No Nilai
Deskripsi
16. Peduli
Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.2.3 Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di sekolah selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi materi yang ditargetkan, juga dirancang
untuk menjadikan
peserta didik
mengenal, menyadaripeduli,
dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari di masyarakat. Pengembangan nilaikarakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran Hasan, 2010: 18.
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah dapat diawali dengan mendefinisikan hakekat matematika sekolah. Ebbut,
S. dan Straker, A. sebagaimana dikutip oleh Marsigit 2011: 8 menyebutkan matematika sekolah sebagai: 1 kegiatan penerusan pola dan hubungan, 2
kegiatan yang memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi, dan penemuan, 3 kegiatan dan hasil-hasil matematika perlu dikomunikasikan, 4 kegiatan problem
solving adalah bagian dari kegiatan matematika, 5 algoritma merupakan prosedur untuk menjawab persoalan-persoalan matematika, dan 6 interaksi
sosial diperlukan dalam kegiatan matematika. Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah dapat menekankan kepada hubungan
antarpesertadidik dalam dimensinya dan menghargai perbedaan individu baik dalam kemampuan maupun pengalamannya. Implementasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran matematika berimplikasi kepada fungsi guru sebagai fasilitator agar peserta didik dapat mempelajari matematika secara optimal
Marsigit, 2011: 9. Guru bertugas untuk menciptakan suasana, menyediakan fasilitas serta lebih berperan sebagai manajer daripada pengajar karena
matematika dipandang bukan untuk diajarakan oleh guru melainkan untuk dipelajari oleh peserta didik.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, guru
tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
Hasan, 2010: 13. Guru juga tidak harus mengembangkan proses belajar khusus
untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dilakukan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru.
Pengembangan karakter pada pembelajaran dapat diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun
peserta didik agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tetapi guru merencanakan kegiatan belajar yang
menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang
sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya
dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah Hasan, 2010:14. Secara lebih
rinci, karakter dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit Kemendiknas, 2010: 19. Karakter
tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak
terlatih menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Agustian sebagaimana dikutip
dalam Lepiyanto 2011: 77 menambahkan bahwa pendidik perlu melatih dan
membentuk karakter anak melalui pengulangan-pengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter, misalnya mengajak siswanya melakukan shalat secara
konsisten. Penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan
pada indikator. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Model anecdotal record catatan yang dibuat guru ketika
melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan selalu dapat digunakan guru. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang
berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya Hasan, 2010:22. Dari
hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator
atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan menurut Hasan 2010:23 dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
1. BT : Belum Terlihat apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda -
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator. 2.
MT : Mulai Terlihat apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten. 3.
MB : Mulai Berkembang apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten. 4.
MK : Membudaya apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten.
Pernyataan kualitatif di atas dapat digunakan ketika guru melakukan asesmen pada setiap kegiatan belajar sehingga guru memperoleh profil peserta didik dalam
satu semester tentang nilai atau karakter terkait jujur, kerja keras, peduli, cerdas, dan sebagainya.
2.1.3 Pemecahan Masalah