Tabel 4.12 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Penelitian
Subjek Nilai
Keterangan
A 98
Tuntas B
100 Tuntas
C 83
Tuntas D
80 Tuntas
E 82
Tuntas
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Pengembangan Karakter Kerja Keras
Penelitian ini menggunakan lima subjek penelitian berdasarkan tes pendahuluan. Hasil pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian berlangsung
menunjukkan bahwa masing-masing subjek penelitian memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru bertugas merancang
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh peserta didik dengan berbagai karakteristiknya sehingga dapat membentuk karakter kerja keras.
Merancang aktifitas untuk membentuk karakter peserta didik merupakan hal yang tidak mudah, dalam hal ini bukan peneliti yang membentuk karakter peserta didik
melainkan aktifitas dalam pembelajaranlah yang membentuk karakter tersebut. Selain itu butuh kesadaran dalam diri peserta didik itu sendiri untuk mengubah
sikap dan perilakunya sehingga dalam dirinya tertanam karakter kerja keras. Materi pembelajaran keliling dan luas segiempat digunakan sebagai bahan
atau media untuk mengembangkan karakter kerja keras peserta didik. Guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi
pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Hasan, 2010: 13. Secara lebih rinci, karakter dapat dikembangkan melalui tahap
pengetahuan knowing,
pelaksanaan acting,
dan kebiasaan
habit Kemendiknas, 2010: 19. Rancangan kegiatan pengembangan karakter kerja
keras dalam penelitan ini dapat dilihat dalam bagan berikut:
Gambar 4.21 Bagan Kegiatan Pengembangan Karakter Kerja Keras Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa masing-masing
subjek penelitian mengalami perkembangan karakter yang berbeda-beda. Peneliti mengamati sikap dan perilaku yang mewakili masing-masing indikator karakter
kerja keras. Kesimpulan atau pertimbangan mengenai pencapaian suatu indikator PRAPENELITIAN
Pemberian tugas terstruktur
PERTEMUAN I 1.
Pengenalan karakter kerja keras Pengenalan rancangan kegiatan
pembelajaran selama
lima pertemuan meliputi:
a. Tugas terstruktur diberikan
setiap pertemuan. b.
Penagihan tugas terstruktur. c.
Pembahasan materi melalui kegiatan tanya jawab.
d. Pembelajaran aktif dua arah.
e. Pemecahan masalah secara
berpasangan dengan model TAPPS berbantuan kartu.
f. Penyusunan catatan dan
rangkuman. g.
Perbaikan kebiasaan belajar. 2.
Pelaksanaan Evaluas
Evaluas i
PERTEMUAN II Pelaksanaan Pembiasanan
PERTEMUAN III Pelaksanaan Pembiasanan
PERTEMUAN IV Pelaksanaan Pembiasanan
PERTEMUAN IV Pelaksanaan Pembiasanan
Evaluas i
Evaluas i
atau bahkan suatu nilai menurut Hasan 2010:23 dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif: 1 Belum Terlihat BT, 2 Mulai Terlihat MT,3 Mulai
Berkembang MB, 4 Mulai Membudaya MB. Peneliti juga melakukan evaluasi dalam setiap pertemuan untuk mengidentifikasi perilaku pada indikator-
indikator apa yang masih pada tahap BT dan MT. Dengan mengetahui sikap dan perilaku tersebut, seperti diungkapkan Agustian sebagaimana dikutip dalam
Lepiyanto 2011: 77 guru dapat melakukan pengulangan-pengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter kerja keras. Perilaku masing-masing subjek penelitian
untuk setiap pertemuan dapat dilihat pada hasil pengamatan di Lampiran 32. Berikut merupakan tindakan dan pengulangan umum yang diberikan guru kepada
setiap subjek penelitian untuk menginternalisasi karakter kerja keras pada setiap pertemuan:
1. Memberikan motivasi dengan menyajikan kisah tokoh nasional dan
internasional yang memiliki karakter kerja keras. 2.
Menegaskan kembali bahwa tugas terstruktur harus dikerjakan dahulu di rumah dengan lengkap, teliti, dan rapi sebelum dibahas bersama saat
pembelajaran. 3.
Mendorong peserta didik untuk menanyakan kesulitannya dalam memahami materi dan mengerjakan soal.
