Ketuntasan Pembelajaran Landasan Teori

d. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian Peserta didik memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian masalah serta menterjemahkan hasil menjadi suatu kesimpulan. Jadi panjang diagonal-diagonal layang-layang adalah 18 cm dan 30 cm.

2.1.9 Ketuntasan Pembelajaran

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal KKM adalah kriteria ketuntasan belajar KKB yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar LHB sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik. KKM ditetapkan oleh sekolah dengan memperhatikan intake, kompleksitas, dan kemampuan daya dukung. Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Intake untuk kelas VII dapat didasarkan pada hasil seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru PPDB, Nilai Ujian Nasional NUN, tes seleksi masuk atau psikotes. Sedangkan untuk kelas VIII dan IX didasarkan pada tingkat pencapaian KKM peserta didik pada semester atau kelas sebelumnya. Kompleksitas adalah kesulitan setiap KD atau indikator yang harus dicapai oleh peserta didik. Daya dukung berupa ketersedian tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan, biaya operasional pendidikan, manajemen sekolah dan kepedulian stakeholders sekolah Depdiknas, 2009: 12-14. Penetapan KKM oleh sekolah dapat dilakukan dengan menafsirkan kriteria ketiga unsur tersebut yang selanjutnya dirata-rata sehingga diperoleh batas nilai minimum ketuntasan. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata- rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Depdiknas, 2009: 8. Penelitian ini menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah untuk menentukan pencapaian kemampuan pemecahan masalah. Peneliti menetapkan batas ketuntasan sesuai pembelajaran untuk ketuntasan individual sebesar 80. Sedangkan ketuntasan minimal untuk satu kelas ketuntasan klasikal adalah 85 dari seluruh peserta didik dalam satu kelas Mulyasa, 2009: 254.

2.1.10 Hasil Penelitian Tekait

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran TAI dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Segiempat.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan melalui Model Treffinger Berbantuan Masalah Open- Ended

0 0 11