelas anda 2. Setelah membaca dan melantunkan beberapa teks sloka kitab suci yang berhubungan dengan sumber hukum Hindu yang ada dan tersedia, bagaimana pandangan anda tentang sumber hukum Hindu? tuliskan, paparkan dan jelaskanlah 3. Sloka kitab suci sebagai sumber hukum Hindu yang manakah yang sedang diterapkan atau berlaku di sekitar lingkungan masyarakat anda? Amati dan buatlah catatan seperlunya yang berhubungan dengan hal itu Hasil pengamatan dan pencatatan yang anda lakukan, diskusikanlah dengan orang tua mu, selanjutnya buatlah laporannya sesuai dengan petunjuk membuat laporan, batas waktu pengumpulan laporan dan manfaat pembuatan laporan sebagaimana ditentukan oleh BapakIbu guru yang mengajar di kelas mu 4. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha dan upaya-mu memahami dan mempedomani tentang sloka-sloka kitab suci Hindu, sebagai sumber hukum Hindu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bermasyarakat? Tuliskanlah pengalaman anda 5. Bila seseorang selalu mempedomani dan melaksanakan makna yang terdapat dalam sloka kitab suci yang berhubungan dengan hukum Hindu, dalam pengabdian hidupnya atau mengabaikannya, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1 – 3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman – 12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kuarto; 4-3-3-4 90 Kelas XII SMA Semester 1

D. Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya, Adat- istiadat, dan Kearifan Daerah Setempat.

Perenungan. “Ye tu dharmasùyante bhuddhimohànwita janàh, apathà gacchatàm tesàm- anuyàtàpi pidyate”. Mwang ikang wwang nindà ring dharmaprawrtti, dening punggungya, jenek ta ya ring adharmaprawrtti, ikang manùtnùt iriya tuwi, niyata pamangguhanya lara. Terjemahan: Lagi pula orang yang merendahkan perbuatan dharma, karena angkuhnya, serta tetap melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dharma dan juga yang mengikutinya, niscaya akan mendapatkan penderitaan, Sarasamuçcaya, 47. Agama Hindu disebut-sebut sebagai agama yang tertua di dunia, bagaimana hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan kearifan daerah setempat di Indonesia? Diskusikanlah Hukum Hindu adalah hukum agama dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagai hukum agama, hukum Hindu dapat disejajarkan atau disamakan dengan hukum yang lainnya yang berlaku di wilayah tertentu dimana umat sedharma berada, dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagai hukum agama, hukum Hindu disamakan pengertiannya dengan dharma yang bersumber pada Rta. Agama merupakan norma atau kaidah-kaidah moral yang bersumber langsung dari wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dari sini tampak ada usaha untuk mengaitkan nilai-nilai agama dengan praktik kehidupan, misalnya nilai agama itu telah ditranformasikan ke dalam norma-norma sosial yang mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. Hubungan yang demikian tidak terlalu sulit mencari, karena Agama Hindu memperlihatkan gejala yang multi-kompleks sebagai pandangan hidup yang menyeluruh dan terpadu. John L. Esposito ketika memberi kata pendahuluan pada buku” Agama dan Perubahan Sosiopolitik”, hanya melihat hubungaan agama pada dua dimensi, yakni dikatakan : agama mempunyai suatu hubungan yang integral dan organik dengan politik dan masyarakat. Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 91 Mengacu pada tujuan hidup manusia menurut pandangan Agama Hindu, yaitu Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma, maka sebenarnya tradisi Hindu menawarkan suatu sistem normatif di mana agama adalah integral dengan semua aspek kehidupan umat manusia, baik politik, sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, keluarga dan lain sebagainya. Keseluruhan aspek kehidupan tersebut tercakup dalam pengertian “kekinian” dan “keakanan” yang bersifat kesurgaan. Soedjatmoko, 1979:25. Pada gejala umum yang terjadi di Bali yakni keterkaitan agama dengan adat, adalah bukti adanya pertautan agama dengan salah satu aspek kehidupan manusia. Tjokorde Raka Dherana mengatakan, agama dan adat terjalin erat satu dengan yang lainnya, saling pengaruh-mempengaruhi. Karenanya pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan tempat yang telah dan sedang berlaku. Penyesuaian yang dimaksud di mana bersifat membenarkan dan memperkuat adat setempat sehingga menjadikan kemudian suatu “adat Agama” yaitu suatu penyelenggaraan agama yang