4. Mendorong peserta didik untuk membuat rangkuman dengan memanfaatkan
berbagai sumber. 5.
Meminta peserta didik untuk mengulang apa yang telah dipelajari saat pembelajaran ketika belajar di rumah dan mempelajari materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Selain tindakan umum di atas, tindakan lainnya juga dilakukan kepada beberapa subjek penelitian yang belum memperlihatkan perilaku yang diharapkan,
antara lain: 1.
Memberikan dukungan kepada S.B, S.C, S.D, dan S.E agar berani berkomunikasi dengan teman pasangan diskusinya. Untuk S.B dilakukan
perpindahan tempat duduk karena jika duduknya berdekatan dengan teman tertentu ia akan ramai dan tidak fokus pada pembelajaran. Kepada S.C, S.D,
dan S.E dilakukan pergantian pasangan diskusi sehingga mereka lebih mudah dalam berkomunikasi saat diskusi.
2. Selama pertemuan I-III telah dilakukan dorongan agar peserta didik
mengerjakan tugas terstruktur di setiap pertemuan dengan lengkap dan rapi, namun beberapa peserta didik termasuk diantaranya S.D dan S.E belum
mengerjakan tugas secara tuntas. Oleh karena itu, pada akhir pertemuan III guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan terlebih dahulu tugas di
awal pertemuan sebelum dibahas, dengan demikian peserta didik terdorong untuk mengerjakan tugas secara tuntas.
3. Selama pembelajaran berlangsung, S.C telah membuat catatan materi penting
sedangkan subjek penelitian yang lain belum. Oleh karena itu dilakukan dorongan kepada subjek penelitian yang lain untuk mencatat, diawali dengan
pemberian informasi mengenai hal-hal penting yang harus dicatat. Dilakukan pula pendekatan secara langsung untuk mengecek catatan peserta didik. Pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya pendekatan guru dikurangi, karena subjek
penelitian dapat mencatat materi-materi yang dianggapnya penting tanpa disuruh.
4. Beberapa subjek penelitian terlihat masih pasif saat pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu kepada S.C, S.D, dan S.E dilakukan pendekatan dan dorongan agar mereka aktif dalam menanggapi penjelasan guru dan
berani menanyakan kesulitannya pada teman atau guru. Dalam
perkembangannya S.C dan S.D menunjukkan perilaku yang lebih aktif, sedangkan S.E masih pasif. Guru tetap memberikan dorongan kepada S.E
berupa dorongan secara verbal, dorongan dengan cara menujuknya untuk menjawab beberapa pertanyaan dan memintanya untuk menerangkan hasil
pekerjaannya kepada teman-teman. Selain melalui tindakan atau pengulangan untuk membentuk karakter kerja
keras, kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran TAPPS berbantuan kartu permasalahan juga memiliki proses-proses yang memungkinkan
peserta didik merubah perilaku dan sikapnya sehingga dapat terus menerus memperlihatkan perilaku yang mencerminkan karakter kerja keras. Berikut ini
merupakan matriks keterkatian antara penerapan model pembelajaran TAPPS berbantuan kartu permasalahan dengan perubahan perilaku peserta didik untuk
indikator yang mewakili karakter kerja keras:
Tabel 4.13 Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran TAPPS Berbantuan Kartu Permasalahan dengan Karakter Kerja Keras
No Indikator Karakter
Kerja Keras Kekuatan Penerapan Model Pembelajaran
TAPPS Berbantuan Kartu Permasalahan
1. Tidak
putus asa
dalam menghadapi
kesulitan belajar. -
Model pembelajaran TAPPS berbantuan kartu permasalahan memiliki fase pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga peserta didik lebih
semangat dan antusias dalam pembelajaran.
- Peserta didik dapat menyampaikan dengan terbuka
kesulitan yang dialaminya dan mengatasinya dengan
berdiskusi secara
berpasangan atau
bertanya langsung pada guru. -
Peserta didik mendapatkan masalah dalam media kartu yang harus dipecahkannya dengan mengikuti
aturan TAPPS pada setiap pertemuan, mereka juga diberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di
rumah sehingga peserta didik dapat berlatih secara kontinu untuk memecahkan masalah.
2. Fokus
pada pelajaran.
