Karakter Pemecahan Masalah Penegasan Istilah

1.5 Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi pembiasan pembahasan dan kesalahan penafsiran yang ada dalam penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan beberapa istilah dan batasan- batasan ruang lingkup penelitian.

1.5.1 Karakter

Pengertian karakter menurut Pus at Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”, adapun berkarakter adalah “berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak” Kemendiknas,2010: 12. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action Muslich, 2011: 29. Penelitian ini membatasi pada berkembangnya karakter kerja keras peserta didik. Menurut Hasan 2010: 9 kerja keras didefinisikan sebagai perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

1.5.2 Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyesaikan masalah tersebut Hujodo, 2005: 125. Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003: 91, ada 4 empat langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu: 1 memahami masalah; 2 merencanakan penyelesaian; 3 menyelesaikan masalah sesuai rencana; dan 4 melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan John Dewey sebagimana dikutip dalam Kuswana 2012:27 mengistilahkan “pemecahan masalah” sebagai dua hal yang terpisah, yaitu “kemampuan” dan “keterampilan” intelektual pemecahan masalah. Kuswana 2012 :28 menyamakan istilah keterampilan sebagai seni dan kemampuan sebagai pengetahuan. Seni atau keterampilan intelektual mengacu pada model dari teknik operasi umum untuk memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah merujuk pada perubahan tingkah laku peserta didik berupa aspek psikomotorik untuk berproses pada keempat langkah pemecahan masalah, sedangkan kemampuan pemecahan merupakan aspek kognitif untuk menghasilkan produk dari keempat langkah pemecahan masalah di atas.

1.5.3 Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran TAI dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Segiempat.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan melalui Model Treffinger Berbantuan Masalah Open- Ended

0 0 11