Karakter Kerja Keras S.A

4.2.1.1 Karakter Kerja Keras S.A

S.A merupakan peserta didik yang memperoleh rangking pertama untuk nilai tes pendahuluan. Pengamatan terhadap S.A pada pertemuan I menunjukkan bahwa semangat dan antusiasnya dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. S.A lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya karena mendapat dorongan. Penagihan tugas terstruktur juga dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui kerja keras peserta didik dalam mempersiapkan diri sebelum pembelajaran berlangsung. S.A pada pertemuan I belum mengerjakan tugas terstrukur sama sekali. Hal ini dikarenakan ia belum mengetahui secara jelas maksud diberikan tugas terstruktur, sehingga walaupun telah diberikan instruksi untuk mengerjakan tugas, sebagian besar peserta didik tidak mengerjakan. S.A mengerjakan tugas terstrukur yang diberikan pada pertemuan II dan III walaupun masih belum lengkap sehingga harus dilengkapi pada saat pembelajaran. Sikap S.A untuk mengerjakan tugas terstruktur diperoleh pula pada saat wawancara sebagai berikut: P : Dengan pemberian tugas terstrukur setiap pertemuan apakah membuat kamu keberatan? S.A : Tidak, malah saya senang. P : Apakah benar dikerjakan tugasnya? S.A : Benar Wawancara tanggal 10-05-2013 S.A pada pertemuan IV-V mengerjakan tugas terstruktur yang diberikan walaupun masih ada yang beberapa bagian yang kurang teliti. S.A dapat memfokuskan perhatian pada pembelajaran dan mendengarkan penjelasan guru, namun beberapa kali masih bergurau dengan teman sehingga tidak fokus, hal ini berlangsung dari pertemuan I sampai V. S.A cukup aktif menanggapi penjelasan guru pada pertemuan I-III, namun pada dua pertemuan terakhir ia lebih pasif dan hanya menanggapi jika diperintahkan. Berdasarkan pengamatan S.A memang tidak terbiasa untuk membuat catatan, sehingga pada pertemuan I sampai III ia membuat catatan tetapi sangat singkat. Berdasarkan wawancara S.A menuturkan: P : Kamu membuat catatan atau tidak? S.A : Tidak Bu. P : Kenapa tidak? S.A : Yang membuat malas buat catatan itu karena catatan saya pernah hilang. P : Kalau keadaannya demikian, lalu apa yang kamu lakukan? S.A : Ya mencatat lagi, saat dijelaskan langsung saya catat di LKS. Wawancara tanggal 10-05-2013 Peneliti melihat masih banyak peserta didik tidak membuat catatan, oleh karena itu peneliti memberikan dorongan dengan menjelaskan manfaat membuat catatan yang rapi bagi kemudahan belajar peserta didik. Setelah S.A mendapatkan dorongan pada pertemuan IV dan V, ia mau membuat catatan yang lebih lengkap walaupun belum rapi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa S.A memiliki kemauan untuk menghadapi kesulitan belajar pada taraf normal dari pertemuan I-V. Kemauan ini ditunjukkan dari usaha yang dilakukannya jika mengalami kesulitan, yakni dengan berdiskusi dengan teman atau bertanya kepada guru. Pernyataan S.A mengenai usahanya: P : Kalau kesulitan dalam memahami materi atau soal apa yang kamu lakukan? S.A : Diskusi dengan teman, tergantung kalau ulangan ya tidak, kalau PR yang diskusi dengan teman. Wawancara tanggal 17-05-2013 Jika menemui kesulitan S.A juga bertanya kepada guru walaupun masih jarang, seperti dikutip dalam wawancara berikut: P : Kalau mengalami kesulitan dalam belajar, kamu bertanya kepada siapa? S.A : Teman, kalau bisa ya ke teman dulu. P : Kalau ke guru? S.A : Jarang Wawancara tanggal 10-05-2013 Tercatat pada pertemuan I-III S.A hanya bertanya sekali pada guru, setelah guru mendorongnya supaya tidak sungkan untuk bertanya kepada guru, S.A tanpa disuruh mau bertanya jika menemui kesulitan pada pertemuan IV-V. Peserta didik dalam setiap pertemuan diberikan beberapa masalah untuk dipecahkan secara berpasangan dengan mengikuti aturan TAPPS. S.A pada pertemuan I memiliki kesiapan diri dalam menghadapi masalah walaupun masih harus didorong. Kebiasaan dalam menerima masalah menjadikan S.A dapat menunjukkan kesiapan dalam menerima masalah yang ditunjukkan dengan kepercayaan diri dalam memecahkan masalah. S.A juga menunjukkan kesigapan dalam memecahkan masalah yang diterima, hal tersebut ditunjukkan pada pertemuan II-V. S.A juga selalu mengerjakan permasalahan yang diberikan secara tuntas sampai batas waktu yang diberikan. Dalam memecahkan masalah S.A juga berani berkomunikasi dengan pasangannya walaupun pada pertemuan I ia masih kebingungan dalam menjalankan perannya sebagai listener. Setelah pertemuan II- V S.A telah terbiasa dalam menjalankan perannya baik sebagai problem solver maupun listener. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut: P : Saat pembelajaran, kalian berperan sebagai pemecah masalah dan pendengar, apakah dilakukan secara betul-betul? S.A : Yang satu mengerjakan, yang satu nanya-nanya itu to Bu. P : Iya, apakah dilakukan? S.A : Iya dilakukan, tetapi cepat Wawancara tanggal 10-05-2013 Kerja keras peserta didik juga dilihat dari kebiasaan belajarnya diluar pembelajaran. S.A pada pertemuan I belum berlatih mengerjakan soal, namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya lebih sering untuk berlatih mandiri dengan mengerjakan soal-soal dan tugas yang diberikan. S.A pada pertemuan I juga belum membuat rangkuman, baru setelah disuruh S.A mengerjakan walaupun hanya dari satu sumber, seperti dinyatakan dalam kutipan wawancara berikut: P : Apakah kamu secara rutin membuat rangkuman? S.A : Kalau tidak disuruh, saya tidak membuat. Kalau disuruh baru saya buat. Wawancara tanggal 11-05-2013 S.A juga memiliki kebiasaan untuk mengulangi apa yang ia peroleh saat pelajaran, terutama jika mendapat tugas atau PR. Lembar pengamatan karakter kerja keras untuk S.A dapat dilihat pada Lampiran 32. Berikut adalah skor yang diperoleh S.A untuk karakter kerja keras dari pertemuan I-V: Tabel 4.1 Perolehan Skor Afektif Karakter Kerja Keras S.A Pertemuan I II III IV V Skor Total 34 42 43 45 51

4.2.1.2 Karakter Kerja Keras S.B

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran TAI dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Segiempat.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan melalui Model Treffinger Berbantuan Masalah Open- Ended

0 0 11