Karakter Kerja Keras S.B

Kerja keras peserta didik juga dilihat dari kebiasaan belajarnya diluar pembelajaran. S.A pada pertemuan I belum berlatih mengerjakan soal, namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya lebih sering untuk berlatih mandiri dengan mengerjakan soal-soal dan tugas yang diberikan. S.A pada pertemuan I juga belum membuat rangkuman, baru setelah disuruh S.A mengerjakan walaupun hanya dari satu sumber, seperti dinyatakan dalam kutipan wawancara berikut: P : Apakah kamu secara rutin membuat rangkuman? S.A : Kalau tidak disuruh, saya tidak membuat. Kalau disuruh baru saya buat. Wawancara tanggal 11-05-2013 S.A juga memiliki kebiasaan untuk mengulangi apa yang ia peroleh saat pelajaran, terutama jika mendapat tugas atau PR. Lembar pengamatan karakter kerja keras untuk S.A dapat dilihat pada Lampiran 32. Berikut adalah skor yang diperoleh S.A untuk karakter kerja keras dari pertemuan I-V: Tabel 4.1 Perolehan Skor Afektif Karakter Kerja Keras S.A Pertemuan I II III IV V Skor Total 34 42 43 45 51

4.2.1.2 Karakter Kerja Keras S.B

S.B merupakan peserta didik yang mendapatkan rangking kuartil pertama dalam tes pendahuluan. Semangat dan antusias S.B dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan I masih kurang. Ia baru menunjukkan semangat normal yang pada pertemuan-pertemuan selanjutnya setelah dilakukan pendekatan oleh guru, bahkan pada pertemuan ke V semangat belajarnya tinggi karena mengetahui bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes. Sama seperti kebanyakan peserta didik lain pada pertemuan I, S.B belum mengerjakan tugas terstrukur sama sekali. Pada pertemuan II dan III peserta didik mengerjakan tugas terstrukur yang diberikan walaupun masih belum lengkap dan rapi. Sikap S.B saat menerima tugas terstruktur didukung hasil wawancara berikut: P : Apakah kamu mengerjakan tugas? S.B : Dikerjakan, tetapi kadang-kadang malas juga. Wawancara tanggal 10-05-2013 Pada pertemuan IV-V guru membuat aturan agar tugas terstruktur dikumpulkan dahulu sebelum dibahas bersama-sama. Dengan dorongan tersebut S.B mau mengerjakan tugas dengan lengkap teliti dan rapi. S.B pada pertemuan I-II terlihat masih tidak dapat memfokuskan perhatian pada pembelajaran, hal ini diungkapkan pada saat wawancara: P : Tadi kelihatannya saat pembelajaran berlangsung kamu ramai terus dengan teman didepanmu ya? S.B : Iya. P : Sama siapa tadi? S.B : Bram Bu. P : Ramainya mendiskusikan pelajaran atau yang lain? S.B : Ramai yang lain. Wawancara tanggal 10-05-2013 Setelah dilakukan perpindahan tempat duduk, pada pertemuan III-IV S.B lebih dapat menfokuskan perhatian dan mendengarkan penjelasan dari guru. Pada pertemuan I-III S.B cukup aktif menanggapi penjelasan guru, namun pada pertemuan IV ia lebih pasif dan hanya menanggapi jika diperintahkan. S.B menjadi lebih aktif kembali pada pertemuan V. Berdasarkan pengamatan pada pertemuan I S.B tidak membuat catatan sama sekali, namun pada pertemuan II-III sudah mau mencatat hal-hal yang penting walaupun belum lengkap. Berdasarkan wawancara S.B menuturkan: P : Kamu membuat catatan atau tidak? S.B : Tidak membuat, tetapi kadang kalau susah saya tulis. Wawancara tanggal 10-05-2013 Setelah diberikan pengarahan mengenai manfaat membuat catatan pada pertemuan IV-V S.B membuat catatan yang lebih lengkap dan rapi. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa S.B memiliki kemauan untuk menghadapi kesulitan belajar pada taraf normal dari pertemuan I-V. Kemauan ini ditunjukkan dari usaha yang dilakukannya jika mengalami kesulitan dalam memahami materi atau mengerjakan soal sebagaimana dituturkan oleh S.B dalam wawancara sebagai berikut: P : Jika kamu kesulitan dalam menyelesaikan soal apa yang kamu lakukan? Apakah diskusi dengan teman atau tetap mencoba coba lagi? S.B : Berusa lagi, kalau mentok ya tanya teman, kalau tidak bisa ya tanya guru, kalau ulangan ya mengarang Wawancara tanggal 17-05-2013 Jika menemui kesulitan S.B juga kadang-kadang bertanya kepada guru, seperti dikutip dalam wawancara berikut: P : Kalau mengalami kesulitan waktu pelajaran, apakah kamu bertanya kepada guru juga? S.B : Ya, kadang-kadang Wawancara tanggal 10-05-2013 Tercatat pada pertemuan I-IV S.B cukup aktif bertanya pada guru, sedangkan pada pertemuan V S.B bersikap lebih aktif dengan menanyakan kesulitan yang ditemuinya. Peserta didik dalam setiap pertemuan juga diberikan beberapa masalah untuk dipecahkan secara berpasangan dengan mengikuti aturan TAPPS. Pada pertemuan I S.B memiliki kesiapan diri dalam menghadapi masalah walaupun harus didorong. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya S.B lebih percaya diri dalam memecahkan masalah yang ditemui, bahkan ia berani menjelaskan hasil temuannya di depan kelas. S.B juga selalu mengerjakan permasalahan yang diberikan secara tuntas sampai batas waktu yang diberikan. Ia juga berani berkomunikasi dengan pasangannya saat memecahkan masalah walaupun pada pertemuan I masing kebingungan dalam menjalankan perannya. Pada pertemuan II-V S.B terlihat telah terbiasa dalam menjalankan perannya, baik sebagai problem solver maupun listener. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut: P : Saat pelajaran tadi, apakah benar melakukan diskusi dengan teman sebangku? S.B : Bukan diskusi, tanya-tanyaan gitu kan Bu? P : Iya maksud saya itu, dilakukan dengan betul tidak? S.B : Iya. Wawancara tanggal 10-05-2013 Kerja keras peserta didik juga dilihat dari kebiasaan belajar diluar pembelajaran. S.B yang pada pertemuan I tidak mengerjakan tugas terstruktur beserta soal didalamnya, pada pertemuan-pertemuan berikutnya ia lebih sering untuk berlatih mandiri dengan mengerjakan soal-soal dan tugas yang diberikan. P : Apakah kamu sering latihan soal secara mandiri atau nunggu disuruh dahulu? S.B : Saya langsung latihan sendiri. P : Kalau tugas dikerjakan segera atau mepet dengan pelajaran? S.B : Segera, nanti malam dikerjakan. Wawancara tanggal 10-05-2013 S.B pada pertemuan I belum membuat tugas rangkuman, baru setelah disuruh S.B mau merangkum materi walaupun hanya dari satu sumber. Lembar pengamatan karakter kerja keras untuk S.B dapat dilihat pada Lampiran 32. Berikut adalah skor yang diperoleh S.B untuk karakter kerja keras dari pertemuan I-V: Tabel 4.2 Perolehan Skor Afektif Karakter Kerja Keras S.B Pertemuan I II III IV V Skor Total 30 40 44 49 52

4.2.1.3 Karakter Kerja Keras S.C

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran TAI dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Segiempat.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan melalui Model Treffinger Berbantuan Masalah Open- Ended

0 0 11