Fase awal model TAPPS adalah pemberian materi, dalam hal ini dilakukan dengan tanya jawab untuk
membahas materi dalam buku peserta didik, selain itu peserta didik
juga dilatih memfokuskan
perhatiannya karena guru memilih secara acak siapa yang harus menjawab pertanyaan dan menjelaskan
materi.
3. Mengerjakan
tugas dengan
teliti dan
rapi. Model TAPPS adalah model yang memusatkan
kegiatannya pada kegiatan pemecahan masalah yaitu dengan lebih banyak mengerjakan dan membahas
soal pemecahan masalah, oleh karena itu peserta didik diberikan tugas terstruktur untuk mengerjakan
soal dan mempelajari materi selanjutnya dengan mengerjakan buku peserta didik agar pembahasan
materi di kelas tidak memakan terlalu banyak waktu.
4. Menggunakan waktu
secara efektif untuk menyelesaikan
tugas-tugas di kelas dan luar kelas.
Pemberian tugas baik di kelas atau di luar kelas diikuti dengan umpan baik yaitu dengan pembahasan
disetiap pertemuan, pada beberapa pertemuan tugas tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu untuk
selanjutnya dibahas bersama-sama sehingga mereka harus mengerjakan sesuai dengan waktu yang
diberikan.
No Indikator Karakter
Kerja Keras Kekuatan Penerapan Model Pembelajaran
TAPPS Berbantuan Kartu Permasalahan
5. Berusaha
untuk mencari
informasi tentang
materi pelajaran
dari berbagai sumber.
Peserta didik diberikan tugas untuk mencari informasi mengenai materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya, selain itu dalam model TAPPS mereka dilatih untuk dapat berkomunikasi
dengan teman dan guru untuk mengutarakan pikiran dan ide.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara selama diketahui bahwa masing- masing subjek penelitian menunjukkan pengembangan karakter kerja keras yang
berbeda. S.A pada pertemuan I menunjukkan kesadaran yang kurang akan pentingnya kerja keras sehingga perilakunya masih tidak memperlihatkan karakter
kerja keras. S.A mengalami perubahan perilaku yang cukup signifikan setelah mendapatkan tindakan berupa pengulangan dan dorongan pada pertemuan
berikutnya, namun untuk beberapa perilaku masih ada yang hanya sampai pada tingkatan mulai berkembang. S.B dan S.C memperlihatkan perkembangan yang
stabil sehingga sampai pertemuan V terdapat beberapa perilaku yang mulai membudaya. Selama penelitian berlangsung beberapa perilaku S.D dan S.E yang
awalnya belum terlihat menjadi mulai berkembang, bahkan sampai pertemuan V ada beberapa perilaku yang mulai membudaya. Guru memberikan tindakan dan
pengulangan yang intensif untuk S.E sehingga sebagian besar perilakunya dapat mencapai tahap mulai berkembang. Sampai pertemuan V terdapat beberapa
perilaku S.E yang mulai membudaya, namun ada beberapa perilaku yang hanya mencapai tahap mulai terlihat. Secara umum kelima subjek penelitian mengalami
perubahan perilaku walaupun dengan variasi peningkatan yang berbeda-beda.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan model TAPPS memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas peserta didik. Peserta didik tidak
hanya menjadi pendengar, tetapi juga terlibat aktif dalam memecahkan masalah, mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan, serta memberikan penjelasan
pada peserta didik lain. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktifitas tersebut memungkinkan peserta didik membentuk karakter kerja kerasnya karena
karakter kerja keras pada intinya adalah bekerja atau melakukan aktivitas untuk mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan belajar. Karakter tersebut
memungkingkan peserta didik memiliki penguasaan terhadap materi yang lebih baik, demikian pula kemampuan pemecahan masalahnya. Hal tersebut relevan
dengan penjelasan Sheal dalam Ratumanan, 2003: 7-8 mengenai kerucut pengalaman belajar seperti gambar berikut:
Gambar 4.22 Kerucut Pengalaman Belajar Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran TAPPS berbantuan kartu permasalahan pada materi luas dan keliling segiempat dapat membentuk karakter
kerja keras peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan dari perubahan sikap dan perilaku yang diperlihatkan oleh peserta didik pada indikator - indikator yang
mewakili karakter kerja keras.
4.2.2 Hasil Keterampilan Pemecahan Masalah