disesuaikan dengan adat setempat Dherana, 1984:18. Pembuktian adanya pengaruh hukum Hindu menjiwai hukum adat telah terbukti sejak berdirinya kerajaan Hindu di Indonesia. Penguatan ini diberikan oleh Gde Pudja ketika membahas dimulainya pertumbuhan hukum Hindu. Pudja mengatakan, bagian-bagian dari ajaran-ajaran Hindu dan pasal-pasal dalam Dharmasastra telah disesuaikan dan dipergunakan sebagai hukum pada masa kerajaan Hindu di Indonesia. Bahkan bukan pada masa kerajaan Hindu saja, karena secara tidak disadari bahwa hukum itu masih tetap berlaku dan berpengaruh pula dalam hukum positif di Indonesia melalui bentuk-bentuk hukum adat. Bentuk acara Hukum dan kehidupan hukum Hindu yang paling nyata terasa sangat berpengaruh adalah bentuk hukum adat di Bali dan lombok, sebagai hukum yang berlaku hanya bagi golongan Hindu semata-mata Pudja, 1977:34. Dalam berbagai penelitian dan penulisan Hukum Adat, baik dalam bidang hukum pidana, dalam bidang hukum perdata terutama hukum waris, hukum kekeluargaan dan perkawinan yang dikatakan hukum adat, semuanya ternyata hukum Hindu. Baik pengertian, istilah-istilah yang dipakai maupun dasar ilosoinya delapan belas titel hukum atau astadasa wyawahara, pembagian 12 jenis anak, berbagai jenis pidana adat seperti brahmantia, wakparusia, sahasa dan sebaginya. Semuanya merupakan hukum agama, ini berarti hukum Adat sebagian besar adalah hukum agama, yakni hukum adat itu sebagian besar adalah hukum agama Hindu Pudja, 1997:34-35. Dalam prakteknya di tengah masyarakat memang tampak gejala yang bertautan antara hukum Hindu dengan Hukum Adat. Kitab-kitab Hukum Hindu dalam bentuk kompilasi seperti; Adigama, Agama, Kutaragama, Purwadigama dan 92 Kelas XII SMA Semester 1 Kutara Manawa, memang amat sering dijadikan sumber penyusunan Hukum Adat. Hanya transfer ke dalam Hukum Adat tidak dilakukan sepenuhnya, karena tidak semua materi dalam hukum Hindu tersebut sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini para tetua adat sangat berperan sebagai tokoh yang bertugas khusus menyaring nilai-nilai hukum Hindu untuk diselaraskan kebutuhannya sesuai dengan sistem sosial yang berkembang di lingkungan sekitarnya. Hukum adat menduduki orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam suatu lingkungan budaya tertentu, yakni lingkungan masyarakat adat yang mendukungnya. Konsekuensi dari peran yang dominan itu menjadikan hukum Adat semakin mengakar dan melembaga dalam interaksi sosial masyarakatnya, dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat terhadap Hukum Adat tersebut tidak dapat dibantahkan. Konsekuensi lainnya adalah membawa akibat yang sangat fatal, di mana mulai muncul tokoh-tokoh hukum adat yang tidak lagi menerima anggapan bahwa hukum adat bersumber kepada hukum Hindu, berkesempatan mengemukakan hasil penelitiannya. Gde Pudja lebih jauh mengemukakan, “Hukum Hindu- lah yang merupakan sumber dasar dari Adat di Indonesia terutama di daerah- daerah di mana pengaruh Hindu itu sangat besar. Untuk daerah Bali dan Lombok, pembuktian itu tidaklah begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran dan tata kehidupan masyarakat yang beragama Hindu, tetap mendasarkan pada ajaran-ajaran Agama Hindu yang mereka yakini Pudja, 19977:192. Menurut Soerjono Soekanto, hukum Adat bersumber dari perkembangan perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat, baru kemudian menjadi hukum adat, akan semakin mempertegas mengenai pembuktian adanya hukum Hindu menjiwai hukum adat. Namun kerangka teori ini akan melahirkan adat murni, karena ia bersumberkan kepada perilaku menjadi manusia, baik personal maupun umum. Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-istiadat, kitab Dharmasastra atau hukum Hindu sedikit banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-norma sosial dan norma-norma agama yang bersumber langsung dari Wahyu Tuhan. Hukum Hindu dalam pembahasan di muka dinyatakan berdasarkan pada Rta. Meskipun dibentangkan secara tersirat dari beberapa uraian di depan, terkecuali menegakkan keberadaan hukum Hindu yang menjiwai hukum adat, sebenarnya dengan sendirinya juga mencakup pengertian hukum Hindu menjiwai kebiasaan. Kebiasaan ini dibatasi dalam konteks-nya yang berakibat pada hukum adat. I Ketut Artadi menggambarkan kebiasaan itu demikian: ”Dalam aspek lain hubungan antara warga ini menonjol juga dalam hal ketaatan terhadap kebiasaan pergaulan hidup yang dihormati yang dapat